Rabu, 06 Maret 2019

Umar bin Khattab

Beliau adalah Abu Hafsh Umar al-Faruq bin Khattab bin Nufail bin Abdil Uzza bin Adi bin Ka’ab bin Lu’aiy bin Ghalib al-Qurasy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek keempat yaitu Ka’ab bin lu’aiy bin Ghalib. Beliau digelari “al-Faruq” karena beliaulah yang menampakkan Islam di Mekah, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menampakkan secara jelas antara kekufuran dan kebatilan. Sahabat Ibnu Abbas mengatakan, “Orang pertama yang berani menampakkan Islam di makkah adalah Umar bin Khattab.”

Beliau dilahirkan tiga belas tahun setelah Tahun Gajah. Beliau bertipe keras dan pemberani, berkulit putih, berbadan tinggi tegap, bertubuh besar dan kuat, apabila berbicara didengar dan apabila memukul menyakitkan. Di masa jahiliah, ia dididik oleh sang ayah, al-Khattab, dengan didikan yang keras. Ia dibebani untuk menggembala untanya setiap hari. Hari-hari yang melelahkan dan memberatkan sering ia lalu, dan ia pun sering mendapat pukulan bila pekerjaannya tersebut ada yang kurang. Hal itu semakin menambah kekerasan hati Umar.

Sebelum masuk Islam, Umar termasuk orang yang paling keras permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia termasuk orang yang paling banyak menyakiti dan menyiksa kaum muslimin, sehingga sebagian kaum muslimin merasa putus asa akan keislaman Umar karena kekerasan dan kegarangan perangainya. Sampai dikatakan, Umar tidak akan masuk Islam sampai ada keledainya al-Khattab yang masuk Islam.

Namun, semua ubun-ubun manusia di bawah kekuasaan dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki kemampuan atas segala sesuatu. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan kepada Ummu Salamah, “Wahai Ummu Salamah, hati seorang anak Adam berada dalam jari-jemari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa yang Allah kehendaki akan diberi petunjuk dan barang siapa yang Dia kehendakai ia akan disesatkan.” (HR. Tirmidzi, no.3522)

Umar bin Khattab Masuk Islam

Yang perlu dicatat, ada beberapa hal yang menjadikan luluhnya hati Umar hingga akhirnya ia pun mengikrarkan keislamannya, di antaranya:

Pertama: Qudrah Allah Subhanahu wa Ta’ala

Allah Subhanahu wa Ta’ala maha mampu atas segala sesuatu. Allah Subhanahu wa Ta’ala maha mampu menghidupkan bumi yang tandus menjadi hijau dan subur, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala maha mampu menghidupkan hati yang keras laksana batu menjadi lembut dan sangat perasa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَمَانَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَيَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ {16} اعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يُحْىِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلأَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ {17}

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menejlaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.” (QS. Al-Hadid: 16-17)

Kedua: Do’a Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam

Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Ya Allah, muliakan Islam dengan salah satu dari dua orang yang engkau cintai yaitu Abu jahal bin Hisyam atau Umar bin Khattabb.” Maka yang lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umar bin Khattab.(Lihat Shahih Sunan Ibnu Hibban 12/305)

Ketiga: Karena mendengar bacaan Alquran

Alquran adalah kalamullah yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam hati makhluk-Nya. Oleh karenanya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sering memperdengarkan Alquran pada telinga-telinga kaum musyrikin agar mereka mendapatkan hidayah dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Umar adalah salah satu sahabat yang dapat merasakan kekuatan kalamullah.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Di antara yang mendorong Umar masuk Islam adalah apa yang ia dengar di rumah saudarinya, Fathimah, dari ayat-ayat Alquran.” (Fathul Bari 7/176)

Setelah keislaman Umar, kemuliaan dan kekuatan Islam semakin bertambah. Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan, “Kami senantiasa menjadi mulia semenjak Islamnya Umar.” Beliau juga mengatakan, “Aku memandang, tidaklah kami dapat shalat di baitullah kecuali setelah Islamnya Umar. Setelah Umar masuk Islam ia memerangi kaum musyrikin hingga mereka membiarkan kami mengerjakan shalat.” (Al-Mu’jamul Kabir, 9:165)

Keutamaan Umar bin Khattab

Suatu hari, Umar datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seraya mengatakan, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak meninggalkan satu majelis pun yang dahulu aku pernah duduk di majelis tersebut tatkala dalam kekufuran, kecuali aku umumkan keislamanku. Aku datangi perkumpulan-perkumpulan kaum musyrikin lalu aku umumkan bahwa aku bersaksi tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, hingga mereka mengeroyokku dan terjadi saling pukul antara aku dan mereka. Hingga, apabila jumlah mereka semakin bertambah banyak, datang seorang laki-laki melerainya.” Ditanyakan, “Siapakah laki-laki yang telah meleraimu dari keroyokan mereka?” Umar menjawab, “Dia adalah al-Ash bin Wa’il As-Sahmi.” (Shahih Sirah an-Nabawiyyah, Hal.193)

Tatkala datang perintah hijrah, sebagian kaum muslimin meninggalkan Mekah dengan sembunyi-sembunyi khawatir akan makar kafir Quraisy. Namun, Umar berangkat hijrah ke Madinah secara terang-terangan, dan bersamanya ada dua puluh sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara keutamaan dan keistimewaan sahabat Umar yang lain adalah:

Pertama: Beliau termasuk sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dijamin masuk surga.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Tatkala aku tertidur, aku melihat diriku berada di surga, tiba-tiba aku melihat ada seorang wanita sedang berwudhu di samping sebuah istana. Aku menanyakan milik siapakah istana itu, lalu dikatakan, ‘Milik Umar.’ Maka aku melihat kecemburuan pada diri Umar hingga aku pun pergi meninggalkannya.” Kemudian Umar menangis seraya mengatakan, “Pantaskah aku cemburu kepadamu wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari, no.3070)

Kedua: Beliau sering dipuji dan dido’akan kebaikan Rasululalh shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Seandainya ada nabi setelahku maka ia adalah Umar bin Khattab.” (HR. Tirmidzi, no.3686, lihat ash-Shahihah, no.327)

Beliau juga bersabda, “Sungguh ada dari umat-umat sebelum kalian muhaddatsun (orang-orang yang diberi ilham), dan apabila ada pada umatku ini maka ia adalah Umar.” (HR. Al-Bukhari, no.3486)

Ketiga: Beliau adalah orang yang ditakuti oleh setan.

Sa’ad bin Abi Waqqash pernah bercerita,

Suatu hari Umar pernah meminta izin untuk masuk dan bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan di sisi belaiu ada para wanita Quraisy yang sedang berbicara dan mengangkat suara lebih tinggi dari suara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala Umar meminta izin untuk masuk, maka segera para wanita itu buru-buru memasang hijab, setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memberi izin maka masuklah Umar dan terlihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tertawa, maka Umar berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuatmu tertawa, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam?” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Saya heran melihat tingkah para wanita itu, tatkala mereka mendengar suaramu lantas buru-buru mereka memasang hijab.” Maka Umar berkata, “Bahkan engkau lebih berhak untuk disegani oleh mereka, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu Umar mengatakan kepada para wanita tersebut, “Wahai para musuh jiwa-jiwa kalian, apakah kalian segan kepadaku sedangkan kalian tidak segan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam??!” Mereka menjawab, “Iya, karena engkau lebih keras dibandingkan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,  “Wahai Ibnul Khattab, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan bertemu dengannmu  di suatu jalan melainkan ia akan mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari, no.3480)

Keempat: Beliau sering mencocoki kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beberapa kejadian.

Umar adalah orang yang apabila melihat sesuatu di dalam mimpinya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat-Nya membenarkan apa yang ia lihat. Sahabat Umar pernah bercerita, “Aku mencocoki perkara Rabbku dalam tiga perkara: (yang pertama) yaitu tatkala aku mengatakan wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam hendaklah maqom Ibrahim itu dijadikan tempat shalat, maka turunlah ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَإِذْجَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

“Dan jadikanlah sebahagian maqom Ibrahim sebagai tempat shalat.” (QS Al-Baqarah: 125)

Dan (yang kedua) tentang ayat hijab tatkala aku mengatakan: ‘Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seandainya engkau perintah istri-istrimu memakai hijab, karena yang berbicara kepada mereka adalah orang yang baik maupun yang fajir’, maka turunlah ayat hijab. Dan (yang ketiga) para istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkumpul karena saling cemburu kepada beliau, maka aku katakan kepada mereka (para istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam) semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menceraikan kalian dan menggantikan untuk nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam istri-istri yang lebih baik dari kalian, maka turunlah ayat semisal dengna itu.” (HR. Bukhari, no.393)

Kelima: Keutamaan Umar bin Khattab yang lain

Merupakan wujud ketakwaan seorang muslim adalah apabila dalam beribadah ia menggabungkan antara khouf (takut) dan roja (berharap).

Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Seandainya seorang penyeru dari langit memanggil, ‘Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan masuk surga seluruhnya kecuali satu orang’, maka sungguh aku takut bila itu adalah diriku, dan seandainya sang penyeru itu mengatakan, ‘Wahai manusia, sesungguhnya kalian semua akan masuk neraka kecuali seorang’, maka aku berharap dia adalah diriku.” (Ash-Shabah: 154)

Umar juga pernah mengatakan, “Setiap hari telah dikatakan, telah meninggal dunia fulan dan fulan, dan pasti suatu hari kelak akan dikatakan telah meninggal dunia Umar.”

Sungguh telah benar apa yang Umar katakan, karena setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, dan Umar pun mengetahui secara yakin bahwa kelak ia akan dibunuh  dan syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan kabar gembira tersebut jauh-jauh hari sebelumnya.

