Sabtu, 11 Mei 2019

Puasa tapi tidak sholat?

Puasa seseorang yang tidak sholat maka puasanya tidak di terima, karena orang yang meninggalkan sholat adalah kafir.

Dalil meninggalkan sholat adalah kafir adalah firman Allah Ta'ala

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama . Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”
(Qs. At Taubah [9]: 11)

Dan dalil dari Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ

“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
(HR. Muslim no. 82)

الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat . Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”
(HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Ibnu Majah. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Dan para sahabat Nabi shallallahu'alaihi wa sallam tidak menganggap suatu amalan jika meninggalkannya akan menyebabkan kafir selain perkara sholat

Oleh sebab itu, kami katakan, “Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa.” Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak.. karena orang kafir (karena sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah dari dirinya.

[Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah]

Senin, 06 Mei 2019

Dzikir

Tags
Panutan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang amat rajin beristighfar. Secara rutin beliau bertaubat kepada Allah ta’ala. Padahal beliau adalah orang yang telah diampuni seluruh dosanya. Allah ta’ala berfirman,

"إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (2) وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا (3)"

Artinya: “Sungguh Kami telah memenangkanmu (wahai Muhammad) dengan kemenangan yang nyata. Agar Allah memberikan ampunan kepadamu atas dosamu yang lalu dan yang akan datang. Serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukimu ke jalan yang lurus. Serta agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat”. QS. Al-Fath (48): 1-3.

Dalam sebuah hadits sahih disebutkan,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: "لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ" قَالَ: "أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا"

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa shalat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak. Aisyah pun bertanya, “Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah? Padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lampau dan yang akan datang”.

Beliau menjawab, “Aku suka menjadi hamba yang bersyukur”. HR. Bukhari dan Muslim.

Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni Allah, namun beliau tetap memperbanyak istighfar dalam semua kesempatan.

Sebab para nabi dan rasul adalah orang-orang yang paling bersemangat dalam beribadah. Dikarenakan nikmat Allah yang begitu besar atas mereka, maka merekapun selalu bersyukur kepada Allah. Mereka juga mengakui kekurangannya dan merasa tidak mampu untuk ‘membalas’ karunia Allah dengan sempurna. Sehingga mereka memperbanyak istighfar.

Ditambah lagi, mereka adalah para panutan untuk umat manusia. Sehingga manakala mereka bertobat dan beristighfar maka itu adalah bentuk pensyariatan ibadah tersebut atas umat mereka. 

Lisan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dalam kesehariannya tidak lepas dari dzikir dan istighfar. Bahkan hingga di detik-detik akhir menjelang wafatnya pun beliau melantunkannya.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ، وَهُوَ مُسْنِدٌ إِلَى صَدْرِهَا، وَأَصْغَتْ إِلَيْهِ وَهُوَ يَقُولُ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَأَلْحِقْنِي بِالرَّفِيقِ الْأَعْلَى".

Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam_ menjelang wafatnya, dalam keadaan beliau bersandar di dadanya, beliau berkata, _“Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku dan pertemukan aku dengan para nabi di surga yang tertinggi“. HR. Bukhari dan Muslim.

Maka, selaku ummat beliau, hendaklah kita berusaha meneladaninya. Sebab beliau berpesan,

"يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ؛ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ".

“Wahai para manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunan pada-Nya, sesungguhnya dalam sehari aku bertobat kepada Allah dan beristighfar sebanyak seratus kali”._ HR. Muslim serta Ahmad, dan ini adalah redaksi Ahmad.