Sabtu, 02 Maret 2019

Kandungan surat An Nur

Surat An Nur terdiri atas 64 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Madaniyah. Dinamai An Nuur yang berarti Cahaya, diambil dari kata An Nuur yang terdapat pada ayat ke 35. Dalam ayat ini, Allah s.w.t. menjelaskan tentang Nuur Ilahi, yakni Al Quran yang mengandung petunjuk-petunjuk. Petunjuk-petunjuk Allah itu, merupakan cahaya yang terang benderang menerangi alam semesta. Surat ini sebagian besar isinya memuat petunjuk- petunjuk Allah yang berhubungan dengan soal kemasyarakatan dan rumah tangga.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Kesaksian lidah dan anggota-anggota atas segala perbuatan manusia pada hari kiamat; hanya Allah yang menguasai langit dan bumi; kewajiban rasul, hanyalah menyampaikan agama Allah; iman merupakan dasar daripada diterimanya amal ibadah.

2. Hukum-hukum:
Hukum-hukum sekitar masalah Zina, li’an dan adab-adab pergaulan di luar dan di dalam rumah tangga.

3. Kisah-kisah:
Cerita tentang berita bohong terhadap Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a. (Qishshatul Ifki).

4. Dan lain-lain:
Semua jenis hewan diciptakan Allah dari air; janji Allah kepada kaum muslimin yang beramal saleh.



Dalam surat An Nuur terdapat ayat-ayat hukum dan petunjuk-petunjuk Allah bagi manusia, baik yang berhubungan dengan hidup kemasyarakatan maupun dengan hidup berumah tangga. Kesemuanya itu merupakan cahaya yang menyinari kehidupan manusia dalam menempuh jalan yang menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

HUBUNGAN SURAT AN NUUR DENGAN SURAT AL FURQAAN

1. Surat An Nuur ini, ditutup oleh Allah s.w.t. dengan keterangan bahwa Dialah yang memiliki langit dan bumi serta segala isinya dan yang mengaturnya berdasarkan hikmah dan kemaslahatan yang dikehendaki-Nya. Dan Dia pulalah yang berbuat perhitungan terhadap segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya pada hari kiamat. Maka dalam surat Al Furqaan Allah memulai dengan menunjukkan ketinggian-Nya baik pada zat, sifat-sifat, dan perbuatan-Nya, dan menunjukkan pula kecintaan-Nya kepada hamba- hamba-Nya dengan dengan menurunkan Al Quran sebagai pedoman hidup bagi mereka.

2. Pada akhir surat ini Allah mewajibkan kaum muslimin mengikuti Rasul-Nya, Muhammad s.a.w; serta mengancam dengan azab bagi mereka yang menentangnya; maka pada permulaan surat Al Furqaan, Allah menyebutkan bahwa kepada Nabi Muhammad s.a.w. diberikan Al Quran yang membimbing umat manusia.

3. Pada masing-masing umat digambarkan keadaan awan, turunnya hujan dan penghijauan bumi sebagai bukti kekuasaan Allah.

4. Dalam kedua surat ini Allah menjelaskan bahwa amal usaha orang-orang kafir pada hari kiamat tidak diberi pahala barang sedikitpun, dan keduanya menerangkan pula asal mula kejadian manusia.

Batalkah wudhu kita menyentuh istri setelah wudhu?

Para ulama fikih berselisih pendapat tentang masalah ini, ada berbagai pendapat yang cukup banyak. (Lihat al-Majmu’ 2:34 Imam Nawawi). Di sini kami akan sebutkan tiga pendapat saja:

Pendapat Pertama: Menyentuh wanita membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat atau tidak, tetapi kalau ada pembatasnya seperti kain, maka tidak membatalkan wudhu. Pendapat ini populer dalam madzhab Syafi’i. Pendapat berlandaskan dengan berbagai argumen, yang paling masyhur dan kuat adalah firman Allah dalam surat An-Nisa’: 43.

أَوْ لاَمَسْتُم النِّسَآءَ

“Atau kamu telah berjima’ dengan istri.” (QS. An-Nisa’: 43).