Satu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam naik ke Bukit Uhud, dan bersama beliau Abu Bakr, Umar, dan Utsman radhiallahu’anhum. Tiba-tiba Uhud bergetar, lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menghentakkan kakinya seraya mengatakan, “Tenanglah, wahai Uhud, karena di atasmu ada seorang nabi, shiddiq, dan dua orang syahid.” (HR. Bukhari: 3472)

Sungguh apa yang disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terjadi. Umar meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang budak majusi, dialah Abu Lu’lu’ah.

Abu Lu’lu’ah adalah seorang budak milik Mughirah bin Syu’bah. Ia memiliki keahlian membuat senjata, dan setiap harinya Mughirah membebankan kepadanya sebanyak empat dirham. Suatu hari Abu Lu’lu’ah bertemu dengan Umar seraya mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, sungguh majikanku telah memberiku beban yang berat, maka bicaralah engkau kepadanya.” Namun, Umar mengatakan, “Berbuat baiklah kepada majikanmu.” Padahal sebenarnya Umar pun berniat untuk datang menmui Mughirah dan berbicara kepadanya.

Karena jawaban Umar tersebut budak itu pun marah. Dia bergumam, “Keadilan Umar merata kepada semua manusia, tetapi tidak kepadaku.” Ia berencana untuk membunuh Umar. Maka ia pun membuat anak tombak dan pada suatu hari di waktu subuh tatkala Umar berkata kepada para sahabat, “Rapatkan shaf-shaf kalain”, sebelum ia bertakbir, tiba-tiba Abu Lu’lu’ah datang dan mengayunkan tombaknya hingga Umar terjatuh. Lalu Abu Lu’lu’ah pun menusuk para sahabt secara membabi buta hingga berhasil melukai tiga belas sahabat, enam di antaranya meninggal dunia. Kemudian Umar dibawa ke rumahnya dan ketika matahari sudah hampir terbit Abdurrahman bin Auf mengimani manusia dengan membaca dua surat yang terpendek.

Umar diberi minum perasaan kurma namun keluar lagi dari arah lukanya, lalu diminumkan susu kepadanya namun susu iu juga keluar dari lukanya, hingga akhirnya ia pun meninggal dunia.” (Siyar A’lam an-Nubala’, 2:527)

Benarlah apa yang dikatakan Umar bahwa pada hari itu telah dikatakan, “Telah meninggal dunia Umar.” Maka demikian juga yang terjadi pada kita, suatu hari kelak akan dikatakan, “Telah meninggal dunia ayah kita, ibu kita, dan diri kita sendiri.” Ya Allah, kami adalah hamba-Mu yang sering luput dan selalu bermaksiat kepada-Mu maka ampunilah diri kami. Wallahul musta’an.

Mutiara Teladan

Sungguh bak mutiara yang tersebar tak terhitung demikianlah kebaikan dan teladan yang telah dicontohkan Umar di antaranya:

Keberanian dan kekuatan, akan bermanfaat bila digunakan untuk membela Islam dan kau muslimin –sebagaimana yang telah dilakukan Umar– dan akan menjadi malapetaka bila diperuntukan dalam menuhankan hawa nafsu dan mendukung kezaliman.Doa yang ikhlas – yang keluar dari mulut yang ikhlas – tidak ada hijab baginya dan akan menembus dan membuka pintu langit. Maka, jangan kita putus asa dari berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.Islam dapat menjadikan hati yang kasar dan keras –seperti hati yang dimiliki oleh serigala buas lagi lapar– lembut dan jinak, yang akan menuntun dan menunjuki jalan keluar dari belantara yang luas.Ketakwaan seseorang akan mendorong dirinya cinta akan akhirat dan selalu khawatir dari perbuatan-perbuatan dosa yang telah dia perbuat namun juga berharap ampunan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dikutip dari https://kisahmuslim.com

Biografi Abu Bakr As-Siddiq


Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.

Kun-yah

Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar

Laqb (Julukan)

Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) dan Ash Shiddiq (الصدِّيق).

Sebagian ulama berpendapat bahwa alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan. Sebagian mengatakan karena beliau berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,

اللهم إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي

“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku”

Dan ada beberapa pendapat lain.

Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:

 إن كان قال فقد صدق

“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”

Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)

Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.

Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad  Shallallahu’alaihi Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان

“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”

Kelahiran

Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.

Ciri Fisik

Beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.

Jasa-jasa

Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.Hijrahnya beliau bersama Nabi Shallallahu’alaihi WasallamKetegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Shallallahu’alaihi WasallamSebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘UbaisSalah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad

Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada Umar bin Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan terhadap Allah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:

لما توفى النبي صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر : يا أبا بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أمِرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله ، فمن قال لا إله إلا الله عصم مني ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ؟ قال أبو بكر : والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة ، فإن الزكاة حق المال ، والله لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم لقاتلتهم على منعها . قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت أن قد شرح الله صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran‘”

Begitu tegas dan kerasnya sikap beliau sampai-sampai para ulama berkata:

نصر الله الإسلام بأبي بكر يوم الردّة ، وبأحمد يوم الفتنة

“Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan melalui Ahmad (bin Hambal) di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an)”

Abu Bakar pun memerangi orang-orang yang murtad dan orang-orang yang enggan membayar zakat ketika itu

Musailamah Al Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliauBeliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya.Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:

والله لا أشيم سيفا سله الله على عدوه حتى يكون الله هو يشيمه

“Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)

Ketika masa pemerintahan beliau, terjadi peperangan. Beliau pun bertekad untuk pergi sendiri memimpin perang, namun Ali bin Abi Thalib memegang tali kekangnya dan berkata: ‘Mau kemana engkau wahai khalifah? Akan kukatakan kepadamu perkataan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Uhud:

شِـمْ سيفك ولا تفجعنا بنفسك . وارجع إلى المدينة ، فو الله لئن فُجعنا بك لا يكون للإسلام نظام أبدا

‘Simpanlah pedangmu dan janganlah bersedih atas keadaan kami. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, jika keadaan kami membuatmu sedih Islam tidak akan tegak selamanya‘. Lalu Abu Bakar Radhiallahu’anhu pun kembali dan mengutus pasukan.

Beliau juga sangat mengetahui nasab-nasab bangsa arab

Keutamaan

Tidak ada lelaki yang memiliki keutaman sebanyak keutamaan Abu Bakar Radhiallahu’anhu

1. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dari golongan umat beliau

Ibnu ‘Umar Radhiallahu’anhu berkata:

كنا نخيّر بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم ، فنخيّر أبا بكر ، ثم عمر بن الخطاب ، ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم

“Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu” (HR. Bukhari)

Dari Abu Darda Radhiallahu’anhu, ia berkata:

كنت جالسا عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ أقبل أبو بكر آخذا بطرف ثوبه حتى أبدى عن ركبته فقال النبي صلى الله عليه وسلم : أما صاحبكم فقد غامر . وقال : إني كان بيني وبين ابن الخطاب شيء ، فأسرعت إليه ثم ندمت فسألته أن يغفر لي فأبى عليّ ، فأقبلت إليك فقال : يغفر الله لك يا أبا بكر – ثلاثا – ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل : أثَـمّ أبو بكر ؟ فقالوا : لا ، فأتى إلى النبي فجعل وجه النبي صلى الله عليه وسلم يتمعّر ، حتى أشفق أبو بكر فجثا على ركبتيه فقال : يا رسول الله والله أنا كنت أظلم – مرتين – فقال النبي صلى الله عليه وسلم : إن الله بعثني إليكم فقلتم : كذبت ، وقال أبو بكر : صَدَق ، وواساني بنفسه وماله ، فهل أنتم تاركو لي صاحبي – مرتين – فما أوذي بعدها

“Aku pernah duduk di sebelah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar menghadap Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sambil menjinjing ujung pakaiannya hingga terlihat lututnya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata: ‘Sesungguhnya teman kalian ini sedang gundah‘. Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, antara aku dan Ibnul Khattab terjadi perselisihan, aku pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, kumohon padanya agar memaafkan aku namun dia enggan memaafkanku, karena itu aku datang menghadapmu sekarang’. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam lalu berkata: ‘“Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar‘. Sebanyak tiga kali, tak lama setelah itu Umar menyesal atas perbuatannya, dan mendatangi rumah Abu Bakar sambil bertanya, “Apakah di dalam ada Abu Bakar?” Namun keluarganya menjawab, tidak. Umar segera mendatangi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Sementara wajah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam terlihat memerah karena marah, hingga Abu Bakar merasa kasihan kepada Umar dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah”, sebanyak dua kali. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya ketika aku diutus Allah kepada kalian, ketika itu kalian mengatakan, ”Engkau pendusta wahai Muhammad”, Sementara Abu Bakar berkata, ”Engkau benar wahai Muhammad”. Setelah itu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku?‘ sebanyak dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti” (HR. Bukhari)

Beliau juga orang yang paling pertama beriman kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, menemani Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan membenarkan perkataannya. Hal ini terus berlanjut selama Rasulullah tinggal di Mekkah, walaupun banyak gangguan yang datang. Abu Bakar juga menemani Rasulullah ketika hijrah.

2. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang menemani Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di gua ketika dikejar kaum Quraisy

Allah Ta’ala berfirman,

ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا

“Salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”” (QS. At Taubah: 40)

As Suhaili berkata: “Perhatikanlah baik-baik di sini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam  berkata ‘janganlah kamu bersedih’ namun tidak berkata ‘janganlah kamu takut’ karena ketika itu rasa sedih Abu Bakar terhadap keselamatan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sangat mendalam sampai-sampai rasa takutnya terkalahkan”.

