Kamis, 28 Februari 2019

Menggunjing

Menggunjing merupakan dosa besar, namun entah kenapa, banyak manusia yang terjatuh kedalamnya, bahkan dilakukan juga oleh ahli ibadah dan orang yang berilmu –baik sengaja ataupun tidak-, kecuali yang memang diberikan taufiq oleh Allah ta’ala untuk selalu berada diatas ketaatan, dan ridha-Nya. Allah telah melarang dosa ini dalam firman-Nya yang popular, yaitu dalam QS Al-Hujurat ayat 12:


Artinya: ” dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?”.

Dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mendefinisikan ghibah/menggunjing ini yaitu:

Engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. (HR Muslim: 4690).

Imam Nawawi rahimahullah kemudian memperjelas lagi definisi ini dalam komentarnya: “Ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, perkara dunianya, dirinya, fisiknya, perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, hamba sahayanya, serbannya (penutup kepalanya), pakaiannya, gerak langkahnya, gerak gerinya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat dengan menggunakan mata, tangan ataupun kepala”. (Al-Adzkaar: 336).

Beberapa perkara yang mesti kita ketahui tentang dosa ghibah/menggunjing ini adalah:

Pertama:

Menggunjing orang lain merupakan perbuatan yang sangat menjijikkan jiwa dan hati manusia, sampai-sampai Allah ta’ala dalam ayat diatas menyerupakannya dengan memakan bangkai orang yang ia gunjingkan. Ironisnya, sangat sedikit yang bisa menghindarkan diri dari kezaliman yang satu ini. Bahkan orang yang ahli ilmu dan ahli ibadah bisa saja terjatuh didalamnya.

Kedua:

Allah ta’ala akan mengadzab orang-orang yang menggunjing semenjak ia pertama kali masuk kedalam kubur. Sebagaimana dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu: “Nabi shallallahu’alaihi wasallam suatu ketika melewati dua kuburan, beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini diadzab, dan mereka tidaklah diazab karena perkara yang besar (dalam pandangan kalian)… Sesungguhnya salah satunya selalu menyebarkan namimah (adu domba dan ghibah), sedangkan yang kedua tidaklah mensucikan diri dari kotoran air kencingnya”.(HR Bukhari: 1378).

Ketiga:

Yang mendapatkan keuntungan dan maslahat dari perbuatan menggunjing ini adalah orang yang menjadi objek gunjingan, dan yang mendapatkan kerugian dan mudharat adalah orang yang menggunjing, bukan siapa-siapa.Sebab diakhirat kelak, pahala kebaikan dan amalan orang menggunjing ini akan diberikan kepada orang yang digunjinginya, bila dosa ghibah ini masih belum terbayarkan, sedangkan pahala-pahalanya sudah habis, maka dosa dan keburukan orang yang digunjing tersebut akan diserahkan pada orang yang menggunjing, lalu ia dilemparkan kedalam neraka, sebagaimana dalam hadis yang popular. (lihat: Shahih Imam Muslim: 4/1997 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Keempat:

Dosa ghibah yang paling besar adalah terhadap para ulama, para dai, dan orang-orang shalih, sebab hal ini dapat menyebabkan manusia berpaling dari ilmu atau dakwah. Bahkan ghibah merupakan penyebab utama untuk menghina para ulama/duat yang merupakan pewaris para nabi dan rasul. Sebab itu, mereka yang suka menggunjing dan memfitnah para ulama dan dai adalah orang-orang yang cepat sekali dimatikan hatinya oleh Allah ta’ala. Imam Ibnu ‘Asakir rahimahullah berkata: “Wahai saudaraku –semoga Allah memberikan taufiq kepada saya dan anda untuk mendapatkan ridhaNya dan menjadikan kita termasuk orang yang bertaqwa kepadaNYa dengan sebenar-benarnya- dan Ketahuilah, bahwa daging–daging ulama itu beracun, dan sudah diketahui akan kebiasaan Allah dalam membongkar tirai orang-orang yang meremehkan mereka”.(Tabyyin Kadzib Al-Muftara: 29).

Juga Ibnu Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:“Menggunjing para ulama, dosanya lebih besar dari pada menggunjing orang yang bukan ulama, sebab gunjingan untuk selain ulama adalah ghibah pribadi, yang apabila terdapat mudharat, maka mudharatnya hanya sebatas pada orang yang menggunjing dan yang digunjingi, akan tetapi menggunjing ulama bisa mendatangkan mudharat pada agama islam, karena para ulama merupakan pembawa bendera islam, bila keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap ucapan dan pandangan mereka hilang (karena adanya aib/cela yang disebar lewat gunjingan) maka bendera islam (yang mereka perjuangkan) akan jatuh, sehingga ini sangat memberikan mudharat bagi umat islam. Apabila manusia yang digunjingi adalah laksana dimakan bangkainya, maka ulama yang digunjingi dagingnya berracun karena adanya mudharat yang sangat besar (dari menggunjing mereka)”. (Syarah Riyadh Al-Sholihin: 1/226).

