Sabtu, 16 Februari 2019

Perbaikilah Sholatmu

Jika engkau ingin mendapatkan pertolongan dan perlindungan, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah niscaya Dia akan menolong dan mengokohkan kedudukan kalian.” (QS. Muhammad:7)

إِنَّ اللّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl:128)

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدّاً

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang beriman dan beramal shalih, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan di hati mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam:96)

Yakni kecintaan dan kasih sayang orang-orang yang beriman.

Al-Imam At-Tirmidzy rahimahullah menyebutkan suatu hadits dalam kitab beliau dari shahabat Anas rahimahullah sampai kepada Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam,

“Barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah akan jadikan kemiskinan ada di depan matanya, dan Allah akan cerai-beraikan urusannya. Padahal dunia itu tidak akan diberikan kepadanya kecuali sebatas yang telah ditentukan untuknya. Tidaklah dia melalui sore melainkan merasa miskin, dan tidaklah dia berpagi kecuali merasa miskin pula. Dan tidaklah seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah Ta’ala kecuali Dia akan jadikan hati-hati orang beriman mendatanginya dengan rasa cinta dan kasih-sayang. Sesungguhnya Allah sangat bersemangat di dalam membalas segala kebaikan.”

Kalau engkau ingin terlindung dari kejahatan manusia, maka Allah memberikan jaminan perlindungan dari kejahatan hamba-hamba-Nya melalui ibadah yang benar. Allah berfirman,

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ. وَمَن يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّضِلٍّ أَلَيْسَ اللَّهُ بِعَزِيزٍ ذِي انتِقَامٍ

“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka menakut-nakuti engkau dengan (sesembahan) selain Allah? Barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang akan memberi petunjuk kepadanya. Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi berkuasa untuk mengazab?” (QS. Az-Zumar:36-37)

Bila engkau ingin dimudahkan ketika menghadapi masa yang sulit, keluar dari kesempitan, mengetahui yang benar di antara kebatilan, dan yang salah di antara kebenaran, maka Allah menjamin itu semua bagi siapa saja yang taat dan bertakwa kepada-Nya. Allah berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikan kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq:4)

يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika engkau bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu petunjuk dan mengampuni segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal:29)

Kalau engkau ingin dijauhkan dari terperosok kepada perbuatan-perbuatan keji, maka Allah pun berfirman,

كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ

“Demikianlah, agar kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang terpillih.” (QS. Yusuf:24)

Maka, dengan terus istiqamah di atas ketaatan kepada Allah, Dia akan membebaskanmu, memilihmu, dan menjauhkanmu dari semua kejelekan. Sebagaimana Allah telah menjaga Nabi-Nya Yusuf ’alaihis salam dari terjatuh pada perbuatan keji yaitu zina, di tempat sepi dalam keadaan yang sulit bagi mayoritas manusia untuk menghindarinya.

Allah juga jadikan hubungan seseorang dengan-Nya sebagai pelindung dari terjatuh pada perbuatan keji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya melalui shalat,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS. Al-Ankabut:45)

Maka perbaikilah hubunganmu dengan Allah niscaya Allah akan berikan kebaikan kepadamu berupa suami yang baik, sebagaimana Dia telah memberikan kebaikan kepada orang-orang pilihan-Nya (para nabi dan rasul) berupa istri-istri mereka yang baik. Allah berfirman tentang Nabi-Nya, Zakariya ’alaihis salam,

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Maka Kami mengabulkan doanya (Zakariya) dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang yang selalu bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan dan mereka berdoa hanya kepada Kami dengan mengharap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya:90)



Dikutip dari https://muslimah.or.id

Jangan berharap selain kepada Alloh SWT

Harapan sangat erat ikatannya dengan keyakinan. Berharap, dengan kata dasar harapdan ditambah imbuhan ber- yang terbentuk menjadi sebuah kata kerja. Yakni kita bekerja dengan akal dan hati kita untuk menggantungkan harapan yang kita miliki kepada Sang Pencipta agar apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu Ia menyakini bahwa ada Zat yang berkuasa atas apa yang kita harapkan yaitu Tuhan Yang Maha Esa.Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Iskhaq mengharapkan lulus Ujian mengemudi, tetapi tidak ada usaha dari seorang Iskhaq untuk belajar mengemudi, Bagaimana mungkin Iskhaq lulus dalam ujian mengemudi.