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari hadits Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata kepadanya:

نظرت إلى أقدام المشركين على رؤوسنا ونحن في الغار فقلت : يا رسول الله لو أن أحدهم نظر إلى قدميه أبصرنا تحت قدميه . فقال : يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما

“Ketika berada di dalam gua, aku melihat kaki orang-orang musyrik berada dekat dengan kepala kami. Aku pun berkata kepada Rasulullah: ‘Wahai Rasulullah, kalau di antara mereka ada yang melihat kakinya, mereka akan melihat kita di bawah kaki mereka’. Rasulullah berkata: ‘Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah’”

Ketika hendak memasuki gua pun, Abu Bakar masuk terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada hal yang dapat membahayakan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Juga ketika dalam perjalanan hijrah, Abu Bakar terkadang berjalan di depan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, terkadang di belakangnya, terkadang di kanannya, terkadang di kirinya.

Oleh karena itu ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu ada sebagian orang yang menganggap Umar lebih utama dari Abu Bakar, maka Umar Radhiallahu’anhupun berkata:

والله لليلة من أبي بكر خير من آل عمر ، وليوم من أبي بكر خير من آل عمر ، لقد خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم لينطلق إلى الغار ومعه أبو بكر ، فجعل يمشي ساعة بين يديه وساعة خلفه ، حتى فطن له رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا أبا بكر مالك تمشي ساعة بين يدي وساعة خلفي ؟ فقال : يا رسول الله أذكر الطلب فأمشي خلفك ، ثم أذكر الرصد فأمشي بين يديك . فقال :يا أبا بكر لو كان شيء أحببت أن يكون بك دوني ؟ قال : نعم والذي بعثك بالحق ما كانت لتكون من مُلمّة إلا أن تكون بي دونك ، فلما انتهيا إلى الغار قال أبو بكر : مكانك يا رسول الله حتى استبرئ الجحرة ، فدخل واستبرأ ، قم قال : انزل يا رسول الله ، فنزل . فقال عمر : والذي نفسي بيده لتلك الليلة خير من آل عمر

“Demi Allah,  satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar, satu harinya Abu Bakar masih lebih baik dari seharinya keluarga Umar. Abu Bakar bersama Rasulullah pergi ke dalam gua. Ketika berjalan, dia terkadang berada di depan Rasulullah dan terkadang di belakangnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam heran dan berkata: ‘Wahai Abu Bakar mengapa engkau berjalan terkadang di depan dan terkadang di belakang?’. Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah, ketika saya sadar kita sedang dikejar, saya berjalan di belakang. Ketika saya sadar bahwa kita sedang mengintai, maka saya berjalan di depan’. Rasulullah lalu berkata: ‘Wahai Abu Bakar, kalau ada sesuatu yang aku suka engkau saja yang melakukannya tanpa aku?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah, tidak ada yang lebih tepat melainkan hal itu aku saja yang melakukan tanpa dirimu’. Ketika mereka berdua sampai di gua, Abu Bakar berkata: ‘Ya Rasulullah aku akan berada di tempatmu sampai memasuki gua. Kemudian mereka masuk, Abu Bakar berkata: Turunlah wahai Rasulullah. Kemudian mereka turun. Umar berkata: ‘Demi Allah, satu malamnya Abu Bakar lebih baik dari satu malamnya keluarga Umar’‘” (HR. Al Hakim, Al Baihaqi dalam Dalail An Nubuwwah)

3. Ketika kaum muslimin hendak berhijrah, Abu Bakar Ash Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya.  (Dalilnya disebutkan pada poin 8, pent.)

4. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalifah pertama

Dan kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meneladani khulafa ar rasyidin, sebagaimana sabda beliau:

عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ

“Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah khulafa ar rasyidin setelahku. Gigitlah dengan gigi geraham kalian” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini shahih dengan seluruh jalannya)

5. Abu Bakar Ash Shiddiq dipilih sebagai khalifah berdasarkan nash

Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat berjama’ah. Dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:

لما مَرِضَ النبيّ صلى الله عليه وسلم مرَضَهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنهُ بالصلاةِ فقال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أبا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وفي رواية : رجل رقيق ] إن يَقُمْ مَقامَكَ يبكي فلا يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فقال في الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’”

Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:

أفلا نرضى لدنيانا من رضيه رسول الله صلى الله عليه وسلم لديننا

“Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?”

Juga diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:

قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه : ادعي لي أبا بكر وأخاك حتى اكتب كتابا ، فإني أخاف أن يتمنى متمنٍّ ويقول قائل : أنا أولى ، ويأبى الله والمؤمنون إلا أبا بكر وجاءت امرأة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فكلمته في شيء فأمرها بأمر ، فقالت : أرأيت يا رسول الله إن لم أجدك ؟ قال : إن لم تجديني فأتي أبا بكر

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata kepadaku ketika beliau sakit, panggilah Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khilafah) sehingga ia berkata: ‘Aku lebih berhak’. Padahal Allah dan kaum mu’minin menginginkan Abu Bakar (yang menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya. Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi menjawab: ‘Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang’” (HR. Bukhari-Muslim)

6. Umat Muhammad diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar Ash Shiddiq

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر

“Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Maajah, hadits ini shahih)

7. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah salah seorang mufti di masa Nabi Muhammad

Oleh karena itu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menugasi beliau sebagai Amirul Hajj pada haji sebelum haji Wada’. Diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:

بعثني أبو بكر الصديق في الحجة التي أمره عليها رسول الله صلى الله عليه وسلم قبل حجة الوداع في رهط يؤذنون في الناس يوم النحر : لا يحج بعد العام مشرك ، ولا يطوف بالبيت عريان

“Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusku untuk dalam sebuah ibadah haji yang terjadi sebelum haji Wada’, dimana beliau ditugaskan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menjadi Amirul Hajj. Ia mengutusku untuk mengumumkan kepada sekelompok orang di hari raya idul adha bahwa tidak boleh berhaji setelah tahunnya orang musyrik dan tidak boleh ber-thawaf di ka’bah dengan telanjang”

Abu Bakar juga sebagai pemegang bendera Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Tabuk.

8. Abu Bakar Ash Shiddiq menginfaqkan seluruh hartanya ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menganjurkan sedekah

Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)

9. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah orang yang paling dicintai Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam

‘Amr bin Al Ash Radhiallahu’anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu’alahi Wasallam:

أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها

“Siapa orang yang kau cintai?. Rasulullah menjawab: ‘Aisyah’. Aku bertanya lagi: ‘Kalau laki-laki?’. Beliau menjawab: ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar)” (HR. Muslim)

10. Abu Bakar Ash Shiddiq adalah khalil bagi Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam

Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiallahu’anhu, ia berkata:

خطب رسول الله صلى الله عليه وسلم الناس وقال : إن الله خير عبدا بين الدنيا وبين ما عنده فاختار ذلك العبد ما عند الله . قال : فبكى أبو بكر ، فعجبنا لبكائه أن يخبر رسول الله صلى الله عليه وسلم عن عبد خير ، فكان رسول الله صلى الله عليه وسلم هو المخير ، وكان أبو بكر أعلمنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن مِن أمَنّ الناس عليّ في صحبته وماله أبا بكر ، ولو كنت متخذاً خليلاً غير ربي لاتخذت أبا بكر ، ولكن أخوة الإسلام ومودته ، لا يبقين في المسجد باب إلا سُـدّ إلا باب أبي بكر

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah kepada manusia, beliau berkata: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala memilih hamba di antara dunia dan apa yang ada di dalamnya. Namun hamba tersebut hanya dapat memilih apa yang Allah tentukan’. Lalu Abu Bakar menangis. Kami pun heran dengan tangisan beliau itu, hanya karena Rasulullah mengabarkan tentang hamba pilihan. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lah orangnya, dan Abu Bakar lebih paham dari kami. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam kedekatan dan kerelaan mengeluarkan harta, ialah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja’”

11. Allah Ta’ala mensucikan Abu Bakar Ash Shiddiq

Allah Ta’ala berfirman:

وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى * الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى * وَمَا لأَحَدٍ عِندَهُ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَى * إِلا ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى * وَلَسَوْفَ يَرْضَى

“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al Lail: 17-21)

Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash Shiddiq. Selain itu beliau juga termasuk as sabiquunal awwalun, dan Allah Ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.  Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)

12. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberi tazkiyah kepada Abu Bakar

Ketika Abu Bakar bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

من جرّ ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة . قال أبو بكر : إن أحد شقي ثوبي يسترخي إلا أن أتعاهد ذلك منه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنك لست تصنع ذلك خيلاء

“Barangsiapa yang membiarkan kainnya terjulur karena sombong, tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat. Abu Bakar berkata: ‘Sesungguhnya salah satu sisi sarungku melorot kecuali jika aku ikat dengan baik. Rasulullah lalu berkata: ‘Engkau tidak melakukannya karena sombong”” (HR. Bukhari dalam Fadhail Abu Bakar Radhiallahu’anhu)

13. Abu Bakar Ash Shiddiq didoakan oleh Nabi untuk memasuki semua pintu surga

من أنفق زوجين من شيء من الأشياء في سبيل الله دُعي من أبواب الجنة : يا عبد الله هذا خير ؛ فمن كان من أهل الصلاة دعي من باب الصلاة ، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد ، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة ، ومن كان من أهل الصيام دُعي من باب الصيام وباب الريان . فقال أبو بكر : ما على هذا الذي يدعى من تلك الأبواب من ضرورة ، فهل يُدعى منها كلها أحد يا رسول الله ؟ قال : نعم ، وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah” (HR. Al Bukhari – Muslim)

14. Abu Bakar Ash Shiddiq melakukan banyak perbuatan agung dalam sehari

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

: من أصبح منكم اليوم صائما ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . قال : فمن عاد منكم اليوم مريضا ؟ قال أبو بكر رضي الله عنه : أنا . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما اجتمعن في امرىء إلا دخل الجنة

