Jumat, 01 Februari 2019

Malam jum'at yasin atau al kahfi?

Membaca surat Yasin pada malam Jum'at menjadi tradisi yang melekat pada masyarakat Melayu, seperti Indonesia dan Malaysia. Selepas Maghrib, rumah-rumah, masjid, dan mushalla ramai dengan lantunan surat Yasin baik dengan sendiri-sendiri maupun berjamaah. Terekam dalam benak, bahwa ini adalah amal yang benar-benar disyariatkan dan memiliki pahala besar. Bagaimana sebenarnya hukum takhsis malam Jum'at dengan membaca surat Yasin?

Pertama, membaca Al-Qur'an dianjurkan kepada kaum muslimin, bahkan termasuk amal utama. Pahalanya sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kedekatan seseorang dengan Rabb-nya bisa dilihat seberapa ia dekat dengan Al-Qur'an, karena ia adalah Kalamullah. Maka jika seseorang memperbanyak membaca Al-Qur'an maka itu baik untuknya, termasuk membaca surat Yasin, baik di malam Jum'at atau malam-malam lainnya.

Kedua, Membaca Al-Qur'an termasuk amal ibadah mutlak, tidak terikat kapan dan dimana harus dibaca. Sementara menghususkannya dengan waktu dan tempat tertentu itu membutuhkan dalil. Dan tidak ditemukan dalil shahih tentang anjuran dan fadhilah membaca surat Yasin pada malam dan hari Jum'at. Para ulama ahli hadits menghukumi keutamaan surat Yasin antara dhaif atau maudhu'. Sehingga seseorang tidak boleh menghususkannya pada malam Jum'at dengan meyakini itu termasuk amal khusus yang disyariatkan padanya dan memiliki keutamaan tertentu.

Syaikh Abdurrahman al-Sahim dalam forum Syabkah Misykah Al-Islamiyyah menjawab pertanyaan seputar ini, "Shahihkah Hadits yang Menyebutkan Tentang Membaca Surat Yasin dan al-Shaffat pada Malam Jum'at?",.

Jawaban beliau, "Ini tidak shahih. Dan disebutkan riwayat:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ يس فِي لَيْلَةِ الْجُمعَةِ غُفِرَ لَهُ

"Siapa yang membaca surat (Yasin) pada malam Jum'at diampuni dosanya."

Syaikh Al-Albani berkata: "Dhaif Jiddan (sangat lemah,-ter)" (Lihat: Dhaif al-Targhib wa al-Tarhib: no. 450). Dan tidak terdapat satu haditspun yang shahih tentang keutamaan surat Yasin." Wallahu Ta'ala A'lam.

Apa yang Disyariatkan Dibaca Pada Malam dan Hari Jum'at

Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.

1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

"Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

"Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.”

Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”

Kapan Membacanya?

Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).

Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).

DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).

. . . Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at. . . 

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Penutup

Hari Jum'at merupakan hari yang mulia, hendaknya setiap muslim memuliakannya dengan amal-amal ketaatan. Namun menetapkan amal-amal tersebut tidak boleh hanya dengan anggapan semata, tapi harus didasarkan kepada tuntutan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang kita ketahui melalui sunnahnya. Karena dengan ittiba' kepada sunnah beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam  tersebut, -sesudah ikhlash- seseorang akan diterima amal ibadahnya dan dicintai oleh Rabb-nya. Dan tidak didapatkan sunnah shahihah dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menghususkan malam Jum'at ataupun siang harinya dengan membaca surat Yasin. Bersamaan itu, terdapat amal yang dianjurkan oleh beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yaitu membaca surat Al-Kahfi, dan inilah yang dianjurkan oleh Imam al-Syafi'i rahimahullah. Wallahu Ta’aa a’lam.

Sunah hari jum'at

Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al Jumu’ah ayat 9-10:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Di hari Jumat, selain kewajiban bagi laki-laki untuk menjalankan shalat Jumat, ada banyak amalan lain yang bisa dikerjakan. Amalan-amalan tersebut merupakan ibadah sunnah.

Apa saja amalan tersebut? Berikut ini adalah 11 amalan yang bisa dilakukan di hari jumat:

1. Membaca Surat Al-Kahfi

Membaca surat Al-Kahfi bisa dilakukan pada awal hari Jumat yaitu pada Kamis malam, tepatnya setelah masuk waktu maghrib.Diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jumat.”(HR Hakim dalam Al-Mustadrok)

2. Memperbanyak Dzikir

Dzikir adalah mengingat Allah. Walaupun bisa dikerjakan setiap hari di waktu kapan saja, namun ada baiknya diperbanyak atau ditingkatkan pada hari jumat. Anjuran ini tercantum dalam al Qur’an surat Al Jumu’ah ayat 9:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian diseru untuk shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah…”

3. Memperbanyak Doa

Di hari Jumat, kita juga disunnahkan untuk memperbanyak doa. Anjuran ini sesaui hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang menyebut bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jumat kemudian berkata, “Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedikit waktu yang dimaksud dalam hadits di atas adalah detik terakhir pada hari Jumat. Tepatnya ketika mejelang maghrib, saat matahari akan terbenam di hari Jumat.