Harapan merupakan bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap manusia. Orang yang tidak mempunyai suatu harapan  pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik.


Islam sendiri menganjurkan manusia untuk selalu berharap, namun dalam islam yang dimaksud berharap yaitu berharap pada kemurahan Allah SWT, mengingat Allah SWT adalah tuhan yang maha kuasa atas segalanya.


  Allah SWT berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8:

  وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT) hendaknya kamu   berharap”.  (Qs Al Insyirah: 8)


Berdasarkan firman Allah SWT diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa Islam menganjurkan manusia untuk selalu berharap pada Allah SWT. Allah memerintahkan kita agar hanya kepada Allah saja hendaknya kita berharap. Oleh karena itu Imam Baihaqi menyebutkan dalam kitab beliau “Syu’ab Al Iman” bahwa berharap pada Allah merupakan cabang iman ke 12. Jadi kalau kita tidak berharap pada Allah atau sedikit harapan kita pada Allah berarti tidak sempurna imannya. Kalau kita tidak berharap pada Allah berarti ada dua masalah:


Pertama,  kita akan berdosa karena berharap pada Allah merupakan perintah  Allah,seperti yang tertera pada firman Allah diatas

“ dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(QS Al Insyirah 8).


Kedua, kita akan terpentok dalam hidup, sering putus asa, dam kehilangan solusi karena tidak ada yang dianggap bisa menyelesaikan kasus atau memberikan solusi.

Allah SWT kembali berfirman dalam surat Al baqarah ayat 218 :

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ  يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللهِ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 218)


Firman Allah diatas kembali memberitahukan pada kita bahwa islam menganjurkan umat muslim untuk senantiasa berharap akan rahmat Allah.


Islam berpendapat bahwa jika seseorang mempunyai suatu harapan maka seseorang tersebut harus melakukan 3 (tiga) hal untuk mewujudkan harapan tersebut, yakni :

1.    Ikhtiar (Usaha)

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik.

2.    Doa

Disamping kita melakukan usaha-usaha untuk mewujudkan harapan tersebut, kita juga tidak boleh melupakan doa.  Menurut bahasa do'a berasal dari kata"da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.


Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan  tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT.


Ibnu Attoillah Assakandari, ulama ahli tassawuf mengatakan dalam kitabnya (Al Hikam) bahwa, “ Agar doa kita dapat dikabulkan oleh Allah SWT, maka doa tersebut memerlukan rukun, sayap, waktu, dan sebab. Apabila doa  cocok (sesuai) dengan sayapnya maka doa tersebut akan terbang ke langit (menuju Allah SWT), Apabila doa  cocok (sesuai) dengan waktunya maka doa tersebut akan diterima,  Apabila doa  cocok (sesuai) dengan sebabnya maka doa tersebut akan dikabulkan Allah SWT ”.


KH. Moh. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh PP. Bahrul ulum, jombang) menjelaskan lebih lanjut mengenai pendapat Ibnu Attoillah Assakandari sebagai berikut:


 Rukun doa itu ada empat yakni:

     1.            خسع لله

(khusyu’ kepada Allah). Maksud dari khusyu’ yaitu apabila kita berdoa,  fikiran kita harus fokus kepada Allah SWT, jangan memikirkan selain Allah.

    2.             الحياء من الله

   (malu kepada Allah). Jika kita berdoa kepada Allah maka kita harus malu kepada Allah atas segala perbuatan yang telah kita lakukan, karena sejatinya manusia adalah mahluk yang lemah. Tatkala berdoa kita juga harus memposisikan diri hina, lemah, dan tak berdaya di mata Allah, karena hal itu merupakan tata karma dalam berdoa.