Kelima:

Ghibah memunculkan sifat dengki, hasad dan permusuhan antara sesama manusia. Ia juga merupakan perbuatan yang menyebarkan keburukan, dusta, kezaliman, dan adu domba yang semuanya merupakan dosa yang sangat besar. Bahkan ia juga merupakan bentuk penghinaan, dan pelecehan kehormatan dan harga diri orang yang digunjingi. Sebab itu, tidak mengherankan bila sampai berakibat pada kerusakan, keretakan keluarga dan rumah tangga, pemutusan hubungan silaturrahim, perceraian, pertikaian, pembunuhan dan penganiayaan, karena harga diri merupakan harga mati bagi seorang manusia, bila dicoreng dihadapan orang lain, maka ia adalah sesuatu yang sangat memalukan dan merendahkan.

Keenam:

Orang yang menggunjing akan ditanya tentang kebenaran gunjingan tersebut diakhirat kelak. Sebagaimana dalam HR Thabarani (3/420) diriwayatkan dalam hadis: “Barangsiapa yang menggunjing orang lain dengan sesuatu yang orang tersebut tidak lakukan, dengan tujuan untuk mengolok-oloknya, maka Allah akan memenjarakannya dalam neraka jahannam sehingga ia mendatangkan kebenaran/bukti perkataannya tersebut”. Walaupun hadis ini dinilai dhoif oleh Hafidz Al-Haitsami dan Syaikh Al-Albani dari segi sanad, namun maknanya benar, dan ia pasti akan diazab sebagaimana dalam banyak hadis.

Ketujuh:

Azab orang yang menggunjing sangatlah besar diakhirat kelak, ini tambahan dari azabnya tatkala masih berada dalam alam kubur. Anas radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Tatkala saya diangkat kelangit, saya melewati kumpulan orang yang memiliki kuku terbuat dari tembaga, dengannya mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri, lantas sayapun bertanya pada Jibril ‘alaihissalam: Siapakah mereka itu wahai Jibril? Beliau menjawab: “Mereka itu adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia (menggunjing), dan suka menghina harga diri mereka”. (HR Ahmad 3/224, dan Abu Daud : 4878, shahih).

Kedelapan:

Bahwasanya dosa ghibah tidaklah diampuni kecuali harus ada sikap maaf dari orang yang digunjingi. Dari segi ini, para ulama menyandingkan ghibah dengan kesyirikan, karena kesyirikan tidak diampuni kecuali dengan taubat dan memohon ampun kepada Allah ta’ala, sedangkan ghibah tidak dimaafkan kecuali dengan memohon maaf kepada orang yang digunjingi.

Wallaahu a’lam.

Ciri ciri munafik



Lain di bibir lain di hati adalah salah satu ungkapan yang menunjuk pada sifat munafik pada manusia. Yakni ketika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang ia ketahui untuk mencapai tujuan tertentu yang menguntungkan dirinya tanpa melihat kerugian pada orang lain.

Namun selama ini kita mengetahui sifat munafik hanya sebatas pada istilah tersebut saja padahal ada banyak ciri-ciri sifat yang menunjukkan sifat munafik pada manusia seperti, dusta, khianat, dan masih banyak lainnya.

Untuk itu artikel kali ini akan membahas mengenai beberapa ciri-ciri orang yang munafik beserta penjelasannya dari al-Quran untuk kita ketahui bersama dan menghindari serta menyikapi dengan bijak

Ciri-Ciri Orang Munafik

Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai 35 ciri-ciri orang munafik.

Dusta

Ciri pertama dari orang munafik adalah dusta atau berbohong. Berdusta atau berbohong adalah suatu tindakan tercela yang tak hanya dibenci oleh manusia yang dibohongi tapi juga oleh agama. Agama melarang keras bagi umatnya untuk berdusta karena tindakan ini jelas akan memberi kerugian dan lebih banyak mudorotnya.

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa Allâh Azza wa Jalla telah membagi manusia ke dalam dua bagian, yakni orang yang jujur dan orang yang munafik. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Qur’an Surat al-Ahzab ayat 24 yang berbunyi:

لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ٢٤

Artinya:

Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzâb/33:24]

Khianat

Khianat adalah ciri berikutnya dari sifat munafik. Yakni saat seseorang yang tidak komitmen dengan apa yang dijalaninya dan tidak pernah menepati perkataannya tanpa ada kejelasan apapun. Islam secara tegas melarang tindakan khianat ini karena seseorang akan merasa sangat tersakiti jika dikhianati kepercayaannya.

Tindakan khianat ini dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Mu’minun Ayat 8 dan al-Anfaal ayat 27

وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨

Artinya:

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (Q.S al-Mu’minun : 8)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٧

Artinya:

Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.

Fujur

Fujur adalah sebuah sifat tercela dimana seseorang yang emosinya berlebihan bahkan melampaui batas saat terjadi pertikaian dengan orang lain. Orang dengan ciri ini akan terus ingin menang dan tidak terima dengan kesalahannya sehingga menunjukkan sikap yang melampaui batas untuk menekan lawan tengkarnya.