4. Memperbanyak Shalawat

Shalawat itu bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja, baik pagi, siang, sore, ataupun malam. Kita bahkan sangat dianjurkan untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW. Jadi, alangkah baiknya jika sholawat tersebut diperbanyak pada hari Jumat.

Rasulullah SAWbersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah shalawat kepadaku di dalamnya, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku”. Para sahabat berkata, “Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?” Nabi bersabda,“Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An Nasa-i)

5. Mandi Jumat

Dalam sebuah hadits dari  Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat, maka ia mandi seperti mandi janabah…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan ada sebagian ulama yang menjadikan mandi Jumat ini wajib hukumnya. Hal ini berdasarkan sebuah hadits dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Memakai Pakaian Terbaik

Anjuran ini terkait erat dengan perintah shalat Jumat. Ketika sholat muslim menghadapkan dirinya pada Allah. Maka sepantasnyalah ia tampil dengan pakaian terbaiknya.

Nabi SAW bersabda, “Wajib bagi kalian membeli dua buah pakaian untuk shalat Jumat, kecuali pakaian untuk bekerja” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al Albani)

7. Membersihkan Diri dan Menggunakan Minyak Wangi

Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu shalat sesuai dengan kemampuan dirinya, dan ketika imam memulai khutbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis diatas menunjukan anjuran yang perlu dilakukan ketika akan menegrjakan shalat Jumat. Bukan hanya mandi dan berpakaian terbaik, tapi juga disempurnakan dengan wewangian. Sesungguhnya Allah menyukai kebersihan dan keindahan.

8. Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut

Ada sebuah larangan yang disampaikan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis hasan yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dari Sahl bin Mu’adz bin Anas. Ia  mengatakan bahwa Rasulullah SAW melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) ketika sedang mendengarkan khatib berkhutbah. Maka, menghindarkan diri dri prilaku yang dilarang tersebut pun bisa menjadikan sebuah amal ibadah.

9. Memperbanyak Shalat Sunnah Sebelum Khatib Naik Mimbar

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAWbersabda, “Barangsiapa yang mandi kemudian datang untuk shalat Jumat, lalu ia shalat semampunya dan dia diam mendengarkan khutbah hingga selesai, kemudian shalat bersama imam, maka akan diampuni dosanya mulai Jumat tersebut sampai Jumat berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

Selain memperbanyak shalat sunnah ketika khatib belum naik ke atas mimbar, hadits di atas juga menunjukkan bahwa berbicara saat khatib sedang berkutbah itu dilarang. Maka, jamaah yang melaksanakan shalat Jumat wajib untuk mendengarkan.

10. Menyegerakan Berangkat ke Masjid

Bersegera ke masjid merupakan salah satu sunnah yang bisa kita lakukan di hari Jumat.

Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah shalat Jumat” (HR. Bukhari).

11. Melaksanakan Shalat Sunnah Setelah Shalat Jumat

Sama seperti shalat wajib lainnya, ada juga shalat sunnah yang mengiringi shalat Jumat. Shalat sunnah setelah shalat Jumat dilakukan dua rakaat atau empat rakaat.

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan shalat Jumat, maka shalatlah 4 rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka shalatlah 2 rakaat di masjid dan 2 rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

Dikutip dari : https://www.islampos.com

Keutamaan hari jum'at

Jumat adalah hari keenam dalam satu pekan. Kata Jumat diambil dari Bahasa Arab, Jumu’ah yang berarti beramai-ramai, diambil dari tata cara ibadah kaum Muslim yang dilakukan pada hari ini. Jumu’ah memiliki akar sama dengan Jama’ yang berarti banyak dan juga Jima’ yang artinya bergabung. (Wikipedia)

Rasulullah SAW menegaskan, “Sebaik-baik hari yang pada hari itu matahari terbit adalah Hari Jumat” (HR Muslim).