   3.          رجع كرام الله

 ( Mengharapkan kedermawanan Allah SWT)


Sementara menurut Ibnu Attoillah sayap dari doa sendiri itu ada dua yakni:

1.       الصدق

(jujur menghadap Allah SWT), jujur disini mempunyai arti bersungguh-sungguh , maksudnya yaitu ketika berdoa kita harus bersungguh-sungguh dalam meminta bantuan, Tidak hanya sekedar main-main dalam berdoa.

2.        أكل الحلال

       (memakan makanan yang halal).

Sejatinya makanan seseorang itu juga mempengaruhi kualitas doa seseorang kepada Allah SWT. Jika seseorang itu selalu mengkonsumsi barang haram atau dari hasil haram, maka doa orang tersebut tergolong kualitas buruk. Doa orang yang demikian sulit untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Begitu juga sebaliknya, orang yang selalu mengkonsumsi barang halal maka doanya mudah untuk diterima Allah SWT.


 Sementara “ sebab “ agar suatu doa dapat diterima Allah yaitu dengan cara diawali dengan membaca shalawat pada Nabi Muhammad SAW, dan diakhiri dengan shalawat pula.


3.    Tawakkal

Setelah kita melakukan ikhtiar (usaha) untuk mewujudkan suatu harapan, dan meminta  pada Allah agar Allah merealisasikan harapan tersebut. Maka kita hanya tinggal melakukan satu hal yakni tawakkal pada Allah. Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan.(Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT, karena Allah SWT mempunyai hak mutlaq untuk mewujudkan atau meniadakan suatu hal di dunia ini.


Jika kita sudah melakukan ketiga hal tersebut maka kita tinggal menunggu keputusan Allah SWT, apakah Allah berkehendak mewujudkan harapan kita, ataukah justru meniadakan harapan kita.


Dalam kehidupan kadang-kadang kita merasakan bahwa seakan-akan harapan kita tidak terwujud seperti keinginan kita. Meskipun kita sudah melakukan usaha semaksimalkan mungkin untuk mewujudkan harapan itu. Kita juga sudah berdoa sungguh-sungguh pada Allah, akan tetapi seakan-akan Allah SWT tidak peduli terhadap doa kita. Seringkali permasalahan ini menimbulkan sebuah pernyataan bahwa Allah SWT tidak mempunyai sifat Ar Rohman (pengasih).


Ulama Sufi terkenal, Ibnu Attoillah memberi tanggapan mengenai hal tersebut, menurut beliau tatkala kita mempunyai suatu harapan, dan kita sudah Ikhtiar dengan sungguh-sungguh serta berdoa pada Allah dengan penuh harap, akan tetapi harapan kita tidak terwujud sesuai dengan keinginan kita, maka kita tidak boleh menganggap bahwa Allah SWT tidak peduli terhadap hamba-Nya. Perlu diketahui bahwa Allah itu mempunyai sifat Ilmu (mengetahui) yang lebih dari pengetahuan manusia, jadi Allah SWT sejatinya lebih mengerti apa yang lebih baik dan pantas bagi hamba-Nya. Mungkin adakalanya ketika harapan hamba tersebut dikabulkan Allah justru membawa hamba tersebut menuju jalan yang tidak baik, begitu juga sebaliknya. Misalnya, ketika seseorang berharap kaya dan Allah merealisasikan harapan tersebut, mungkin kekayaan tersebut dapat membawanya lupa kepada Allah.


Dalam kehidupan, kita juga harus selalu mengingat dua hal, yakni:

1)        Sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT itu belum pasti sesuai dengan keinginan (harapan) kita.

2)     Waktu yang dipilih Allah SWT untuk memberikan sesuatu pada kita itu belum pasti sesuai dengan waktu yang kita inginkan.


Dua hal diatas tersebut meruju’ kembali pada pernyataan bahwa Allah SWT lebih mengerti apa yang lebih baik dan pantas bagi diri kita (manusia).


Didalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mempuyai suatu harapan. Akan tetapi harapan nabi tidak serta merta dikabulkan oleh Allah SWT, karena mungkin hal itulah yang pantas dan baik untuk Nabi Muhmmad SAW.