Ingkar Janji

Ingkar janji adalah salah satu ciri munafik lainnya karena seseorang yang ingkar janji tidak bisa memegang perkataannya sendiri dan tidak pernah menepati janji yang sudah ia tebarkan ke banyak orang. Menepati janji hukumnya adalah wajib, artinya ketika seseorang membuat janji maka harus menepati janji yang telah ia ucapkan tersebut.

Dalam Alquranpun telah dijelaskan mengenai janji yang harus ditepati dan tidak boleh diingkari.

Seperti yang tertuang dalam Surat an-Nahl ayat 91 yang berbunyi:

وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١

Artinya:

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (Q.S an-Nahl:91)

Kemudian dalam surat al-Isra’ ayat 34 yang berbunyi:

وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡ‍ُٔولٗا ٣٤

Artinya:

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

Malas Beribadah

Malas beribadah juga masuk dalam kategori ciri-ciri sifat munafik, hal ini dikatakan secara jelas dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ayat 142 yang berbunyi:

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

Ayat ini menceritakan tentang bagaimana seseorang munafik yang pergi ke masjid atau surau, dengan berat hati ia seret kedua kakinya seakan-akan berat dan sangat sulit untuk berjalan karena terbelenggu rantai. Kemudian ketika ia sampai di dalam masjid atau surau dia malah memilih untuk duduk di shaf yang paling akhir tanpa mengetahui apa yang dibaca imam dalam sholat, apalagi untuk menyimak dan menghayatinya.

Riya

Riya adalah termasuk sifat sombong yang sangat tercela dan dibenci oleh Allah. Contoh sederhaa dari sifat Riya’ ini adalah ketika seseorang yang sengaja menampakkan sholat dengan rajin dan khusyuk tetapi ketika seorang diri dia mempercepat sholatnya atau bahkan tidak sholat sama sekali. Apabila di depan banyak orang dia berbuat baik dan rendah hati tapi ketika sendirian dia berbuat jahat dan tinggi hati. Apabila bersama orang lain dalam suatu majlis, dia menampakkan sikap zuhud dan berakhlak baik, demikian juga pembicaraannya. Namun, jika dia seorang diri, dia akan melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.

Perkara tentang Riya telah difirmankan oleh Allah dalam Qur’an Surat al-Maa’un ayat 4-7 yang berbunyi:

فَوَيۡلٞ لِّلۡمُصَلِّينَ ٤ ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِهِمۡ سَاهُونَ ٥  ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ ٦  وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ٧

Artinya:

(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (6) orang-orang yang berbuat riya (7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7) Sedikit Berzikir.

Mempercepat Sholat

Orang-orang yang tidak khusyuk sholatnya, malah mempercepat gerak dan bacaan sholatnya adalah ciri lain dari munafik. Yakni orang-orang yang fikiran dan hatinya tidak menyatu bahkan tidak menghadirkan keagungan dan kebesaran Allah SWT dalam sholatnya.

Perkara ini juga telah diriwayatkan dalam sebuah hadis Nabi SAW yang pernah bersabda bahwa:

“Itulah sholat orang munafik, … lalu mempercepat empat rakaat (sholatnya)”

Mencela Orang-Orang Yang Taat Dan Soleh

Orang-orang dengan sifat munafik biasanya tidak bercermin pada diri sendiri dan malah memperolok orang-orang yang taat dengan ungkapan sindiran atau bahkan kasar yang tidak enak didengar seperti cemohan ataupun celaan.

Sepanjang hidupnya ia sibuk mencemooh orang-orang sholeh yang dianggapnya selalu jelek dan berlebihan.

Mengolok-Olok Al-Quran, As-Sunnah, Dan Rasulullah SAW

Orang-orang munafik seringnya tidak sadar dengan ucapan dan tindakannya yang melewati batas. Selain mengolok-olok orang soleh ia juga bahkan tidak segan untuk mengolok-olok Qur’an maupun hadis yang merupakan dasar pedoman bagi agama Islam beserta dengan amalan-amalan lainnya.

Walaupun mereka menganggapnya hanya sebagai candaan saja namun hal tersebut sudah termasuk kafir. Seperti firman Allah dalam Qur’an Surat at-Taubah ayat 65-66 yang berbunyi:

وَلَئِن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُونَ ٦٥ لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَٰنِكُمۡۚ إِن نَّعۡفُ عَن طَآئِفَةٖ مِّنكُمۡ نُعَذِّبۡ طَآئِفَةَۢ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ مُجۡرِمِينَ ٦٦

Artinya:

(65) Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? (66) Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (Q.S. At-Taubah: 65-66)

Bersumpah Palsu

Ciri berikutnya dari sifat munafik adalah dengan bersumpah palsu. Yakni orang-orang yang jika ia sedang bersaksi maka ia memberikan sumpah palsu dengan tanpa memperdulikan dosa maupun akibat negative dari sumpah palsunya tersebut.