Mereka mengartikan kata لاَمَسْتُمُ dalam ayat tersebut dengan menyentuh. (Lihat al-Umm 1:30 oleh Imam Syafi’i dan al-Majmu’ 2:35 oleh Imam Nawawi).

Pendapat Kedua: Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara mutlak baik dengan syahwat maupun tidak berdasarkan beberapa dalil berikut:

Dalil Pertama:

Ketika seseorang berwudhu, maka hukum wudhunya itu hukum asalnya suci dan tidak batal sehingga ada dalil yang mengeluarkan dari hukum asalnya. Dalam hal ini, pembatal itu tidak ada, padahal kita ketahui bersama bahwa menyentuh isteri adalah suatu hal yang amat sering terjadi. Seandainya itu membatalkan wudhu, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskan kepada umatnya dan masyhur di kalangan sahabat, tetapi tidak ada seorang pun dari kalangan sahabat yang berwudhu hanya karena sekedar menyentuh istrinya. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 21:235).

Dalil Kedua:

Dari Aisyah d bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium sebagian istrinya kemudian keluar menuju shalat dan tidak berwudhu lagi. Saya (Urwah) berkata: Tidaklah dia kecuali Anda kan? Lalu Aisyah tertawa. (Shahih. Riwayat Tirmidzi: 86, Abu Dawud: 178, Nasa’i: 170, Ibnu Majah: 502 dan dishahihkan al-Albani dalam al-Misykah: 323. Lihat pembelaan hadis ini secara luas dalam at-Tamhid 8:504 Ibnu Abdil Barr dan Syarh Tirmidzi 1:135-138 Syaikh Ahmad Syakir).

Hadis ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah membatalkan wudhu sekalipun dengan syahwat. Demikian ditegaskan oleh Syaikh al-Allamah as-Sindi dalam Hasyiyah Sunan Nasa’i 1:104.

Dalil Ketiga:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Saya pernah tidur di depan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kedua kakiku berada di arah kiblatnya. Apabila beliau sujud, maka beliau menyentuhku lalu saya pun mengangkat kedua kakiku, dan bila beliau berdiri, maka aku membentangkan kedua kakiku seperti semula. (Aisyah) berkata: “Rumah-rumah saat itu masih belum punya lampu”. (HR. Bukhari: 382 dan Muslim: 512).

Hadis ini menunjukkan bahwa menyentuh istri tidaklah membatalkan wudhu. Adapun takwil al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 1:638 bahwa kejadian di atas bisa jadi karena ada pembatasnya (kain) atau kekhususan bagi Nabi, maka takwil ini sangat jauh sekali dari kebenaran, menyelesihi dhahir hadis dan takalluf (menyusahkan diri). (Periksa Nailul Authar asy-Syaukani 1:187, Subulus Salam as-Shan’ani 1:136, Tuhfatul Ahwadzi al-Mubarakfuri 1:239, Syarh Tirmidzi Ahmad Syakir 1:142).

Dalil Keempat:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Pada suatu malam saya pernah kehilangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari tempat tidur maka saya mencarinya lalu tanganku mengenai pada kedua punggung kakinya yang tegak, beliau shalat di masjid seraya berdoa: “Ya Allah saya berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu…”. (HR. Muslim: 486).

Hadis ini menunjukkan bahwa istri menyentuh suami tidaklah membatalkan wudhu. Adapun penjelasan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 4:152 bahwa kejadian tersebut bisa jadi karena ada pembatas kainnya, maka menyelisihi dhahir hadis. (Lihat at-Tamhid 8:501 Ibnu Abdil Barr dan Tafsir al-Qurthubi 5:146).

Dalil Kelima:

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat sedangkan saya tidur terbentang di depannya layaknya jenazah sehingga apabila beliau ingin melakukan witir, maka beliau menyentuhku dengan kakinya”.

(HR. Nasai 1/102/167. Imam Za’ilai berkata: “Sanadnya shahih menurut syarat shahih dan dishahihkan Imam Nawawi dalam al-Majmu’ 2:35).

Hadis ini menunjukkan bahwa menyentuh wanita tidaklah membatalkan wudhu dengan kaki atau anggota badan lainnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam at-Talkhis hal. 48: “Sanadnya shahih, hadis ini dijadikan dalil bahwa makna “Laamastum” dalam ayat adalah jima’ (berhubungan) karena Nabi menyentuh Aisyah dalam shalat lalu beliau tetap melanjutkan (tanpa wudhu lagi -pent)”.