“Siapa yang hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini ikut mengantar jenazah? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Siapa yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab: ‘Saya’”

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Tidaklah semua ini dilakukan oleh seseorang kecuali dia akan masuk surga’”

15. Orang musyrik mensifati Abu Bakar Ash Shiddiq sebagaimana Khadijah mensifati Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam

Mereka berkata tentang Abu Bakar:

أَتُخْرِجُونَ رَجُلًا يُكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحْمِلُ الْكَلَّ وَيَقْرِي الضَّيْفَ وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” (HR. Bukhari)

16. Ali Radhiallahu’anhu mengenal keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq

Muhammad bin Al Hanafiyyah berkata, aku bertanya kepada ayahku, yaitu Ali bin Abi Thalib:

أي الناس خير بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قال : أبو بكر . قلت : ثم من ؟ قال : ثم عمر ، وخشيت أن يقول عثمان قلت : ثم أنت ؟ قال : ما أنا إلا رجل من المسلمين

“Manusia mana yang terbaik sepeninggal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Ali menjawab: Abu Bakar. Aku berkata: ‘Kemudian siapa lagi?’. Ali berkata: ‘Lalu Umar’. Aku lalu khawatir yang selanjutnya adalah Utsman, maka aku berkata: ‘Selanjutnya engkau?’. Ali berkata: ‘Aku ini hanyalah orang muslim biasa’” (HR. Bukhari)

Sikap Zuhud

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu meninggal tanpa meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar. Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali Radhiallahu’anhu:

لما احتضر أبو بكر رضي الله عنه قال : يا عائشة أنظري اللقحة التي كنا نشرب من لبنها والجفنة التي كنا نصطبح فيها والقطيفة التي كنا نلبسها فإنا كنا ننتفع بذلك حين كنا في أمر المسلمين ، فإذا مت فاردديه إلى عمر ، فلما مات أبو بكر رضي الله عنه أرسلت به إلى عمر رضي الله عنه فقال عمر رضي الله عنه : رضي الله عنك يا أبا بكر لقد أتعبت من جاء بعدك

“Ketika Al Hasan sedang bersama Abu Bakar Radhiallahu’anhu, Abu Bakar berkata, wahai ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan mangkuk besar yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang biasa kita pakai. Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku mengurusi urusan kaum muslimin. Jika aku mati, kembalikanlah semuanya kepada Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim semua itu kepada Umar Radhiallahu’anhu. Umar pun berkata: ‘Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar, sungguh lelah orang yang datang setelahmu’”

Sikap Wara’

Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu’anhu adalah orang yang wara’ dan zuhud terhadap dunia sampai-sampai ketika ia menjadi khalifah, ia pun tetap pergi bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab pun Radhiallahu’anhu melarangnya dan menganjurkan ia untuk mengambil upah dari baitul maal, menimbang betapa beratnya tugas seorang khalifah.

Dikisahkan pula dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata:

كان لأبي بكر غلام يخرج له الخراج ، وكان أبو بكر يأكل من خراجه ، فجاء يوماً بشيء ، فأكل منه أبو بكر ، فقال له الغلام : تدري ما هذا ؟ فقال أبو بكر : وما هو ؟ قال : كنت تكهّنت لإنسان في الجاهلية وما أحسن الكهانة إلا أني خدعته ، فلقيني فأعطاني بذلك فهذا الذي أكلت منه ، فأدخل أبو بكر يده فقاء كل شيء في بطنه . رواه البخاري

“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj (setoran untuk majikan) padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan” (HR. Bukhari)

Wafat beliau

Beliau wafat pada hari Senin di bulan Jumadil Awwal tahun 13 H ketika beliau berusia 63 tahun.



Dikutip dari https://muslim.or.id

Khulafaur Rasyidin

Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa meninggalkan surat wasiat kepada seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya (keKhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya dengan mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit.

Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib.

Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan adalah salah seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak atas kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga golongan yang bersaing keras terhadap perebutan kepemimpinan ini, yaitu Anshar, Muhajirin dan keluarga Hasyim.

Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar mencalonkan Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan, Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak untuk menggantikan nabi. Di pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali bin Abi Thalib, karena nabi telah merujuk secara terang-terangan sebagai penggantinya, di samping Ali merupakan menantu dan kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok, memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi mereka persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim yang masih muda itu berada dalam tanda tanya besar.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy yang merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia sahabat yang paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (13/632-634 M)

Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Dia memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi. Terpilihnya Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan tugas tugas mulia nabi.

Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang besatu ini, yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan keinginan nabi yang hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam dalam perang Mutah.

Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya ekpedisi itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.

Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilai-nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Rasulullah.

Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku," kata Abu bakar dalam pidato inauguarsinya.

Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu engiriman pasukan dibawah Pimpinan Usamah ke Romawi, Memberantas Pembangkang zakat. Kemudian Perang Riddah dan pengumpulan Al-Quran, Perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, Memerangi Nabi palsu, Kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum dipegang langsung oleh khalifah, beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M, setelah lebih kurang selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 selama kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 5 bulan 11 hari. karena sakit dan mewasiatkan agar Umar menggantikan sepeninggalnya.

Umar Bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)

Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia. Umar dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi SAW. Kemudian oleh Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi mengenai hal-hal yang penting. Ia dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang berhak menggantikan Rasulullah dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Dengan memilih dan menbaiat Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia mendapat penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang baru itu. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khatthab menjadi penerusnya. Rupanya masa dua tahun bagi khalifah Abu Bakar belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan umatnya.

Umar bin Khatthab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari pengganti Rasulullahh. Ia juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa pemerintahannya. Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.

Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat. Kehidupan khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-prinsip egaliter dan demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.

Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiaanya sangat tragis, seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tibatiba menyerang dengan tikaman pisau tajam kea rah khalifah yang akan mendirikan shalat subuh yang telah ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah terluka parah, dari para pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari setelah penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23 H/644 M.

Usman Bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Meski memiliki kekayaan melimpah tapi Usman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putrid Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu meninggal.

Selain itu. Usman juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin Mekah, dan ikut hijrah ke Abenesia beserta istrinya.Utsman menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam ekspedisi untuk melawan Bizantium di perbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air orang-orang Romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan umat Islam, dan pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.

Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan. Bedanya, Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.
Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Alquran.

Penyusunan Alquran dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan Alquran. Disebutkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang baccan Alquran muncul dikalangan tentara muslim, sebagiannya direkrut dari Suriah dan sebagian lagi dari Irak.

Adapun ketua dewan penyusunan Alquran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Alquran untuk dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.

Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah Utsman sedang membaca Alquran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.

Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 H)

Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu nabi. Ali putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW yang telah ikut bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas, paman nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah masuk Islam pada usia sangat muda.

Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam perjuangan menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil menantu oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri Rasulullah, dan dari sisi keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena kesibukannya merawat dan memakamkan jenazah Rasulullah SAW, ia tidak berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, tetapi ia baru membaiatnya setelah Fathimah wafat.

Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.

Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan oleh Utsman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir untuk menggantikan gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah, Muawwiyah, juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia tidak mengakui kekhalifahannya.

Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40 H (660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.

Selasa, 05 Maret 2019

Siroh Nabi

Rasulullah sebagai sosok teladan yang baik merupakan pribadi yang harus kita ketahui perjalanan hidupnya sejak beliau lahir sampai wafat. Mengetahui sejarah beliau merupakan satu kewajiban yang dibebankan kepada umat ini karena beliau adalah perantara dan penafsir Alquran secara perkataan dan perbuatan, sehingga tidaklah mungkin kita dapat memahami ajaran agama kita tanpa mengetahui sejarah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, kaum muslimin sejak masa-masa pertama perkembangan Islam telah sibuk mempelajari siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada beliau dan pada masa-masa beliau hidup serta bersungguh-sungguh menukil hal-hal tersebut dengan penukilan yang teliti dan akurat baik dalam buku-buku hadits dan siroh, atau buku-buku sejarah umum.

Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu dan sekarang, dan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjadi tempat perhatian kaum muslimin karena siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya. Dan dari sini muncullah perhatian yang sangat besar dari kalangan ulama Islam untuk mempelajari, meneliti, dan menulis buku-buku dan referensi sejarah beliau Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan macam ragam metode penulisan dan penelitian yang mereka pakai sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

PENGERTIAN SIROH NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlukan satu pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Maka yang dimaksud dengan siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau dikisahkan tentang peri kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meliputi nasab, kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya, pemeliharaannya, masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau sebagai Nabi, turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya, pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para sahabat Radhiyallahu ‘anhum sampai perawatan jenazah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

TARGET DAN FAEDAH MEMPELAJARI SIROH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
1. Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang kehidupan.
2. Mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut seorang untuk mengetahui sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala bidang kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al Ahzab : 21]

3. Mencontoh dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tanda kecintaan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang melakukannya akan mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُ

Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.[Al Imran :31]

4. Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.

5. Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan terkandung dari siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa sikap-sikap keimanan dan kekuatan aqidah beliau dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya

6. Dalam siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat pelajaran dan nasehat serta hikmah-hikmah yang bisa diambil oleh semua muslim baik penguasa atau rakyat untuk membentuk manusia yang baik.

7. Siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan gambaran contoh yang tinggi yang dimiliki seorang manusia yang sempurna dari segala sisi.

8. Siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berisikan pelajaran-pelajaran yang banyak bagi segala lapisan masyarakat manusia dan meringankan mereka dalam menghadapi segala cobaan dan ujian hidup yang mereka hadapi terlebih lagi para dai.

9. Membantu memahami Alquran dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

10. Mendapatkan banyak pengetahuan yang benar tentang bermacam-macam ilmu-ilmu keislaman berupa aqidah, syariat, akhlaq, tafsir, hadits, politik, pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan yang lain-lainnya.