Ia bahkan berani mengucap sumpah dengan menyertakan Demi Allah yang dilakukan semata-mata untuk menutupi kedustaannya. Dan jika ia ditegur atau dinasehati ia malah mengumpat, mengelak atau bahkan memfitnah orang lain supaya ia terbebas dari sangkaan atau dugaan terhadapnya.

Perkara tentang sumpah palsu ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Munafiqun ayat 2 dan Al-Mujadilah ayat 16 yang berbunyi:

ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢

Artinya:

Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. al-Munafiqun:2)

ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ فَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ١٦

Artinya:

Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. (Al-Mujadilah:16).

Enggan Berinfak

Selain bersikap merugikan orang lain, orang-orang munafik juga sangat pelit dan tidak mau  melakukan hal-hal yang bersifat berkorban untuk membantu orang lain apalagi yang sekiranya merugikan diri. ia hanya ingin untung sendiri dan tidak peduli dengan kerugian orang lain. Dan ia juga sangat hitung-hitungan bahkan menghindari terhadap hal-hal yang akan mengurangi kekayaan hartanya yang sebenarnya juga merupakan hak dari orang lain yang lebih membutuhkan. Jikapun mereka berinfak, maka hanya untuk kepentingan tertentu yang menjurus kepada riya’ maupun sum’ah.

Padahal infak sangat di anjurkan dan diperintahkan dengan jelas dalam alqur’an maupun dalam hadis. Seperti firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 254 ini yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ يَوۡمٞ لَّا بَيۡعٞ فِيهِ وَلَا خُلَّةٞ وَلَا شَفَٰعَةٞۗ وَٱلۡكَٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٢٥٤

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa´at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

Kemudian dalam surat al-Hajj ayat 22 yang berbunyi:

كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا مِنۡ غَمٍّ أُعِيدُواْ فِيهَا وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ ٢٢

Artinya:

Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan), “Rasailah azab yang membakar ini”

Tidak Menghiraukan Nasib Sesama Kaum Muslimin

Orang-orang munafik tidak memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain walaupun terhadap sesama kaum muslim lainnya dan hanya peduli terhadap kemakmuran dirinya sendiri saja.

Hal inilah yang membuat barisan kekuatan para muslim menjadi lemah karena menjadi terpecah-belah akibat ketidak pedulian kepada sesame muslimnya.

Sering menyebarkan dan melebih-lebihkan

Ciri lain dari sifat munafik adalah dengan melebih-lebihkan kejadian apalagi kesalahan orang lain. Ketika ia melihat sedikit kesalahan dari orang lain maka ia akan langsung menyebarkannya secara berlebihan dan terus mengulanginya hingga ia merasa bosan sendiri sehingga semua orang mengetahui bahkan menjadi salah paham terhadap orang yang terus dijadikan bahan omongan.

Mengingkari Takdir

Orang munafik selalu berpikiran pendek tentang apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi padanya, tidak menyadari bahwa semua apa yang terjadi dalam hidup ini adalah atas ijin dari Allah SWT. Ketika ia tertimpa musibah ia akan menyalahkan orang lain atau langkah yang diambilnya, bukan menerima apalagi mengakui hikmah dari musibah yang ia alami.

Mencaci Maki Kehormatan Orang-Orang Soleh

Menjelek-jelekkan orang lain di belakang adalah salah satu kebiasaan seorang munafik. Ia akan  dengan santainya mencaci maki, menjelek-jelekkan, mengumpat dan menjatuhkan kehormatan mereka tanpa berkaca pada dirinya sendiri.

أَشِحَّةً عَلَيۡكُمۡۖ فَإِذَا جَآءَ ٱلۡخَوۡفُ رَأَيۡتَهُمۡ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ تَدُورُ أَعۡيُنُهُمۡ كَٱلَّذِي يُغۡشَىٰ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَإِذَا ذَهَبَ ٱلۡخَوۡفُ سَلَقُوكُم بِأَلۡسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى ٱلۡخَيۡرِۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَمۡ يُؤۡمِنُواْ فَأَحۡبَطَ ٱللَّهُ أَعۡمَٰلَهُمۡۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٗا ١٩

Artinya:

Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S. al-Ahzab:9)

Sering Meninggalkan Sholat Berjamaah

Seseorang yang munafik akan cenderung malas dan bahkan meninggalkan sholat berjamaah walaupun keadaannya sehat wal’afiat. Ia enggan mendatangi masjid walaupun panggilan adzan telah berkumandang dan memiliki waktu luang tanpa hambatan apapun. Ia akan hanya diam seperti tidak mendengar panggilan adzan karena hatinya tertutup oleh kemunafikan.

Membuat Kerusakan Di Muka Bumi Dengan Dalih Mengadakan Perbaikan

Orang munafik selalu memutar otaknya untuk mendapatkan banyak keuntungan walaupun keuntungan itu harus dengan cara merugikan orang lain. Dan ia sangat pandai untuk memutar balikkan fakta dan menipu orang-orang seakan-akan sedang mengusahakan perbaikan pada dunia padahal ia hanya mengarah keuntungan walaupun dengan mengorbankan dan membuat kerusakan di bumi.

Hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 11-12 yang berbunyi:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ ١٢

(11) Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan” (12) Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah: 11-12)

Tidak Sesuai Antara Zahir Dengan Bathin

Orang-orang munafik sebenarnya secara zahir telah menyadari dan mengakui tentang adanya Nabi Muhammad sebagai Rasul utusan Allah, namun secara Bathinnya ia masih mendustakan kesaksian tersebut dan memiliki perasaan terselubung yang busuk dan menghancurkan. Penampilan luarnya terlihat beriman namun dalam hatinya hanya main-main.

Takut Terhadap Kejadian Apa Saja

Orang-orang munafik selalu memiliki siasat jahat sehingga ia selalu merasa takut jika orang lain juga memiliki siasat jahat terhadapnya. Jiwanya tidak tenang dengan pikiran-pikiran negative yang selalu menggerogoti hatinya dan terlalu sibuk dengan persoalan duniawi. Sehingga ia berharap bahwa hidupnya tetap seperti ini dan tidak diganggu oleh siapapun padahal kehidupan manusia adalah layaknya seperti roda yang terus berputar, kadang di atas dan kadang di bawah.

Beruzur Dengan Dalih Dusta

Orang munafik selalu punya alasan untuk menghindari tanggung jawab apalagi yang bersifat mengorbankan diri seperti berperang atau membantu sesama umat muslim.

وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ ٱئۡذَن لِّي وَلَا تَفۡتِنِّيٓۚ أَلَا فِي ٱلۡفِتۡنَةِ سَقَطُواْۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٩

Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah”. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah: 49)

Menyuruh Kemungkaran Dan Mencegah Kemakrufan

Orang-orang munafik secara diam-diam akan terus merusak bumi dan seisinya terlebih dengan akhlak masyarakatnya dengan berbagai cara seperti menggembar-gemborkan tentang kemerdekaan wanita, persamaan hak, penanggalan hijab/jilbab. Mereka juga berusaha memasyarakatkan nyanyian dan konser, menyebarkan majalah-majalah porno (semi-porno) dan narkoba.

Ia terus mengajak orang-orang untuk menikmati hidup yang singkat dan Cuma sekali. Ia mengajak supaya orang-orang tidak terlalu larut dengan ibadah dan keagamaan yang menurutnya semu.

Pelit

Orang-orang munafik biasanya sangat gila harta dan sangat pelit walau hanya untuk membagi sedikit kekayaannya untuk keluarganya sendiri sekalipun apalagi untuk orang lain yang bukan keluarganya seperti bersedekah atau infak.

Lupa Kepada Allah SWT

Allah sang pencipta seluruh alam dan isinya adalah dzat yang sudah sepatutnya kita ingat dan kita sembah. Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi para munafik. Mereka hanya mengingat kekayaan dan kesenangan duniawi tanpa mengingat Allah SWT.

Mendustakan Janji Allah SWT Dan Rasul-Nya

Allah adalah maha benar dan Rasul adalah utusan Allah yang membawa kebenaran dan keselamatan bagi umat manusia. Namun mereka (orang munafik) tidak mengakuinya dan malah menyebarkan bahwa hal itu adalah dusta semata.

Hal ini dijelaskan dalam Qur’an surat al-Ahzab ayat 12 yang berbunyi:

وَإِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ مَّا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ إِلَّا غُرُورٗا ١٢

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya” (Al-Ahzab: 12)

Lebih Memperhatikan Zahir, Mengabaikan Bathin

Orang munafik selalu sibuk memperbaiki penampilan mereka namun tidak pernah memperhatikan penampilan batin mereka di hadapan Allah SWT. Mereka hanya sibuk berbelanja duniawi tanpa menerapkan sholat, dzikir, dan lainnya.

Sombong Dalam Berbicara

Orang munafik tidak memiliki ilmu apapun namun ia selalu bersikap dan berbicara seolah-olah ia adalah orang berilmu dan berpendidikan. Bicaranya selalu wah dan angkuh supaya terlihat terhormat dan berwibawa.

Tidak Memahami Ad Din

Orang munafik hanya tertarik pada urusan duniawi dan mendalami segala hal untuk memperkaya harta serta derajat di mata manusia lain seperti mengendarai mobil dan mendalami ilmu-ilmu untuk terlihat keren namun ia enggan untuk mempelajari agama sehingga pengetahuan tentang keagamaannya sangat nihil.

Bersembunyi Dari Manusia Dan Menentang Allah Dengan Perbuatan Dosa

Orang munafik berbaur dan bersama-sama melakukan kebaikan dengan orang taat, namun sesungguhnya ia selalu menganggap ringan perkara-perkara yang melawan hukum Allah SWT bahkan menentang-Nya dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan secara sembunyi-sembunyi.

يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسۡتَخۡفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمۡ إِذۡ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرۡضَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطًا ١٠٨

Artinya:

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (An-Nisa’: 108)

Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Bila Melihat Orang lain Senang

Orang munafik merasa senang melihat orang lain susah, namun sebaliknya ia merasa susah bila melihat orang lain senang. Ia senantiasa mengikuti perkembangan berita dan menyebarluaskan berita-berita duka dengan memasang caption ikut prihatin padahal hatinya senang dan terhibur karena berita duka tersebut.