Pendapat Ketiga:

Rincian:

Batal wudhunya apabila menyentuh wanita dengan syahwat, dan tidak batal apabila tidak dengan syahwat. Dalil mereka sama seperti pendapat kedua, tetapi mereka membedakan demikian dengan alasan “Memang asal menyentuh tidak membatalkan wudhu, tetapi menyentuh dengan syahwat menyebabkan keluarnya air madhi dan mani, maka hukumnya membatalkan” (Lihat al-Mughni 1:260 Ibnu Qudamah).

Pendapat yang rajih (kuat) adalah pendapat kedua yaitu:

Menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu baik dengan syahwat ataupun tidak, kecuali apabila mengeluarkan air mani dan madhi maka batal wudhunya atau minimal adalah pendapat ketiga.

Adapun pendapat pertama, maka sangat lemah sekali karena maksud ayat tersebut adalah jima’ (hubungan suami istri) berdasarkan argumen sebagai berikut:

Salah satu makna kata لَمَسَ dalam bahasa Arab adalah jima’ (al-Qamus al-Mukhith al-Fairuz Abadi 2:259).

Para pakar ahli tafsir telah menafsirkan ayat tersebut dengan jima’ diantaranya adalah sahabat mulia, penafsir ulung yang dido’akan Nabi, Abdullah bin Abbas, demikian pula Ali bin Abi Thalib, Ubai bin Ka’ab, Mujahid, Thawus, Hasan Al-Bashri, Ubaid bin Umair, Said bin Jubair, Sya’bi, Qotadah, Muqatil bi Hayyan dan lainnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/550). Pendapat ini juga dikuatkan Syaikh ahli tafsir, Ibnu Jarir dalam Tafsirnya 5/102-103 dan Imam Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid.

Mengkompromikan antara ayat tersebut dengan hadis-hadis shahih di atas yang menegaskan bahwa Rasulullah n menyentuh bahkan mencium istrinya (Aisyah) dan beliau tidak berwudhu lagi.

Imam Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid 8:506 dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam at-Talkhis menukil dari Imam Syafi’i bahwa beliau berkata: “Seandainya hadis Aisyah tentang mencium itu shahih, maka madzhab kita adalah hadis Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam”. Perkataan serupa juga dikatakan oleh Imam Al-Baihaqi, pejuang madzbab Syafi’i. Hal ini menunjukkan bahwa kedua imam tersebut tidak menetapkan bahwa maksud لاَمَسْتُم dalam ayat tersebut bermakna “Menyentuh” karena keduanya menegaskan seandanya hadis Aisyah shahih, maka beliau berdua berpendapat mengikuti hadis. Seandainya kedua imam tersebut berpendapat seperti hadis, maka mau gak mau harus menafsirkan ayat tersebut bermakna “jima” sebagaimana penafsiran yang shahih. (Syarh Tirmidzi 1/141 oleh Syaikh Ahmad Syakir).

Demikianlah jawaban yang kami yakini berdasarkan dalil-dalil yang shahih, bukan fanatik madzhab dan mengikuti apa kata banyak orang. Semoga Allah menambahkan ilmu dan memberikan keteguhan kepada kita. Wallahu A’lam.


Dikutip dari https://konsultasisyariah.com

Berfikir positif

Berpikir positif dalam Islam tentunya dengan cara mengenal Allah terlebih dahulu dengan menyingkirkan pikiran jorok misalnya. Hal yang paling dasar adalah dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Allah mengasihi seluruh makhluk-Nya. Dia menganugerahkan rezeki kepada semua tumbuhan, hewan, jin dan manusia. Namun sayang sekali tidak semua manusia menyadari kekuasaan Allah Taala.

Salah satu potensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia ialah akal, sebagai kunci untuk memperoleh petunjuk terhadap segala hal.Agama Islam menganjurkan untuk selalu berpikir positif kepada Allah SWT karena akan berdampak besar dalam kehidupan seseorang. Kekuatan besar muncul untuk mengimbanginya agar tetap melakukan hal-hal yang terpuji dengan cara yang baik juga. Bermanfaat dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada sebagimana cara memilih pemimpin dalam islam .