11. Mengenal perkembangan dan pertumbuhan dakwah Islam dan apa yang terjadi pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabatnya dalam menegakkan kalimat Allah serta apa yang dihadapi para sahabat dari kesulitan-kesulitan dan bagaimana mereka bersikap serta solusi pemecahannya

12. Mengenal sebab turunnya ayat-ayat Alquran dan korelasi ucapan-ucapan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.

13. Mengenal naskh dan mansukh dalam Alquran dan hadits

14. Mengenal dengan baik mukjizat-mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

15. Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

KEISTIMEWAAN SIROH NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Siroh Rasulullah merupakan siroh (sejarah) yang memiliki banyak keistimewaan sehingga terasa nikmat untuk dipelajari dan ditelaah dibandingkan dengan siroh-siroh yang lainnya, sebagaimana juga ia merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh seorang ulama syariat dan dai Islam dan orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perbaikan umat manusia karena dengan mencontoh gaya dan cara dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadikan dakwah mereka benar dan berhasil.

Di antara keistimewaan siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:
1. Siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan siroh yang paling absah dan otentik yang menceritakan sejarah para nabi dan rasul, atau tokoh-tokoh pembaharuan umat manusia, karena siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kepada kita melalu jalan penyampaian yang paling benar dan paling kuat sehingga membuat kemudahan-kemudahan dalam mengenal kejadian-kejadian bersejarah yang ada di dunia ini.

Dan keistimewaan ini tidak terdapat pada siroh selain beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita lihat siroh Nabi Musa Alaihissallam telah tercampur antara kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada beliau dengan hal-hal yang dimasukkan oleh orang Yahudi dari penyimpangan dan kesesatan, sehingga kita tidak bisa menjadikan Taurot sebagai sumber pengambilan siroh beliau Alaihissallam yang akurat dan benar. Demikian juga siroh Nabi Isa Alaihissallam karena beredarnya injil-injil yang banyak yang tidak sama isi kitab yang satu dengan yang lainnya, sehingga kita tidak bisa mengambil siroh beliau Alaihissallam dengan terjamin keotentikannya.

2. Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kehidupan yang sangat jelas dalam setiap marhalahnya (tingkatan), sejak menikah orang tua beliau sampai wafatnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga dapat diketahui kelahirannya, masa kecil dan remajanya, kehidupannya sebelum kenabian dan setelah kenabian sampai wafatnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga berkata seorang pengkritik barat (orientalis) : ”Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah satu-satunya orang yang dilahirkan (jelas seperti) terangnya sinar matahari”.

3. Sesungguhnya siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan siroh seorang manusia yang dimuliakan Allah sebagai Rasul dengan tidak mengeluarkannya dari sifat kemanusiaannya dan tidak ada padanya dongeng-dongeng yang tidak benar.

4. Siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeluruh kepada seluruh sisi-sisi kehidupan beliau, karena dia mengisahkan kepada kita sejarah kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dimasa muda sebelum menjadi Nabi dan juga menceritakan kepada kita tentang beliau sebagai seorang pembawa bendera dakwah yang memiliki gaya dan cara yang efektif dan akurat dalam menyampaikan isi dakwahnya, sebagaimana juga mengisahkan beliau sebagai seorang pemimpin negara dan sebagai pemimpin rumah tangga dan pendidik serta politikus sejati.

Ringkasnya siroh Rasulullah meliputi seluruh sisi kehidupan sosial kemanusiaan dalam suatu tatanan kemasyarakatan yang menjadikan beliau sebagai tauladan yang baik bagi da’i, panglima, bapak, suami, teman, pendidik, politikus, pemimpin negara dan yang lain-lainnya.

5. Siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kepada kita tanda kebenaran risalahnya dan kenabiannya.

SUMBER PENGAMBILAN SIROH RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Sesungguhnya siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm -secara hakikatnya- adalah ibarat dari risalah yang beliau bawa kepada masyarakat manusia, oleh karena itu sudah selayaknya untuk ditayangkan dalam bentuk yang benar, akurat dan terperinci, sehingga bisa bermanfaat bagi kaum muslimin seluruhnya, maka untuk mencapai hal itu perlu kita menengok kembali kepada sumber-sumber pengambilan siroh tersebut.

Adapun sumber-sumber pengambilan siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi sumber rujukan para ulama dalam menjelaskan siroh tersebut dapat diglobalkan menjadi 8 sumber, yaitu:

1. Al Quran
Sesungguhnya dalam Alquran terkandung banyak kejadian dari siroh Nabi, baik ketika pada masa Makkah atau Madinah. Demikianlah Alquran telah mengisahkan kepada kita keadaan beliau di masa kecilnya ketika dalam keadaan yatim dan faqir sebagaimana yang ada di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَئَاوَى وَوَجَدَكَ ضَآلاًّ فَهَدَى وَوَجَدَكَ عَآئِلاً فَأَغْنَى

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kecukupan? [Adh Dhuhaa : 6-8]

Dan menceritakan pula kisah turunnya wahyu di Gua Hiro’ dalam firman-Nya:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al Alaq : 1-5]

Dan tentang mukjizat isra’ dan mi’raj dalan firman-Nya:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al Israa :1]

Dan tentang hijrah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Abu Bakar dalam firman-Nya:

إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْأَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْهُمَا فِي الْغَارِ إِذْيَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا فَأَنزَلَ اللهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, pada waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. [At Taubah :40]

Serta menceritakan pula kisah perang Ahzab dalam firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَآءَتْكُمْ جُنُودُُ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَّمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ اْلأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللهِ الظُّنُونَا هُنَالِكَ ابْتُلِىَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالاً شَدِيدًا وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ مَّاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّغُرُورًا وَإِذْ قَالَت طَّآئِفَةٌ مِّنْهُمْ يَآأَهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَئْذِنُ فَرِيقٌ مِّنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَاهِيَ بِعَوْرَةٍ إِن يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا وَلَوْ دُخِلَتْ عَلَيْهِم مِّنْ أَقْطَارِهَا ثُمَّ سُئِلُوا الْفِتْنَةَ لأَتَوْهَا وَمَاتَلَبَّثُوا بِهَآ إِلاَّ يَسِيرًا وَلَقَدْ كَانُوا عَاهَدُوا اللهَ مِن قَبْلُ لاَيُوَلُّونَ اْلأَدْبَارَ وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُولاً قُل لَّن يَنفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لاَّتُمَتَّعُونَ إِلاَّ قَلِيلاً قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلاَيَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَنَصِيرًا قَدْ يَعْلَمُ اللهُ الْمُعَوِّقِينَ مِنكُمْ وَالْقَآئِلِينَ لإِخْوَانِهِمْ هَلُمَّ إِلَيْنَا وَلاَيَأْتُونَ الْبَأْسَ إِلاَّ قَلِيلاً أَشِحَّةً عَلَيْكُمْ فَإِذَا جَآءَ الْخَوْفُ رَأَيْتَهُمْ يَنظُرُونَ إِلَيْكَ تَدُورُ أَعْيُنُهُمْ كَالَّذِي يُغْشَى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ فَإِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوكُم بِأَلْسِنَةٍ حِدَادٍ أَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِ أُوْلَئِكَ لَمْ يُؤْمِنُوا فَأَحْبَطَ اللهُ أَعْمَالَهُمْ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرًا يَحْسَبُونَ اْلأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِن يَأْتِ اْلأَحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِي اْلأَعْرَابِ يَسْئَلُونَ عَنْ أَنبَآئِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُم مَّا قَاتَلُوا إِلاَّ قَلِيلاً لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا وَلَمَّا رَءَا الْمُؤْمِنُونَ اْلأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَاوَعَدَنَا اللهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللهُ وَرَسُولُهُ وَمَازَادَهُمْ إِلآ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya.Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ketenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.’ Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, ‘Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.’ Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).’ Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan menunda untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat. Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah, ‘Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur).’ Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya. Katakanlah, ‘Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.’ Katakanlah, ‘Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu.’ Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya:”Marilah kepada kami”.Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan.Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu.dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata:”Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. [Al Ahzab : 9-22] dan

وَأَنزَلَ الَّذِينَ ظَاهَرُوهُم مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِن صَيَاصِيهِمْ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ فَرِيقًا تَقْتُلُونَ وَتَأْسِرُونَ فَرِيقًا وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيَارَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ وَأَرْضًا لَّمْ تَطَئُوهَا وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرًا

Dan Dia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka.Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak.Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. [Al Ahzab :26-27]

dan kisah-kisah lainnya yang cukup banyak. Akan tetapi untuk dapat mengambil faidah yang sempurna dari Alquran harus melihat kembali kepada buku-buku tafsir yang terpercaya seperti Tafsir bil ma’tsur yaitu Tafsir yang membawakan hadits-hadits yang bersanad periwayatan dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran seperti Tafsir ath Thobary dan Tafsir Ibnu Katsir dan buku-buku yang menjelaskan Naasikh dan Mansukh serta buku-buku yang menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Alquran dengan selalu melihat bahwa hadits-hadits tersebut tidak diterima begitu saja akan tetapi harus dilihat ke absahannya.

2. Kiatb-Kitab Hadits (Hadits-Hadits Nabi)
Adapun arti pentingnya buku-buku hadits dalam pengambilan siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali kepada apa yang terkandung dalam buku-buku tersebut dari kumpulan ucapan, perbuatan, persetujuan dan sifat-sifat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam baik fisik ataupun akhlaq, karena hadits-hadits tersebut menceritakan kehidupan beliau sehari-hari sehingga memiliki hubungan yang erat sekali dalam pengambilan siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak diragukan lagi bahwa madah (isi materi) siroh dalam buku-buku hadits adalah akurat dan wajib di jadikan sandaran dalam pengambilan siroh nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di dahulukan dari riwayat-riwayat yang ada di buku-buku sejarah dan yang lainnya.