Melalaikan sholat fardu

Orang munafik tidak hanya menipu dan merugikan orang lain tapi juga dengan sengaja melalaikan sholat fardhu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Dengki

Orang munafik selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain dan selalu menghasut orang-orang untuk juga merasakan iri seperti yang ia rasakan.

Ghasab

Orang munafik memiliki sifat pelit namun selalu menganggap apa yang milik orang lain itu bisa ia pinjam atau pinta tanpa harus ia meminta ijin terhadap si pemilik, dan jika ia tidak dibolehkan untuk meminjam maka ia marah dan menyebarluaskan ke orang-orang lain bahwa orang tersebut pelit.

Memakan Harta Anak Yatim

Orang munafik tidak pernah puas dengan kekayaan harta yang dimilikinya sehingga ia tidak segan-segan untuk memakan harta anak yatim.

Tidak Membayar Hutang

Orang munafik selalu gila harta dan enggan membagi hartanya walaupun dalam bentuk pinjaman kepada sesama umat muslim yang membutuhkan. Namun ketika ia membutuhkan bantuan berupa pinjaman uang maka ia akan sulit dan tidak rela untuk membayar hutangnya tersebut.

Memutus Silaturahmi

Orang munafik tidak memperdulikan hal lain selain kesenangan dirinya dalam hal duniawi walaupun harus memutus silaturahmi.

Kandungan surat Thaha

Surah Thahah adalah surah ke-20 Al-Quran. Surah ini dimulai dengan huruf muqattha'ah (Tha, Ha) sehingga surah ini disebut sebagai surah Thaha. Nama lain surah ini adalah Al-Kalim yang merupakan gelar dan lakab Nabi Musa as sebagai Kalimullah (yang bercakap-cakap dengan Allah). Kisah nabi besar Allah ini, pembicarannya dengan Allah swt secara langsung dan alasan pemberian gelar ini kepadanya dijelaskan dalam surah ini. Sesuai dengan urutan penyusunan (mushaf) surah Thaha adalah surah ke-20 dan berdasarkan hitungan pewahyuan merupakan surah ke-45 surah Al-Quran. Surah Thaha adalah surah yang diturunkan di Mekkah sehingga tergolong sebagai salah satu surah Makkiyah. Jumlah ayat surah ini berdasarkan pendapat para qari (qurra) Kufah adalah 135 ayat dan menurut para qari Hijaz adalah 134 sementara para qari Bashrah menilainya terdiri dari 130 ayat dan para qari Syam menganggapnya berjumlah 140 ayat. Di antara beberapa pendapat ini, pendapat pertamalah yang benar dan masyhur. Jumlah katanya adalah 1534 kata dan jumlah hurufnya adalah 5399 huruf. Dari sisi isi, surah Thaha termasuk sebagai surah miun (surah yang terdiri dari seratus atau lebih ayat) dan relatif berukuran sedang. Kurang lebih surah ini terdiri dari setengah juz sempurna Al-Quran. Surah Thaha adalah surah yang ke-11 yang dimulai dengan huruf muqattha'ah.

Surah ini disampaikan kepada Rasulullah sawdan menentukan apa yang menjadi tugasnya. Allah swt berfirman bahwa taklif ini tidaklah menyusahkannya dan ia harus mengajak masyarakat. Adapun hasilnya diserahkan kepada Allah swt karena segala sesuatunya kembali kepada-Nya. Apabila orang-orang mendustakan dan mengingkari (kafir) maka hal itu tidak sedikit pun akan merugikan Rasulullah saw. Allah swt menitahkan Rasul-Nya untuk bersikap moderat dan proporsional dalam segala hal bahkan dalam doa dan ibadah. Kisah Adam dan perbuatan dosa yang dilakukannya, turunnya Adam dari surga, pengampunan dan hidayah Ilahi untuknya, kisah Nabi Musa as, penyembahan sapi Bani Israil, dialog antara Musa as dan Fir'aun, kejadian para penyihir, doa-doa dan munajat-munajat Nabi Musa as adalah kandungan utama surah ini.