Berikut enam keutamaan hari Jumat menurut hadits :

1. Hari Raya Umat Islam

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: “Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk.” [HR. Muslim]

2. Hari Khusus Melaksanakan Shalat Jumat

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS: Al-Jumu’ah:9]

Selain itu Rasulullah SAW bersabda :

“Shalat jumat itu wajib atas tiap orang muslim berjamaah kecuali empat orang : Hamba sahaya, atau wanita, atau anak-anak (yang belum baligh) atau orang sakit.” (HR. Abu Dawud dan Alhakim)

3. Hari Nabi Adam a.s. Diciptakan dan Terjadinya Kiamat

“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda : “Sebaik-baik hari yang pada hari itu matahari terbit adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke jannah(surga) dan pada hari itu ia dikeluarkan dari jannah dan tidak akan terjadi hari kiamat kecuali pada hari jumat.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

4. Hari Waktu Khusus Doa Dikabulkan

“Dan dari Abu Musa, sesungguhnya ia pernah mendengar Nabi saw. Bersabda tentang waktu (mustajab di) hari jumat yang dimaksud : yaitu antara Imam duduk—di atas mimbar sampai selesai salat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

“Sesungguhnya pada hari jumat itu ada satu saat, yang tidak ada seseorang yang memohon sesuatu kepada Allah pada saat itu melainkan Allah pasti akan memberi kepadanya.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi) .

“Sesungguhnya pada hari jumat itu ada satu saat yang tidak bertepatan seorang muslim yang sedang memohon kebaikan kepada Allah azza wa jalla melainkan pada saat itu Allah pasti akan memberinya. Saat itu sesudah ashar.” (HR. Ahmad)

5. Hari Penghapusan Dosa

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Barangsiapa berwudlu’, lalu memperbagus (menyempurnakan) wudlunya, kemudian mendatangi shalat Jum’at dan dilanjutkan mendengarkan dan memperhatikan khutbah, maka dia akan diberikan ampunan atas dosa-dosa yang dilakukan pada hari itu sampai dengan hari Jum’at berikutnya dan ditambah tiga hari sesudahnya. Barangsiapa bermain-main krikil, maka sia-sialah Jum’atnya.” (HR. Muslim)

6. Pahala Sedekah Dilipatgandakan

“Sedekah itu dilipat gandakan pahalanya pada hari jumat (yakni bila sedekah itu pada hari jumat maka pahala berlipat ganda dari lain-lain hari.” (HR. Abi Syaibah).

Salah satu amalan sunah hari Jumat adalah memperbanyak sholawat.

“Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i).

Demikian keutamaan hari Jumat yang penuh berkah (Jumat Mubarok).
Wallahu a’lam bish-shawab. 


Dikutip dari :BandungKita.id

Kamis, 31 Januari 2019

Efek samping dari sedekah

Sedekah adalah pemberian dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. Sedekah bisa berupa apa saja yang bermanfaat bagi orang lain, seperti memberi donasi, makanan, barang, bahkan tenaga. Jika niat kita tulus karena Allah SWT, maka akan mendapatkan pahala disisi allah SWT.

Dalam sebuah hadits dikatakan, “Sesungguhnya di dalam sedekah-sedekah itu ada lima perkara.” Apa sajakah kelima perkara tersebut? Berikut ulasannya:

Pertama, Menambah Kaya

Jangan takut berkurang rezekinya karena bersedekah. Karena sedekah itu akan meluaskan , melapangkan dan membuka pintu rezeki. Nabi bersabda, “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, bertambah.” (HR. Al Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW, “Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian.” (Al-Wasail 6: 255, hadits ke 11)

Allah SWT berfirman, “Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba ayat 39)

Kedua, Mengobati Penyakit

Dengan bersedekah, berbagai penyakit hati Insyaa Allah dapat disembuhkan. Karena sedekah merupakan salah satu hal yang dapat membersihkan hati dan pikiran. Rasulullah SAW bersabda: “Obatilah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan bersedekah.”

Ketiga, Menghindarkan dari Segala Bala’ dan Marabahaya

Sedekah itu merupakan penolak bala’, penyubur pahala, menahan musibah dan kejahatan serta rezeki yang dilipat gandakan oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: “Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.” Dari hadits lain nabi SAW bersabda: “Shodaqoh itu menutup tujuh puluh pintu kejahatan.”

Keempat, Allah Mudahkan Lewati Jembatan Shirath dengan Cepat

Jembatan shirath atau Shiratal Mustaqim dibentangkan di atas neraka agar dilewati oleh orang-orang beriman. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Said Al Khudri r.a. berkata: “Rasulullah SAW telah menyampaikan kepadaku bahwa jembatan shirath itu lebih tipis dari sehelai rambut dan setajam pedang.”

Dalam sebuah riwayat Ibnu Mas’ud berkata, ”Jembatan shirath merupakan jalan yang lurus sepanjang neraka. Bentuknya seperti pedang yang panjang, dapat mematahkan, dan licin.

Di atas jembatan shirath ini terdapat besi-besi yang berasal dari neraka. Besi-besi ini mencakar dan mencengkram siapa saja yang dikendaki.