Pada suatu hari Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah untuk memindahkan kiblat umat Islam dari masjidil haram ke Baitul Maqdis. Mendapat perintah tersebut Nabi Muhammad SAW bersedih, hal ini dikarenakan Baitul Maqdis merupakan kiblatnya orang yahudi dan Nasrani. Beliau tidak mau menyamakan umat Islam dengan Umat yahudi dan nasrani. Nabi SAW pun berharap agar Allah SWT mengembalikan kiblat Umat Islam kembali ke masjidil haram. Setiap malam, setelah shalat tahajud Nabi SAW selalu memohon pada Allah SWT sambil menghadapkan wajah beliau kelangit dengan wajah penuh air mata. Berharap turun wahyu pengembalian kiblat ke ke masjidil haram. Akan tetapi Allah SWT tidak merespon doa Nabi.

Merasa kasihan pada Nabi SAW, malaikat jibril As pun rela bersujud pada Allah SWT agar Allah mengabulkan doa Nabi Muhammad SAW.


Allah pun berfirman pada malaikat Jibril As: “ Jibril, aku melakukan hal teresbut dikarenakan aku suka mendengar desah tangis kekasih-Ku (Nabi Muhammad SAW) ”.


Akhirnya pada malam ke 480 setelah kejadian pemindahan kiblat umat Islam dari masjidil haram ke Baitul Maqdis, Allah menurunkan wahyu yang isinya tentang pegembalian kiblat umat Islam ke masjidil haram.


Dari hikayat diatas dapat kita simpulkan bahwa Harapan Nabi Muhammad Allah pernah tidak di kabulkan Allah secara langsung. Hal ini dikarenakan Allah SWT lebih mengetahui apa yang pantas dan baik bagi kekasih-Nya.

Jumat, 15 Februari 2019

Kandungan surat Hud

Surat Huud termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, terdiri dari 123 ayat diturunkan sesudah surat Yunus. Surat ini dinamai surat Huud karena ada hubungan dengan terdapatnya kisah Nabi Huud a.s. dan kaumnya dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nuh a.s., Shaleh a.s., Ibrahim a.s., Luth a.s., Syu'aib a.s. dan Musa a.s.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Adanya 'Arsy Allah; kejadian alam dalam 6 phase; adanya golongan-golongan manusia di hari kiamat.

2 Hukum-hukum:
Agama membolehkan menikmati yang baik-baik dan memakai perhiasan asal tidak berlebih-lebihan; tidak boleh berlaku sombong; tidak boleh mendoa atau mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin menurut sunnah Allah.

3 Kisah-kisah:
Kisah Nuh a.s. dan kaumnya; kisah Huud a.s. dan kaumnya; kisah Shaleh a.s. dan kaumnya; kisah Ibrahim a.s. dan kaumnya; kisah Syu'aib a.s. dan kaumnya; kisah Luth a.s. dan kaumnya; kisah Musa a.s. dan kaumnya.

4. Dan lain-lain.
Pelajaran-peIajaran yang diambil dari kisah-kisah para nabi; air sumber segala kehidupan; sembahyang itu memperkuat iman; sunnah Allah yang berhubungan dengan kebinasaan suatu kaum.




Surat Hud mengandung hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama, seperti: Ketauhidan, kerasulan, hari berbangkit, kemudian dihubungkan dengan da'wah yang telah dilakukan oleh para Nabi kepada kaumnya.

HUBUNGAN SURAT HUUD DENGAN SURAT YUSUF

1. Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan aliif laam raa dan kemudian diiringi dengan penjelasan tentang Al Quran.

2. Surat Yusuf menyempurnakan penjelasan kisah para rasul yang disebut dalam surat Hud dan surat Yusuf, kemudian kisah itu dijadikan dalil untuk menyatakan bahwa Al Quran itu adalah wahyu Ilahi; tidak ada lagi sesudah Nabi Muhammad s.a.w. nabi-nabi atau rasul-rasul yang diutus Allah.