Kandungan surat Maryam

Surat Maryam terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, bahkan sebelum sahabat-sahabat beliau hijrah ke negeri Habsyi. Menurut riwayat Ibnu Mas’ud, Ja’far bin Abi Thalib membacakan permulaan surat Maryam ini kepada raja Najasyi dan pengikut-pengikutnya di waktu ia ikut hijrah bersama-sama sahabat-sahabat yang lain ke negeri Habsyi.
Surat ini dinamai Maryam, karena surat ini mengandung kisah Maryam, ibu Nabi Isa a.s. yang serba ajaib, yaitu melahirkan puteranya lsa a.s., sedang ia sebelumnya belum pernah dikawini atau dicampuri oleh seorang laki-laki pun. Kelahiran Isa a.s. tanpa bapa, merupakan suatu bukti kekuasaan Allah s.w.t. Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surat ini, diawali dengan kisah kejadian yang luar biasa dan ajaib pula, yaitu dikabulkannya doa Zakaria a.s. oleh Allah s.w.t., agar beliau dianugerahi seorang putera sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaan beliau, sedang usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul yang menurut ukuran ilmu biologi tidak mungkin akan terjadi.
        a.      Kandungan Pokok Surat Maryam
1.      Keimanan:
Allah berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya, kendatipun menyimpang dan hukum-hukum alam; Isa a.s. bukan anak Allah karena mustahil Allah mempunyai anak; Jibril a.s. turun kepada rasul-rasul membawa wahyu atas perintah Allah; di hari kiamat orang kafir menghadap Allah sendiri-sendiri semua manusia akan menghadap Tuhan sebagai hamba.
2.      Kisah-kisah:
Allah mengabulkan doa Zakaria a.s. untuk memperoleh anak, sekalipun usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul; kisah kelahiran Isa a.s. tanpa bapak; kisah Ibrahim a.s. dengan bapaknya; Musa a.s. seorang yang dipilih oleh Allah; Ismail a.s. seorang yang benar dalam janjinya; Idris a.s. seorang yang sangat kuat kepercayaannya.
3.      Dan lain-lain:
Ancaman terhadap orang yang meninggalkan sembahyang dan mengikuti hawa nafsunya serta kabar gembira untuk orang-orang yang telah taubat dan mengerjakan amal-amal yang saleh; keadaan di syurga; membiarkan orang yang sesat setelah diberi petunjuk bergelimang dalam kesesatannya adalah sunnah Allah.
Surat Maryam mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh manusia apabila mereka memikirkan kejadian-kejadian di alam semesta dalam hubungan dengan Penciptanya; ada kejadian yang terjadi sesuai dengan sunnah Allah dan dapat dipikirkan oleh manusia; dan ada pula kejadian yang luar biasa, aneh lagi ajaib yang tidak sampai pikiran manusia kepadanya. Kejadian-kejadian yang luar biasa ini terjadi pada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah, dan dikemukakan kepada manusia agar mereka percaya kepada Allah Maha Pencipta.
          b.      Hikmah Dalam Surah Maryam
Ada beberapa hikmah  kenapa maryam menjadi wanita pilihan, diantaranya :
1.      Maryam, ketika masa kecilnya ia adalah sosok yang suka beribadah, ia menghabiskan masa kecilnya di tempat ibadah, ia jugalah yang membersihkan dan merawat tempat ibadah tersebut. Ia seorang yang suka beribadah di dalam mihrabnya.
2.      Maryam dipersiapkan untuk menjadi seorang ibu dari seorang nabi pilihan Allah, yaitu Isa AS. Untuk melahirkan seorang anak yang sholih tentunya dari seorang yang juga sholihah. Dengan kesholihan Maryam Allah memilih dia untuk menjadi ibu dari Isa AS.
3.      Maryam adalah sosok yang sangat taat dan sabar, kesabaran maryam terlihat ketika ia harus menerima untuk mengandung Isa AS sampai mengalami masa-masa sulit dan dalam keadaan sendirian ketika ia melahirkan nabi Isa AS.
4.      Maryam adalah seorang yang sangat menjaga kesucian dirinya. Dalam surat Maryam ayat 20 disebutkan "Wa lam aku baghiyya" artinya: "dan aku bukanlah seorang yang (baghiyah) berzina". Sehingga dalam ayat 42 itu juga disebutkan (wa thohharoki) dan mensucikanmu. Maryam adalah sosok seorang wanita yang senantiasa menjaga kesuciannya.
Oleh sebab itulah ketika Allah telah memilihnya, maka untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah, Allah memerintahkan pada Maryam dalam ayat selanjutnya, ayat 43 : "Ya maryamu uqnutii lirobbiki wasjudii warka'ii ma'ar rooki'in". Artinya: "Wahai Maryam tunduklah pada perintah Tuhanmu, dan sujudlah serta rukuklah bersama orang-orang yang rukuk".Tentunya ada hal yang sangat berbeda jauh ketika seorang muslimah yang telah Allah pilih untuk memiliki pengetahuan islam yang lebih dari muslimah lainnya yang belum ataupun masih sedikit sekali mengenal islam dan mengamalkan islam secara benar. Apalagi ketika seorang muslimah telah memantapkan hati dan dirinya untuk bergabung dalam dakwah, memberikan hidupnya untuk dakwah, tentunya ini adalah nikmat luar biasa yang tidak dipilihkan dan diperuntukkan buat semua muslimah. Seorang muslimah yang bercita-cita untuk memuliakan islam adalah sangat penting untuk belajar dari kehidupan Maryam AS.
           c.       Keutamaan surah maryam antara lain