Diantara kitab-kitab hadits yang penting dan banyak menceritakan kejadian-kejadian sejarah siroh nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami’ At Tirmidzy, Sunan Abi Daud, Musnad Ahmad bin Hambal, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Mushanaf Ibnu Ab Syaibah serta yang lain-lainnya.

Misalnya imam Bukhari telah memberikan perhatian yang besar dalam hal ini sehingga membuat beberaapa kitab dan bab yang khuus menjelaskan sejarah Nabi sebelum dan sesudah diutusnya beliau sebagai Nabi dan Rasul, peperangan dan navigasi militernya, delegasi dan surat-menyurat beliau, keutamaan shohabat dan istri-istri beliau demikian juga imam Muslim dalam shohih muslim seperti kitab al jihad was siar, Fadhooil Nabi, Fadhail shohabat, Imaroh dan banyak tersebar riwayat-riwayat siroh yang beliau sampaikan dalam kitab tersebut.

3. Kitab-Kitab Syamaail
Kitab-kitab Syamaail adalah kiatb-kitab yang dikarang untuk menjelaskan sifat-sifat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kitab-kitab ini sangat penting untuk melengkapi siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga sebagian ulama menulis kitab-kitab ini terpisah dari kitab-kitab hadits, padahal kalau dilihat kembali, sebenarnya sebagian besar hadits-hadits yang berhubungan dengan hal itu ada dalam kitab-kitab hadits.dan diantara ulama-ulama tersebut adalah Imam At Tirmidzy dalam kitabnya Syamaail Muhammadiyah,yang telah diringkas oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al Albany demikian pula Imam Al Baghawy dalam kitab Al Anwaar fi Syamaail An Nabi Al Mukhtar.

Akan tetapi dalam kitab-kitab ini di masukkan hadits-hadits shohih dan dhoif, sehingga mengharuskan kita untuk memilah-milahnya kembali.

4. Kitab-Kitab Dalaail An Nubuwah
Kitab-kitab ini adalah kitab-kitab yang dikarang untuk menjelaskan bukti kebenaran kenabian dan mu’jizat-mu’jizat yang terjadi padanya.

Diantara kitab-kitab ini adalah kitab Dalaail An Nubuwah karangan Abu Nu’aim Al Ashbahany dan Dalaail An Nubuwah karangan Al Baihaqy.demikian juga Imam Syuyuthy menulis kitab Al Khoshooishul Kubro . akan tetapi kitab-kitab ini pun membutuhkan satu perhatian yang sangat serius agar lebih dapat di manfaatkan.

5. Kitab-Kitab Maghozy Dan Siroh
Kitab-kitab Maghozy ini menampilkan kejadian-kejadian siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, peperangan beliau, pengiriman saraya (pasukan perang yang tidak dipimpin langsung oleh beliau/ Navigasi militer) dan marhalah (tingkatan) dakwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kitab-kitab ini merupakan referensi (rujukan) yang sangat penting dalam mempelajari siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian juga kitab-kitab siroh yang khusus menjelaskan siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dikarang oleh para ulama sejak abad pertama hijriyah, dan diantara ulama-ulama pertama yang terkenal memiliki perhatian khusus dalam penulisan siroh secara umum adalah: Abdullah bin Abbas (Wafat tahun 78 H), Sa’id bin Sa’ad bin Ubadah, Sahl bin Abi Hatsmah (wafat di zaman Muawiyah), Urwah bin Zubair (wafat tahun 92 atau 94 H), Said bin Musayyib (wafat tahun 94 H), Aban bin Utsman bin Affan (wafat tahun 87 atau 105 H) dan Abu Fadhoolah Abdullah bin Kaab bin Maalik Al Anshory (wafat tahun 97 H).dan dalam abad kedua Hijriyah: Al Qashim bin Muhammad bin Abi Bakr As Shiddiq (wafat tahun 107H), Wahab bin Munabbih (wafat tahun 114 H), Syarahbiil bin Said (wafat Tahun 123 H), Abu Ruh Yazid bin Rumaan Al Asady (wafat tahun 130 H), Abul Aswad Muhammad bin Abdur-Rahman bin Naufal Al Asady (Wafat tahun 131 H), Abdullah bin Abi Bakr bin Hazm (wafat antara tahun 130 – 135 H), Musa bin Uqbah (wafat tahun 141 H), Muhammad bin Ishaaq Al Muthaliby (wafat tahun 151 H), Yunus bin Yazid Al Aily (wafat tahun 152 H), Ma’mar bin Rasyid Al Bashry(wafat tahun 154 H), Abu Ma’syar As Sindy (wafat setelah tahun 170 H), Abu Ishaaq Al Fazaary (wafat tahun 187 H) dan Al Walid bin Muslim Ad Dimasyqy (wafat tahun 195 H). Sedangkan dalam abad ketiga hijriyah muncul ulama-ulama siroh seperti : Muhammad bin Umar Al Waqidy (wafat tahun 207 H), Abdur-Razaq bin Hammaam As Shon’any (wafat tahun 211 H), Sa’id bin Al Mughiroh bin As Shoyaad Al Mushishy (wafat tahun 220 H), Ahmad bin Muhammad Al Warroq (wafat tahun 227 H), Muhammad bin Saad bin Manii’ Az Zuhry (wafat tahun 230 H), Muhammad bin Aidz Al Qurasyi (wafat tahun 224 H), Sulaiman bin Thorkhaan At Taimy (wafat tahun 245 H), Hisyam bin Ammar (wafat tahun 245 H), Said bin Yahya Al Umawy (wafat tahun 249 H),dan Umar bin Syabah bin Ubaid (wafat tahun 262 H).

Sebagian ulama sejarah telah mengklasifikasikan para ulama penulis siroh menjadi beberapa kelompok tingkatan,yaitu pertama, kedua, dan ketiga dengan tokoh-tokoh yang termasyhur dari mereka.

Kelompok tingkatan yang pertama dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abaan, Urwah, Syarahbiil dan Ibnu Munabbih dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan Prof.Dr. Muhammad Mushthofa Al A’dzomy mengumpulkan riwayat-riwayat Urwah dalam siroh dengan melalui riwayat Abil Aswad darinya dan dicetak dengan judul Maghozi Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam li Urwah bin Az Zubair –bi riwayat Abil Aswad yatiim urwah.

Kelompok tingkatan yang kedua dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Abdullah bin Abi Bakar, ashim, dan Az Zuhry dan buku-buku mereka tidak ada yang sampai kepada kita akan tetapi banyak riwayat-riwayat siroh mereka yang dapat ditemui di buku-buku ulama setelah mereka dan sebagian penulis dan peneliti siroh Nabi pada masa kini mulai mengumpulkan riwayat-riwayat tersebut dalam satu buku, seperti Dr. Suhail zikaar mengumpulkan riwayat-riwayat Az Zuhry dari buku-buku yang ada dan memberi judul Al Maghozy An Nabawiyah.

Kelompok tingkatan yang ketiga dengan tokoh-tokohnya yang terkenal Ibnu Uqbah, Ibnu Raasyid, Ibnu Ishaaq, Al Fazaary, Al waalid, Al Waaqidy, Abdurrozaaq, Al Mushishy, Ibnu Saad, Al Waraq, Ibnu Aidz, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Thorkhon, Ibnu Ammaar, dan Al Umawy dan telah sampai kepada kita beberap juz dari kebanyakan buku-buku mereka,seperti sebagian juz dari maghozy Ibnu Uqbah dan itu berupa satu bagian yang ditemukan Edward S. dan diterbitkan dengan terjemahan bahasa jerman pada tahun 1904 M, beberapa juz dari siroh Ibnu Ishaaq dan yang terpenting adaalah bagian yang terkenal dengan siroh Ibnu Hisyaam kemudian juz yang diberi nama As Siyar wal Maghozy yang diterbitkan dengan tahqiq Dr.Muhammad Hamidullah Al Haidaraabady dan yang lain ditahqiq oleh Dr. Suhai Zikaar, sirotur Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam karangan Al fazaary yang ditemukan dua juz dari kitab tersebut di Universitas Al Qorawiin di Maroko yang akan ditahqiq oleh Dr. Faruuq Hammadah, Maghozy Al Waqidy yang dicetak tiga jilid dengan tahqiq M.John, dan juga sampai kepada kita kitab siroh karya Abdurrazaaq yang digabung dengan kitab beliau Al Mushannaf dan itu telah dicetak dan tersebar serta kitab Ath Thobaqaat Al Kubro karya Ibnu Saad yang dicetak dalam tujuh jilid ,pada jilid pertama dan keduanya merupakan riwayat siroh Nabi, akan tetapi kebanyakan riwayat-riwayatnya dalam siroh diambil dari gurunya Al Waaqidy dan beliau telah menukil darinya sebanyak 143 riwayat.demikian juga ditemukan transkrip dari kitab Ibnu ‘Aaidz di Musium Nasonal Inggris di London, transkrip tarikh Ibnu Abi Syaibah di Universitas Islam Madinah.

Akan tetapi dari mereka semuanya ini hanya beberapa saja yang sampai sekarang masih terkenal dan tersohor dalam siroh, diantaranya Ibnu Ishaaq, Al Waqidy dan Ibnu Sa’ad.khususnya Ibnu Ishaaq yang telah dikenal oleh kebanyakan orang hal itu mungkin disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Penyampaian siroh dengan mengurutkan waktu kejadian (Tasalsul Zamani)
2. Mengumpulkan semua berita yang sampai kepadanya tentang satu kejadian dan membawakannya dalam satu penyampaian tanpa melihat kepada pengkhususan riwayat seorang dari yang lainnya.
3. Keluasan ilmu dan kedudukan serta ketinggian bahasa (kefasihan) beliau dalam penyampaian
4. Khidmah Ibnu Hisyam dengan menyusun ulang kitab tersebut yang membuat kitab tersebut menjadi lebih baik dan bagus sehingga banyak membuat ulama memperhatikannya dengan meneliti,mensyarah dan memberikan komentar ilmiyah kepadanya.