3. Perbedaan kedua surat ini dalam menjelaskan kisah-kisah para Nabi ialah bahwa dalam surat Hud diutarakan kisah beberapa orang rasul dengan kaumnya dalam menyampaikan risalahnya, akibat-akibat bagi orang yang mengikuti mereka dan akibat bagi orang yang mendustakan, kemudian dijadikan perbandingan dan khabar yang mengancam kaum musyrikin Arab beserta pengikut-pengikutnya. Dalam surat Yusuf diterangkan tentang kehidupan Nabi Yusuf yang mula-mula dianiaya oleh saudara-saudaranya yang kemudian menjadi orang yang berkuasa yang dapat menolong saudara-saudaranya dan ibu bapanya. Pribadi Nabi Yusuf a.s. ini harus dijadikan teladan oleh semua yang beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Kandungan surat yunus

Surah Yunus (Arab: ينوس , Yūnus, “Nabi Yunus”) merupakan surah ke 10 dalam al-Qur’an, namun dalam mushaf Ustmani surah tersebut diletakkan pada urutan surah ke-51 setelah surah al-Isra’, ada juga yang berpendapat surah tersebut merupakan surah ke-17 sebelum surah Hud atau surah ke-11. Tetapi yang mashur surah Yunusadalah surah ke-10 dan seluruh ayatnya yang berjumlah 109 masuk dalam juz ke-11.
Surah Yunus digolongkan ke dalam surahMakkiyyah, karena seluruh ayatnya yang berjumlah 109 tersebut diturunkan sewaktu Nabi Muhammad Saw belum hijrah ke Madinah, terkecuali ayat 40,94, dan 95 ketiga ayat tersebut diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Selain itu surah Yunus ada yang menggolongkan ke dalam surah al-Mi’atun (surah yang memiliki ayat seratusan), namun ada juga ulama yang menggolongkannya ke dalam golongan tujuh surah terpanjang “as-Sab’u at-Thiwal”.
Penamaan Surah tersebut dengan namaYunus itu hanya symbol saja bukan berarti dalam surah tersebut seutuhnya menjelaskan dan menerangkan kisah kenabian Yunus As. kata “Yunus” dalam surah tersebut hanya terdapat dalam ayat ke-98, namun ayat tersebut merupakan bagian terpenting sehingga pantas dijadikan sebuah nama sebagai symbol. Adapun kisah terpanjang yang tertera dalam surah tersebut adalah kisah Nabi Musa As dengan Bani Israil yang merupakan kaumnya.
Isi kandungan dalam surah Yunus, yaitu:
Dalam surah Yunus menjelaskan tetang keimanan akan Al-Qur’an sebagai kalamullah bukan sihir, Allah sebagai Tuhan pencipta dan pengatur seluruh alam semesta, Allah adalah Tuhan yang Esa dan tidak berkembang biak, dan Allah menjelaskan alam ghaib melalui firman-Nya.
Dan penjelasan tentang penentuan tahun dan waktu baik berdasarkan peredaran bumi terhadap matahari atau penentuan tahun berdasarkan peredaran bulan atas bumi, juga menjelaskan hukum orang-orang yang mendustakan akan firman-Nya yang telah diwahyukan kepada Rasul-Nya.
Selain tentang masalah keimanan dan penjelasan tentang hukum, dalam surah Yunus juga tercantum akan kisah-kisah umat terdahulu, diantaranya kisah akan Nabi Nuh As dengan umtanya, Nabi Musa As dengan segala permasalahan Bani Israil dan perlawanannya terhadap raja Fir’aun dengan para tukang sihirnya, dan kisah Nabi Yunus As yang meninggalkan umatnya lalu kembali lagi berdakwah kepada umatnya setelah mengalami peristiwa yang belum pernah terjadi sebelum atau sesudahnya di seluruh muka bumi ini.
Dan yang keempat anjuran agar manusia selalu ingat akan segala kenikmatan yang dianugrahkan kepadanya baik disaat senang ataupun susah, karena itu semua aka nada balasannya di hari pembalasan nanti, dan lain sebagainya.