Tapi tidak semua manusia bisa melakukannya sendiri, terkadang mereka membutuhkan kata motivasi ataupun masukan dari orang lain. Karena dalam perjalanan hidup setiap manusia, kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang dicari dan sangat diinginkan.

Berfikir positif dalam islam sendiri, tercantum dalam Al-quar dan beberapa hadist riwayat berikut ini :

“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu” (Adh Dhuha: 3)

“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

“Aku sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku.” (HR.Muslim).

Ayat diatas menjelaskan bagaimana urgensi dan pentingnya berfikir positif dalam islam. Oleh sebab itu dalam artikel ini kan diuraikan mengenai 12 Cara Berpikir Positif Dalam Islam Untuk Mencapai Sukses.

Selalu Memandang Sisi Baiknya

Lihatlah sisi baiknya dalam setiap situasi, ada manfaat yang tidak terduga dalam kondisi tersebut. Bila sering melakukannya, maka sikap tersebut akan menjadi kebiasaan dan memberikan perbedaan yang besar dalam meningkatkan kemampuan berbaik sangka. Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, carilah cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang menguntungkan. Dalam setiap tantangan yang Agan dapat, tentunya akan ada keuntungan juga yang bisa didapat. Untuk itulah, cobalah cari sisi positif dalam Islam pada setiap situasi.

2. Buang Jauh Pengaruh Negatif

Menjauhi segala sebab pengaruh negatif yang dapat mengganggu pikiran positif. Bila terlalu memikirkan apa yang sudah terjadi atau belum terjadi, maka bisa membuat seseorang berpikiran negatif. Saat pikiran negatif memasuki pikiran, maka harus mewaspadainya dan menggantikan pikiran tersebut dengan pikiran yang lebih positif. Jika tiba-tiba merasakan perlawanan dari dalam diri Anda ketika berusaha mengganti pikiran-pikiran negatif tersebut, jangan putus asa. Tetap fokuskan pada hal yang bernuansa Islami.

3. Perbanyak Sugesti Positif

Lebih mudah untuk melakukan sugesti dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif. Banyak orang yang menggunakannya untuk mencapai tujuan atau hanya sekedar sebagai pendukung atau motivasi yang positif. Pemikiran dan sugesti positif akan memotivasi diri untuk dapat berfikir secara positif. Seingga tentunya hal ini akan sangat baik bagi perkembangan pikiran dan juga otak.

4. Memvisualisasi Diri

Visualisasikan dengan menjadi orang yang beriman dan bertakwa. Salah satu hal hal yang ada di antara kita dan keinginan untuk bahagia adalah kenyataan tidak bahagia karena apa yang dipikirkan. Fakta ini menghambat untuk mencapai tujuan kebahagiaan. Jika Anda terus berpikir hal-hal seperti “GAGAL”, maka kehidupan akan tampak benar-benar terpuruk. Sebaliknya jika terus berpikir hal-hal seperti “SUKSES”, maka kehidupan berikutnya akan tampak lebih cerah sebagimana cara menghilangkan gagap dalam islam .

5. Pandai Memilih Teman

Rekan-rekan di lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang besar terhadap pandangan seseorang, baik yang positif maupun negatif. Berada terus bersama teman yang suka mengeluh hanya membuat pikiran negatif menempel terus-menerus. Hindari teman yang harus dijauhi menurut Islam. Cobalah jangan tempatkan diri Anda di tengah para pengeluh dan mereka yang munafik. Lebih baik, pilih teman-teman yang berahklak mulia, selalu memberikan motivasi, dukungan dan berpikir positif setiap saat.

Kenyataan ini telah dipaparkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ (أخيه) الْمُؤْمِنِ

Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin

6. Dominasi Diri dengan Pikiran Positif

Aktivitas dan pikiran bersifat positif atau negatif seperti magnet. Ketika menghindar untuk menyelesaikan masalah, maka masalah tersebut akan berlanjut seperti itu atau malah bertambah buruk. Dengan sering membiasakan diri, maka semakin mendominasi pikiran mencapai tujuan dengan cara-cara untuk menangani dan menerima pilihan-pilihan tersebut sebagaimana bisnis yang diperbolehkan dalam islam  .