Diantara orang-orang yang menyeberangi shirath, terdapat orang yang berlari secepat kilat hingga akhirnya dia dapat selamat. Ada yang berlari seperti angin hingga dia selamat sampai di seberang. Ada yang berlari secepat kuda. Ada pula yang berlari biasa dan berjalan.” (diriwayatkan oleh Thabrani dan Bahihaqi dengan sanad yang shahih)

Kelima, Allah Masukan ke Surga Tanpa Hisab dan Siksa

Bersedekah yang dilakukan secara ikhlas tanpa diketahui orang lain, tidak diumbar karena kesombongan dan ingin mendapat pujian dari makhluk Allah SWT. Niatnya hanya karena Allah Sang Maha Pemurah semata. Wallau a’lam.

Rabu, 30 Januari 2019

Cinta Rasulullah

Seorang sahabat bernama Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu pernah berkata:

“Tidak ada seorangpun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi jika mereka melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak berdiri (untuk menghormati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci perbuatan tersebut.”

Sebagai Umat Islam yang baik, sudahkah kita benar-benar mencintai Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam meskipun sebenarnya kita belum pernah mengenal beliau secara langsung? Dan seperti apakah bentuk cinta kita kepada beliau Sholallahu Alaihi Wassalam?

Imam al-Qadhi ‘Iyadh al-Yahshubi pernah berkata

“Ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku (tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang utama adalah (dengan) meneladani beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.”

Jika menilik dari keterangan para sahabat di atas, sudah jelaslah bagi kita tentang arti yang sebenarnya dari mencintai Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, yaitu dengan meneladani aklaq dan budi pekerti, petunjuk, serta sunnah-sunnah beliau dan berusaha untuk mempelajari dan mengamalkannya dengan baik.

Selain itu, juga dengan tidak melakukan hal-hal yang Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam tidak menyukainya seperti terlalu berlebihan dalam hal memuji serta mensifati beliau, yaitu dengan menempatkan beliau pada kedudukan yang lebih tinggi daripada kedudukan yang telah Allah SWT berikan kepadanya.

Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda

“Janganlah kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang nasrani melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya.”

Apa saja Fadhilah (keutamaan) cinta kepada Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam?

Hikmah dan keutamaan yang bisa kita ambil dari rasa cinta kita terhadap Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, diantaranya adalah :

Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam adalah teladan yang baik bagi umatnya

Mereka yang meneladani Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam baik ucapan maupun perbuatan beliau adalah orang-orang yang telah menempuh jalan yang lurus yang pada akhirnya akan membawa mereka menuju kemuliaan serta rahmad dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. al-Ahzaab: 21)


Dengan mencintai Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam akan membawa kita untuk melakukan hal-hal yang beliau cintai

Suatu ungkapan menyatakan bahwa “bukankah pecinta akan melakukan hal-hal yang disukai oleh yang dicintai?”jadi dengan mencintai Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam maka kita akan terbawa untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam.

Dan itu artinya bahwa kita akan berjalan di jalan yang diridhoi Allah SWT. Selain itu, orang yang mencintai Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam dengan sungguh-sungguh, maka Beliau sholallahu Alaihi Wassalam akan membalas dengan cintanya pula.

Mereka yang mencintai Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam akan senantiasa bersama Beliau Sholallahu Alaihi Wassalam

Ini sesuai dengan sebuah Hadist yang diriwayatkanoleh Bukhari, yaitu : Dari Anas bin Malik Rhadiyallahu Anhu bahwasannya “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat,

“Kapankah kiamat datang?” Nabi pun SAW menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya SAW” Maka Rasulullah SAW pun bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi SAW, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.”

Dengan tulus mencintai Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam, maka orang tersebut akan merasakan manisnya iman

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam

“Ada tiga hal, barang siapa melaksanakan ketiga-tiganya maka ia akan merasakan kelezatan iman: Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kepada yang lain, orang yang mencintai orang lain hanya karena Allah dan orang yang benci untuk kembali kekafiran sebagaimana benci untuk masuk ke dalam neraka.“(HR. Bukhari)

Dengan mencintai Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam akan dapat membawa seseorang menuju pada kesempurnaan iman

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist

“Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari)


Jadi, mereka yang mencintai Rasulullah sholallahu Alaihi wassalam adalah orang-orang yang berpegang teguh serta selalu bersemangat dalam menghidupkan serta mengamalkan ajaran-ajaran Beliau Sholallahu Alaihi wassalam, yaitu dengan mengamalkan sunnah beliau, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi segala yang dilarangan olehnya baik dalam perkataan maupun perbuatan serta senantiasa mendahulukan hal-hal tersebut  daripada hanya mengikuti hawa nafsu.

Allah SWT telah berfirman :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Artinya

“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga dan harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Surah At-Taubah:24)