Dikutip dari :islami.co

Kriteria istri dalam islam

Allah s.w.t. berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 35,


“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yangmemelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”


(Qs. Al Ahzab: 35)


Wanita merupakan makhluk yang memiliki berbagai "kemudahan" yang tidak dimiliki oleh kaum lelaki. Wanita lebih mudah dan lebih berpotensi menjadi ahli syurga, demikian pula wanita lebih mudah dan lebih berpotensi menjadi ahli neraka. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasulullah s.a.w. bahwa majoriti penghuni syurga adalah wanita, dan di kesempatan lain beliau menyatakan bahwa majoriti penghuni neraka adalah wanita.


Kata kunci status itu terletak pada keiffahan diri wanita dengan berbagai perspektif. Sabda pertama merupakan bentuk khabar gembir bagi wanita yang mampu menjaga keiffahan dirinya, dan sabda kedua merupakan peringatan bahwa wanita lebih berpotensi menjadi penghuni neraka jika tidak menjaga keiffahan dirinya.


Dalam ayat di atas terdapat 10 (sepuluh) karakter ideal wanita muslimah dalam upaya menyelamatkan diri dari kelompok majoriti di neraka.


Pertama: Al Muslimaat (Wanita Yang Patuh dan Tunduk Kepada Allah).


Allah s.w.t. menempatkan kriteria pertama wanita yang diidamkan oleh-Nya dan Rasul-Nya adalah muslimah iaitu wanita yang memiliki kepatuhan diri secara utuh kepada Allah s.w.t., dan berupaya keras (mujahadah) dalam mempertahankan keIslamannya.


Kedua : Al Mu`minaat (Wanita Yang Beriman).


Kalau kita ibaratkan iman dengan piring maka amal adalah isinya, dan piring akan disebut sesuai dengan isinya, jika piring itu diisi nasi maka disebut sepiring nasi, jika diisi dengan ubi maka disebut sepiring ubi, jika diisi dengan kacang maka disebut sepiring kacang, apapun bahan dasar piring tersebut dari kaca, keramik, atau Kristal maka ia tetap disebut sesuai dengan isinya.


Oleh karena itu, seorang wanita yang menjadi idaman Allah s.w.t. senantiasa mengutamakan isi daripada penampilan luar, ia selalu disibukkan melakukan amal kebaikan daripada mendandani diri dengan make up.


Ketiga: Al Qaanitaat (Wanita Ahli Ibadah).


Kata 'qaanitat' berasal dari kata 'qanata yaqnutu qunuutan' yang artinya taat. Sedangkan menurut imam Qusyairi dalam tafsirnya berpendapat bahwa kata 'qunuut' Artinya 'thuulul 'ibadah' (lama beribadah). Sedangkan menurut imam Fakhrurrozi dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata 'qunuut' artinya perpaduan antara keislaman dan keimanan yang menghasilkan rasa taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya.


Keempat: Ash-Sadiqaat (Wanita Yang Jujur).


Iaitu wanita yang membiasakan kejujuran lisan, kejujuran hati, kejujuran tindakan dan kejujuran sikap sesuai dengan tuntutan Allah dan Rasul-Nya. Refleksi jujur harus disertai dengan sikap pembenaran terhadap perkataan yang dilontarkan atau perbuatan yang dilakukan, kerana perkataan yang tidak disertai pembenaran adalah kebohongan, dan perbuatan yang tidak disertai pembenaran adalah kekufuran.


Oleh sebab itu, wanita idaman Allah s.w.t. berupaya keras untuk tidak berkata dusta, berghibah, mencaci, memfitnah dan lainnya karena sebuah itu adalah bentuk perkataan yang pasti tidak disertai pembenaran dari lubuk hati.


Kelima: Ash-Saabiraat (Wanita Yang Sabar Dan Pejuang).