Otak harus didominasi oleh pikiran positif sesuai tuntunan Islam dan Al Quran. Karena saat merespon, pikiran akan mencari informasi di pikiran bawah sadar, kemudian digunakannya untuk action.

7. Menjadi Pribadi yang Optimis

Berpikir positif juga bisa berarti optimis. Ini kaitannya dengan masa depan termasuk dari yang sedang kita kerjakan saat ini akan memberikan hasil kepada kita. Kebalikannya orang yang pesimis tidak yakin apa yang dia lakukan akan memberikan hasil.

8. Terbuka

Berpikir positif juga artinya terbuka, sehingga memberikan peluang bagi kita untuk terus melangkah. Sementara pikiran negatif adalah pikiran yang tertutup sehingga dirinya akan tertutup dari keberhasilan sebagimana cara berdoa dalam islam .

9. Berbaik Sangka

Berpikir positif bukan berarti menganggap semua manusia atau makhluq akan selalu berbuat baik kepada kita. Namun yang selalu baik itu datang dari Allah, bahkan melalui kejadian buruk sekalipun. Kita harus berbaik sangka kepada manusia sambil tetap waspada .

10. Selalu Ada Nilai Kebaikan

Berpikir positif juga bukan berarti semua hal yang salah menjadi baik. Namun kita bisa menemukan kebaikan dibalik kesalahan. Salah tetap salah, namun dibalik kesalahan ada hikmah sebagimana cara menjadi ibu yang sabar dalam islam . Hikmah inilah yang selalu baik.

11. Ubah Mindset

Pola pikir tersebut sering kita kenal dengan mindset atau paradigma berpikir. Yaitu sesuatu yang akan menjadi landasan atau cetakan kita berpikir. Jika pikiran bawah sadar kita sudah memiliki pola pikir positif (ada juga yang menyebut pola pikir sukses) maka semua pikiran kita akan menjadi positif sebagimana cara membuat hati ikhlas .

12. Jangan Terbawa Emosi

Banyak orang yang terbawa emosi (bukan rasio) dengan langsung menganggap dirinya “tidak becus” berbicara di depan umum. Padahal ini hanya anggapan atau optini. Faktanya Anda memang melakukan kesalahan. Tetapi, tidak ada satu kaidah logika apa pun yang mengatakan bahwa Anda “tidak bisa” (atau “tidak akan pernah bisa”) berbicara di depan umum. Ini hanya opini.

Cara menghindari sifat tercela

cara menghindari perilaku tercela harus dilakukan, seperti beberapa hal berikut ini yaitu:

1. Perbanyak beribadah

Tingkatkan ibadah kepada Allah SWT. Tujuan hidup dalam Islam adalah untuk beribadah kepada Allah, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepadaNya. Maka usahakan untuk meningkatkan ibadah kita agar dapat menjadi cara menjadi pribadi yang baik dan Islami, dan menghindari semua perilaku tecela tersebut.

2. Biasakan berbagi

Orang yang egois adalah orang yang tidak terbiasa berbagi. Maka, cara menghilangkan sifat egois adalah dengan membiasakan diri berbagi dengan sesama, dimulai dari keluarga dan teman dekat. Lakukan semuanya dengan hati ikhlas dan karena ingin membantu orang lain serta berbagi kebahagiaan bersama.

3. Selalu bersyukur atas nikmat Allah

Dalam hidup, karunia Allah bisa datang dalam bentuk apa saja. Orang yang mempunyai perilaku tercela tidak bisa merasakan karunia yang diberikan kepadanya, dan selalu merasa kurang. Biasakan untuk mengucap syukur atas segala kejadian baik yang kita alami, sekecil apapun itu. Bersyukur adalah cara merubah diri menjadi lebih baikdan terhindar dari perilaku yang tercela.

4. Pahami keterbatasan manusia

Manusia hanya makhluk yang sangat kecil dalam alam semesta ini. Tidak ada gunanya bersikap angkuh, sombong dan tinggi hati. Sebagai manusia kita punya banyak kekurangan yang nyata di hadapan kekuasaan Allah yang begitu besar. Sadarilah hal itu sebagai cara menghindari sifat takabur dan cara menghilangkan sifat angkuh dan sombong.