6. Kitab-Kitab Yang Dikarang Dalam Sejarah Dua Tanah Suci Yaitu Makkah Dan Madinah.
Para Ulama telah menulis karangan yang khusus tentan dua kota suci ini dalam rangka menjelaskan sejarah kedua kota ini sebeum dan sesudah islam, sehingga banyak membantu dalam memahami siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,sehingga dengan demikian juga merupakan satu referensi (rujukan) yang sangat penting dalam siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm.

Diantara kitab-kitab tersebut yang telah diterbitkan pada masa ini adalah: Taarikh Makkah oleh Abul Walid Muhammad bin Abdullah Al Azrooqy (wafat tahun 250 H) dicetak dengan tahqiq As Syeikh Rusydi Ash Sholih, Taarikh Makkah wa ma Jaa fiha min al atsar dan kitab Ad Duroh AtsTsaminah Fi Akhbaril Madinah oleh Ibnu Najjaar, Akhbaar madinah Rasulullah wa taarikh Makkah oleh Al Faakihany (wafat tahun 280 H), Syifaul Gharam Bi Akhbaar balad Allah Al Haraam oleh Muhammad bin Ahmad Al Faasy (wafat tahun 832 H) di tahqiq oleh Dr. Umar Abdusalam tadmury, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Zubaalah (wafat tahun 200 H) dicetak dengan tahqiq Abdul Malik bin duhaisy, Tarikh Al Madinah karya Ibnu Bakkaar (wafat tahun 256 H),Tarikh Al Madinah karya Umar bin Syabah (wafat tahun 262 H) dicetaak oleh As Sayid habib mahmud ahmad dengan tahqiq Fuhaim Syaltut, dan buku-buku ini seperti buku-buku yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sempurna dan baik setelah dilihat kembali keabsahan berita yang ada.

7. Kitab-Kitab Taarikh Umum.
Kitab-kitab ini memaparkan sejarah umat manusia dan negara serta tokoh-tokoh sejarah secara umum sejak sebelum islam sampai di masa penulisnya, seperti Taarikh al Umam wa Ar Rausul wa Al Muluk oleh Ibnu Jarir Aththobary dan Tarikh Kholifah bin Khiyath Al Ushfury (wafat tahun 240 H), Al Badu wa At Taarikh karya Ibnu Thohir (wafat tahun 355 H), Futuuh Al buldan karya Ahmad bin Yahya Al Balaadzary (wafat tahun 279 H),Tarikh Al Ya’quby karya Ahmad bin Ja’far bin Wahb (wafat tahun 292), Muruj Al Madzhab dan At tambiih Wal Isyraaf karya Abul Hasan Ali bin Husein Al Mas’udy, Taarikh Damaskus Al Kabir karya Abul Qashim Ali bin Al Hasan bin Asaakir (wafat tahun 571.M) dan lain-lainnya.

Buku-buku ini merupakan referensi penting dalam memahami siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena menceritakan kejadian-kejadian yang ada pada waktu itu secara umum.

8. Kitab-Kitab Sastra Arab (Adab).
Ini merupakan referensi pelengkap dalam siroh,karena berisikan syair-syair yang banyak mengisahkan hal-hal yang terjadi dimasa-masa Rasulullah dan sekitarnya.diantara buku-buku tersebut adalah Al Aghoony karya Abul Faraj Ali bin Hasein Al Ashbahany, Al Kamil fi Al Lughoh wal Adab karya Al Mubarid, Al Waqf wal Ibtida’ wal Adhdhad karya Al Anbary dan Al Aqdul Fariid karya Abu Umar Ahmad bin Muhammad bin Adurrobih Al Qurthubi.

Inilah referensi-referensi yang bisa kita jadikan rujukan dalam mempelajari siroh nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan melihat kembali keabsahan berita yang tertuangkan dalam buku-buku tersebut,sehingga sudah sepantasnya kita memberikan perhatian yang lebih terhadap buku-buku yang menjelaskan keabsahan dan keotentikan berita dan data yang ada padanya dengan tetap melihat kepada metode para ulama islam seputar hal tersebut, mudah-mudah dengan demikian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

BAGAIMANA MEMAHAMI SIROH NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Seorang yang ingin memahami siroh Nabi dengan benar dan akurat harus kembali mempelajari dan merenungkan serta meneliti sumber-sumber pengambilan siroh tersebut dengan memperhatikan metode-metode penulisan siroh Nabi yang telah ditulis para ulama dengan memandang hal-hal sebagai berikut:

1. Meyakini bahwa As Sunnah An Nabawiyah adalah wahyu dari Allah taala dan siroh merupakan bagian dari Sunnah tersebut . Rasulullah bersabda:

أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ

Ketahuilah bahwa diturunkan kepadaku Al Qur’an dan yang semisalnya bersamanya.

2. Mengetahui bahwa Rasululah ketika terjun memperbaiki umat manusia bukanlah sekedar pembaharu sosial yang bersandar kepada kepakaran dan kehebatannya semata akan tetapi dia adalah seorang Rasul yang diutus Allah dengan wahyu sehingga keberhasilan beliau adalah tauufiq dari Allah,oleh karena itu seluruh aspek kehidupannya berada dibawah bimbingan dan arahan dari Allah.dan dengan demikian kita akan melihat siroh Nabi sebagai siroh yang maksum dan dapat mengarahkan akal kita untuk memahami konsep ini.

3. Memahami siroh Nabi sebagai siroh yang komprehensif (menyeluruh) dan sempurna yang menggambarkan satu pribadi yang sempurna

4. Mempelajarinya untuk dapat mengambil faedah dan pelajaran yang dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan ini.

METODE MEMPELAJARI SIRAH NABI
Tidak diragukan lagi bahwa dalam mempelajari siroh Nabi dibutuhkan satu metode yang sesuai dengan konsep islam dalam memahami siroh dan sesuai dengan metodologi para Muhaditsin (Ahli Hadits) dalam pembahasan kandungan siroh tersebut. Dari sini para ulama menetapkan metode mempelajari siroh Nabi yaitu metode kritik dan pembuktian kebenaran.

Metode ini adalah metode yang ditetapkan dan diterapkan para Muhaditsin dalam menerima segala khobar dengan melihat dan mempelajari sanad dan matan (isi) berita untuk dapat menguji keotentikan dan keakuratan berita tersebut.

1. Penelitian Dan Kritik Sanad Atau Isnad.
Isnad atau sanad adalah rangkaian para periwayat yang menyampaikan suatu khabar (berita) dari satu perawi kepada perawi berikutnya secara berangkai, hingga sampai pada sumber khabar yang diriwayatkan itu.

Dalam konsep islam, sanad dipandang sebagai tulang punggung berita, dia merupakan media kritik terhadap satu berita, karena dengan diketahui siapa-siapa yang meriwayatkannya maka akan dapat diketahui pula nilai berita tersebut. Sanad yang bersambung lagi shohih merupakan karakteristik (kekhususan) umat Islam. Kegunaannya ialah untuk memberikan rasa tentram dan percaya pada berita yang diriwayatkan dengan cara seperti ini, karena didalamnya terhimpun sejumlah bukti dan pendukung berupa perawi-perawinya bersifat adil, tsiqaat dan dhobit. Dari sejumlah pendukung itulah keshahihan suatu berita yang diriwayatkan menjadi kokoh. Kegunaan lainnya, bahwa riwayat-riwayat yang disandarkan pada sanad jauh lebih utama dibandingkan riwayat atau khobar yang disampaikan dengan tanpa sanad,karena sanad dalam suatu riwayat itu dapat digunakan untuk melacak keotentikan riwayat tersebut. Mekanisme kritik dan pengujiannya juga dapat dilakukan dengan cara yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan khabar-khabar atau riwayat yang tidak bersanad. Dengan demikian tujuan penetapan sanad adalah memastikan keshahihan (keotentikan) suatu nash (teks) atau berita, serta melenyapkan kepalsuan dan kebohongan yang mungkin ada padanya.

Nilai penting atau urgensi sanad tidak hanya terbatas untuk hadits-hadits Nabawi saja, lebih dari itu juga masuk pada sejumlah cabang ilmu-ilmu lainnya seperti Tafsir ,tarikh, sastra, bahkan sepertinya telah mendominasi metode pengkodifikasian ilmu-ilmu keislaman yang beraneka ragam.

Dalam bidang siroh Nabi, penyebutan sanad akan banyak membantu pelacakan kebenaran suatu riwayat dan kritik informasi, oleh karena itu para ulama tetap mempertahan keberadaan sanad ini dan terus melakukan pengumpulan, penelitian dan penulisannya. Mereka telah memperhatikan hal ini sejak dini dan terus melakukan usaha keras untuk meluruskan dan membongkar kedustaan yang ada dalam khabar (berita) dengan melalui dua aspek yaitu:

1. Aspek teoritis, yaitu penetapan kaidah-kaidah yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kedustaan
2. Aspek praktis, yaitu penjelasan tentang pribadi-pribadi yang disinyalir sebagai pendusta dan seruannya pada umat manusa agar bersikap hati-hati terhadap mereka.