Kesabaran terbagi menjadi 3 (tiga) hal: pertama, Kesabaran dalam menjalankan perintah Allah iaitu sabar dengan tidak mengungkit-ungkit kebaikan yang dilakukan dan ketika mendapatkan rintangan, ujian, dan cubaan dalam menjalankan ajaran. Kedua, kesabaran dalam meninggalkan larangan Allah s.w.t. iaitu menahan diri berbuat dosa dan kejahatan meskipun sesuai dengan keinginan hawa nafsu tetapi bertentangan dengan keinginan Allah s.w.t. Ketiga, sabar dalam menghadapi ujian dan cubaan kehidupan. Namun inti dari kesabaran iaitu upaya mempertahankan keimanan agar tidak melemah akibat dosa dan tidak hilang akibat ujian.


Keenam: Al Khasyi’aat (Wanita Yang Khusyu’).


Khusyu' menurut bahasa berarti diam dan tenang. Dalam ibadah solat, khusyu' adalah kondisi jiwa yang diliputi takut jangan sampai solatnya tertolak. Dalam membaca Al Qur'an adalah keasyikan jiwa yang disertai penjiwaan terhadap kandungan ayat, sehingga ia terlelap dalam lantunan qira`ah dan tadabbur Al Qur'an serta merasakan desiran ombak yang menghujam ke jiwanya.


Ketujuh: Al-Mutasaddiqaat (Wanita Yang Gemar Bersedekah).


Bersedekah merupakan salah satu perhiasan rumah tangga yang dilestarikan dalam rumah tangga muslim, karena sedekah akan menarik cinta Allah, cinta para malaikat dan cinta manusia. Rumah yang dihiasi sedekah senantiasa dipenuhi dengan naungan perlindungan Allah, keberkahan dari-Nya, dan menambah keharmonisan rumah tangga.


Kelapan : Ash-Saa`imaat (Wanita Yang Gemar Berpuasa).


Menurut Imam Baidhawi dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan puasa di sini adalah puasa wajib iaitu puasa di bulan Ramadhan. Alasannya, kerana pelaksanaan puasa sunat bagi wanita yang sudah menikah amat bergantung kepada izin suami sehingga konteks kata ash-shaa`imaat disini adalah puasa wajib. Sedangkan menurut imam Fakhururrazi dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata ash-shaa`imaat merupakan isyarat bagi orang-orang yang syahwat perutnya tidak menghalangi mereka dari beribadah kepada Allah. Penekanan pada puasa wajib kerana kaum wanita seringkali mengabaikan qadha puasanya hingga menunda sampai bulan Sya'ban padahal ia bisa melaksanakan qadha puasa dengan segera, kerana tuntutan dalam pelaksanaan ibadah adalah segera.


Kesembilan: Al Hafizhaat (Wanita Yang Menjaga Kehormatan).


Kemampuan menjaga kehormatan diri dari perbuatan haram merupakan kurnia besar dan nikmat dari Dzat Yang Maha Mulia. Ketahuilah, bahwa kemuliaan seorang wanita diukur dari sejauh mana ia menjaga kehormatan dirinya melalui cara berbusana, cara bertutur kata, cara berjalan dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, Allah s.w.t. dan Rasul-Nya memberikan perintah khusus yang tidak dibebankan kaum laki-laki demi menjaga kemuliaan dan kehormatan wanita yaitu memakai jilbab, tidak keluar kecuali dengan mahramnya, tidak melembutkan ucapan kepada orang fasiq, dan tidak menghias diri seperti kaum jahiliyyah. Sebagaimana firman Allah s.w.t.


Kesepuluh: Adz-Dzaakiraat (Wanita Yang Banyak Berdzikir).


Dzikir termasuk ibadah yang termudah karena tidak mengorbankan tenaga, waktu atau harta. Seorang muslim dapat berdzikir tiap waktu dan tiap tempat, bahkan wanita haidh dan nifas pun bisa melakukannya. Berdzikir adalah ibadah yang amat dicintai oleh Allah s.w.t. dan memberikan ganjaran berlipat ganda, Dia memberikan ganjaran yang tidak diberikan pada ibadah selainnya.


Penutup


Itulah 10 (sepuluh) kriteria yang menuntut kaum wanita dan para isteri untuk menjadi idaman Allah s.w.t. dan Rasul-Nya dengan menanamkan semua kriteria tersebut dalam wadah keimanan.