5. Jaga tali silaturahmi

Menghilangkan perilaku tercela bisa dengan menjalin tali silaturahmi yang baik dengan sesama muslim. Jika kita memiliki silaturahmi yang terjalin baik. tentunya tidak akan mudah bagi kita untuk merasa iri dengki, bersikap egois, bergunjing dan emosional, bahkan mengadu domba. Jika memiliki hubungan baik dengan orang lain dalam pergaulan, hal itu dapat menjadi cara menjaga kesehatan hati agar tidak dikotori perasaan buruk.

6. Introspeksi

Seringlah merenungi diri sendiri apakah telah melakukan perbuatan buruk seperti memiliki sifat tercela. Jika ternyata beberapaperilaku kita masih menunjukkan sifat tercela, maka kita dapat memulai cara merubah kepribadian agar menjauhi hal – hal tercela tersebut.

7. Pelihara perkataan baik

Jika mulut tidak bisa berkata baik, maka hal yang terbaik yang bisa dilakukan adalah diam. Perkataan yang buruk akan mengarah kepada perilaku tercela. Bila hati sedang resah karena disakiti orang lain atau ada masalah, maka cara menenangkan hati dan pikiran agar tidak mengeluarkan perkataan buruk adalah dengan cara bersikap sabar.

Perilaku tercela seperti telah dibahas diatas sebenarnya masih banyak lagi, dan semuanya akan mendapat murka dari Allah serta ancaman bahwa orang yang melakukannya tidak akan masuk surga. Namun perilaku tercela seperti ananiyah, ghadab, ghibah, hasad dan namimah adalah perilaku terpenting yang akan membuat seseorang mengembangkan perilaku buruknya ke hal – hal yang lain lagi. Karena itulah, usahakan untuk menjalani hidup dengan tenang dan ikhlas supaya tidak terjerumus pada perilaku tercela.

Jumat, 01 Maret 2019

Kamdungan surat Al Mu'min

Surat Al Mu'min terdiri atas 85 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Az Zumar. Dinamai Al Mu'min (Orang yang beriman), berhubung dengan perkataan mukmin yang terdapat pada ayat 28 surat ini. Pada ayat 28 diterangkan bahwa salah seorang dari kaum Fir'aun telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dengan menyembunyikan imannya kepada kaumnya, setelah mendengar keterangan dan melihat mukjizat yang dikemukakan oleh Nabi Musa a.s. Hati kecil orang ini mencela Fir'aun dan kaumnya yang tidak mau beriman kepada Nabi Musa a.s., sekalipun telah dikemukakan keterangan dan mukjizat yang diminta mereka.

Dinamakan pula Ghafir (yang mengampuni), karena ada hubungannya dengan kalimat Ghafir yang terdapat pada ayat 3 surat ini. Ayat ini mengingatkan bahwa Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat adalah sebagian dari sifat-sifat Allah, karena itu hamba-hamba Allah tidak usah khawatir terhadap perbuatan-perbuatan dosa yang telah terlanjur mereka lakukan, semuanya itu akan diampuni Allah asal benar-benar memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berjanji tidak akan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa itu lagi. Dan surat ini dinamai Dzit Thaul (Yang Mempunyai Kurnia) karena perkataan tersebut terdapat pada ayat 3.

Pokok-pohok isinya:

1. Keimanan:
Sifat-sifat malaikat yang memikul 'Arsy dan yang berada di sekitarnya; dalil-dalil yang menunjukkan kekuasaan Allah, sifat-sifat Allah yang menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya; ilmu Allah meliputi segala sesuatu; bukti-bukti yang menunjukkan adanya hari berbangkit.

2. Kisah:
Kisah Musa a.s. dengan Fir'aun.

3. Dan lain-lain:
Al Quranulkarim dan sikap orang-orang mukmin dan orang-orang kafir terhadapnya; permohonan orang-orang kafir supaya dikeluarkan dari neraka; peringatan kepada orang-orang musyrik tentang kedahsyatan hari kiamat; anjuran bersabar dalam menghadapi kaum musyrikin; nikmat-nikmat Allah yang terdapat di daratan dan lautan;