Banyak orang menyarankan kepada ibu hamil agar rajin membaca Surat Yusuf dan Surat Maryam. Dipercaya bahwa wanita tersebut akan melahirkan anak yang tampan (bila bayinya laki-laki) bila ia sering membaca Surat Yusuf, dan bayinya akan terlahir cantik (untuk bayi perempuan) bila ia sering membaca Surat Maryam semasa kehamilan. Tentunya kehidupan seorang muslimah yang telah memiliki pemahaman tentang agama bahkan dakwah akan berbeda dari tampilannya dari mereka yang belum memiliki pemahaman itu. Sikap wanita sholihah adalah tatkala ia tunduk dengan ketentuan Allah untuk menguraikan jilbab menutup auratnya. Menjaga diri, pergaulan, serta kesuciannya. Bersabar dengan ketentuan Allah ketika diamanahi untuk mengandung amanah dari Allah dan menjadi seorang ibu yang mulia. Serta selalu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan rukuk dan sujud dalam sholat lima waktu dan sholat-sholatsunah lainnya. Ya.. berusaha menjadi seperti Maryam 'alaihassalam.
Allah subhana wa taala  mengajarkan kita bahwa yang terpenting bagi keturunan kita bukanlah meminta kesempurnaan fisik, melainkan meminta kualitas keshalehan bagi keturunan kita. Hal ini bisa kita lihat pada do'a Nabi Ibrahim di Surat Ash Shaffaat ayat ke-100; "Robbi hablii minash shoolihiin” Artinya : Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Banyak lagi doa-doa dalam al-Qur'an yang yang memperlihatkan kepada kita betapa pentingnya memohon dan mendapatkan keturunan yang shaleh.

Wallahu a’lam.

Kandungan surat Al Kahfi

Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i’tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Kekuasaan Allah swt untuk memberi daya tahan hidup pada manusia di luar hukum kebiasaan: dasar-dasar tauhid serta keadilan Allah s.w.t. tidak berobah untuk selama-lamanya; kalimat-kalimat Allah (ilmu-Nya) amat luas sekali, meliputi segala sesuatu, sehingga manusia tidak mampu buat menulisnya. Kepastian datangnya hari berbangkit; Al Quran adalah kitab suci yang isinya bersih dari kekacauan dan kepalsuan.

2. Hukum-Hukum:
Dasar hukum wakalah (berwakil); larangan membangun tempat ibadah di atas kubur; hukum membaca “Insya Allah”, perbuatan salah yang dilakukan karena lupa adalah dimaafkan; kebolehan merusak suatu barang untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar.

3. Kisah-Kisah:
Cerita Ashhabul Kahfi; cerita dua orang laki-laki yang seorang kafir dan yang lainnya mukmin; cerita Nabi Musa a.s. dengan Khidhr a.s.; cerita Dzulkarnain dengan Ya’juj dan Ma’juj.

4. Dan lain-lain:
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari cerita-cerita dalam surat ini antara lain tentang kekuatan iman kepada Allah swt serta ibadah yang ikhlas kepadaNya; kesungguhan seseorang dalam mencari guru (ilmu) adab sopan-santun antara murid dengan guru; dan beberapa contoh tentang cara memimpin dan memerintah rakyat, serta perjuangan untuk mencapai kebahagiaan rakyat dan negara.



Surat Al Kahfi dimulai dengan menerangkan sifat Al Quran sebagai petunjuk dan peringatan bagi manusia, dan sebagai peringatan pula terhadap mereka yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Semua yang ada dipermukaan bumi merupakan perhiasan bagi bumi dan sengaja diciptakan Allah agar manusia memikirkan bagaimana cara mengambil manfaat dari semuanya itu. Kekuasaan Allah dan betapa luas pengetahuan-Nya dikemukakan dalam surat ini dengan menyebutkan kisah Nabi Musa a.s. dengan Khidhr a.s., kisah Dzulqarnain dan dengan mengibaratkan bahwa seandainya semua air yang ada di bumi dan ditambah lagi sebanyak itu pula dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, tentu tidak akan mencukupi. Kemudian diterangkan bahwa semua amal orang musyrik itu tidak diberi pahala di akhirat, sedang untuk orang-orang mukmin disediakan Jannatun Na’im.

HUBUNGAN SURAT AL KAHFI DENGAN SURAT MARYAM

1. Kedua surat ini sama-sama mengandung kisah yang ajaib, seperti surat Al Kahfi mengemukakan kisah Ashhabul Kahfi, kisah Musa a.s. dengan Khidhr a.s., kisah Dzulqarnain, sedang surat Maryam mengemukakan kisah keluarga Yahya a.s. di waktu bapaknya Zakariya a.s. telah sangat tua dan ibunya seorang wanita tua yang mandul, dan kisah kelahiran Isa a.s. tanpa bapak.

2. Bagian akhir surat Al Kahfi menerangkan tentang ancaman Allah terhadap orang-orang kafir yang mengambil pelindung selain Allah, semua amal mereka sia-sia dan mereka dimasukkan ke dalam neraka, sedang pada bagian akhir surat Maryam diulangi lagi celaan dan ancaman Allah terhadap orang-orang yang mempersekutukan-Nya.