Dalam aspek teoritis, metode kritik para ulama telah berhasil sampai pada peletakan kaidah-kaidah ilmu periwayatan yang canggih dan sangat teliti sebagai puncak kreasi yang dihasilkan oleh kemampuan manusia. Untuk mengetahui ketelitian metode ilmiyah yang diikuti ulama yang berkecimpung ibidang ini, maka cukuplah kita baca karya-karya yang mereka hasilkan dalam bentuk kaidah-kaidah Al Jarh dan At Ta’dil, pengertian istilah-istilah yang tercakup dalam dua kategori itu, urutan hirarkhisnya yang dimuali dari yang teratas -Ta’dil- sampai tingkat yang terbawah –jarh-,syarat-syarat penerimaan suatu riwayat,dimana mereka tetapkan dua syarat pokok terhadap perawi yang bisa diterima periwayatannya, yaitu :

1. Al Adalah (keadilan) yaitu seorang perawi itu harus muslim, baligh, berakal, jujur, terbebas dari sebab-sebab kefasikan dan terhindar dari hal-hal yang merusak muru’ah (martabat diri)
2. Adh Dhobt yaitu seorang perawi harus menguasai apa yang diriwayatkannya, hafal atas apa yang diriwayatkan kalau dia meriwayatkannya dengan metode hafalan, cermat dengan kitabnya kalau dia meriwayatkannya dengan melalui kitabnya.

Diantara kaidah-kaidah periwayatan itu adalah menghindari pengambilan riwayat (informasi) dari nara sumber yang lemah (dhoif) dan sebaliknya selalu memilih riwayat dari perawi yang amanah (tsiqat), mensyaratkan kejujuran, karena kebodohan dan kedustaan itu menyebabkan gugurnya sifat Al Adalah (adil) , tidak meriwayatkan dari orang yang kacau dan berubah-ubah hafalannya dan tidak menjadikan riwayat-riwayat dari mereka sebagai hujjah. juga tidak menjadikan sebagai hujjah, hadits-hadits yang berasal dari perawi-perawi yang banyak keliru dan kesalahan dalam periwayatan dan menghindari periwayatan dari ahlil hawa.

Adapun dari aspek praktis adalah seperti penyebutan para perawi,curruculum vitae-nya serta penjelasan kualitas atau penilaian terhadapnya.untuk kepentingan ini terdapat para ulama yang khusus menyusun sejumlah besar karya yang menjelaskan hal tersebut.dan sudah menjadi satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa karya-karya tentang kaedah-kaedah periwayatan dan tentang para perawi itu telah memberi andil yang cukup besar dan penting dalam pemurnian islam dan pelurusan siroh dan sejarah Nabi serta Islam umumnya

2.Kritik Dan Penelitian Matan.
Secara bahasa matan adalah sesuatu yang keras/terjal dan mencuat dari tanah, sedangkan menurut Istilah, matan merupakan susunan kalimat yang tercantum pada akhir sanad pada umumnya dan terkadang ditulis sebelum sanad, yang berarti teks dari khabar itu sendiri. Dan yang dimaksudkan dengan studi matan disini adalah mempelajari nash-nash (teks khabar) dari berbagai seginya;diantaranya ada yang memfokuskan pada penelitian di seputar keshohihannya,apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah dan kaidah-kaidah yang sudah pasti (qath’iy);tidak berlawanan dengan watak zaman dimana peristiwa itu terjadi,tradisi mesyarakat dan nilai-nilainya, dan tidak bertentangan dengan watak alami sesuatu dan informasi-informasi kesejarahan yang telah valid, atau tidak mengandung sesuatu yang tidak mungkin atau kemustahilan, dan lain-lain. Diantaranya pula, studi matan itu ada yang difokuskan pada upaya pemahaman makna nash itu sendiri,baik menyangkut pemahaman atas muatan hukumnya,dalalah (konotasi) nya, atau pemahaman segi bahasa dan lafadznya.

Dalam penelitian hadits dan sumber-sumber siroh ini,para ulama tidak berhenti hanya meneliti dan memfokuskan penelitian pada sanad akan tetapi juga memberikan perhatian serius pada penelitian matan, karena illat (cacat)
satu riwayat dapat terjadi di sanad dan di matan, atas dasaar ini didapatkan para ulama menghukum satu hadits dengan kelemahan sanadnya tidak mesti menunjukkan matannya pun lemah demikian juga sebaliknya,karena boleh jadi ada hadits yang sanadnya lemah tetapi matannya shohih karena ada riwayat dari sanad yang lain yang mendukung keshohihannya, sebagaimana mungkin juga sanadnya shohih tetapi matannya tidak shohih, karena adanya penyelisihan terhadap yang lebih kuat dan shohih (syudzudz) dan illat (cacat yang tidak nampak yang merusak) dalam matan itu

Disini terbukti bahwa para ulama hadits telah memberikan perhatian yang serius pada studi matan sebagaiman mereka memperhatikan studi sanad. Demikian pula mereka tidak hanya menggunakan metode ini pada hadits saja akan tetapi metode ini juga relefan untuk bidang-bidang keislaman yang lainnya seperti tarikh Islam, apalagi pada siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan satu perwujudan dari kehidupan beliau dan masyarakat pada masa itu.



Dikutip dari https://almanhaj.or.id

Perang badar

Ketika Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasukannya sampai di dekat Safra` (suatu daerah di dekat Badar); beliau mengutus Basbas dan Ady bin Abi Zaghba` ke Badar. Keduanya disuruh mencari informasi tentang Abu Sufyan dan rombongan dagangnya. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu juga keluar untuk tujuan ini. Keduanya bertemu dengan seseorang yang sudah tua. Rasulullah bertanya kepadanya tentang pasukan Quraisy. Orang tua itu mau menjawab asalkan mereka berdua memberitahu dari mana asal mereka ? Keduanya setuju. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintanya agar bercerita lebih dahulu. Orang itu menjelaskan bahwa ia mendengar berita tentang Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya telah berangkat pada hari ini dan ini. Jika si pembawa berita itu benar, berarti mereka sekarang sudah sampai di tempat ini dan ini. Dan jika si pembawa berita tentang pasukan Quraisy juga jujur, berarti mereka sekarang berada di tempat ini dan ini.

Setelah menyelesaikan ceritanya, orang itu bertanya: “Dari mana kalian berdua ?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kami berasal dari air”. Kemudian keduanya meninggalkan orang tua itu yang masih bertanya : “Dari air ? Apakah dari air Irak ?”

Sore harinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Ali, Zubair, dan Sa`d Bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhum beserta sekelompok Sahabat lainnya untuk mengumpulkan data-data tentang musuh. Di sekitar sumur Badar, rombongan ini menemukan dua orang yang bertugas mengambil air untuk pasukan Mekah. Mereka membawa dua orang ini ke Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang shalat. Lantas mereka mulai mengorek keterangan dari keduanya. Dua orang ini mengakui bahwa mereka pemberi minum pada pasukan Mekah. Namun, para Sahabat tidak mempercayai mereka. Para Sahabat mengira keduanya adalah anak buah Abu Sufyan. Lalu mereka memukuli keduanya hingga mau mengaku bahwa mereka anak buah Abu Sufyan.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan para Sahabatnya, karena mereka telah memukul keduanya saat jujur dan membiarkan mereka saat berdusta. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada keduanya tentang posisi pasukan Mekah. Mereka menjawab: “Mereka di belakang bukit di Udwatul Qushwa.”

Kemudian beliau bertanya tentang jumlah pasukan Mekah. Akan tetapi, dua orang ini tidak bisa menyebutkan jumlah pastinya, namun keduanya menyebutkan jumlah unta yang mereka sembelih setiap harinya, yaitu antara 9 sampai 10. Dari sini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyimpulkan bahwa jumlah mereka antara 900 – 1000 pasukan. Dua orang ini juga menyebutkan bahwa di antara pasukan itu ada beberapa tokoh Mekah. Dalam kitab Rahîqul Makhtûm disebutkan, Beliau bertanya dua orang ini, “Siapa sajakah pemuka Quraisy yang ikut?” Mereka menjawab, “Utbah dan Syaibah, keduanya anak Rabî`ah, Abul Bakhtari bin Hisyâm, Hakim bin Hizâm, Naufal bin Khuwailid, al-Hârits bin Amir, Thaîmah bin Adi, an-Nadhr bin Harits, Zam`ah bin al-Aswad, Abu Jahl bin Hisyam, Umayah bin Khalaf dan lainnya.” Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata kepada para Sahabatnya: “Mekah telah mencampakkan para tokohnya ke hadapan kalian.” Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan beberapa tempat yang akan menjadi tempat tewasnya beberapa tokoh Quraisy.

Malam itu Allah Azza wa Jalla menurunkan hujan untuk mensucikan kaum Muslimin dan meneguhkan telapak kaki mereka di atas bumi. Allah Azza wa Jalla jadikan hujan tersebut sebagai bencana yang besar bagi kaum Musyrikin. Tentang ini Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ

Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu) [al-Anfâl/8:11]

Di antara nikmat Allah Azza wa Jalla kepada kaum Muslimin saat itu adalah Allah Azza wa Jalla menjadikan para Sahabat mengantuk sebagai penenteram jiwa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membawa pasukannya mendekati mata air Badar mendahului orang-orang Musyrik agar musuh tidak bisa menguasai mata air. Saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menentukan satu posisi, al-Habâb bin Mundzir Radhiyallahu anhu mengeluarkan pendapatnya, “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bagaimanakah pendapat anda tentang posisi ini ? Apakah posisi ini diwahyukan oleh Allah Azza wa Jalla sehingga kita tidak boleh maju atau mundur ? Ataukah ini hanya pendapat, siasat dan takti perang saja”? Beliau menjawab: “Ini hanya pendapat, siasat dan taktik perang saja.” al-Habâb Radhiyallahu anhu mengatakan : “Wahai Rasulullah, posisi ini kurang tepat, bawalah orang-orang ini ke sumur yang paling dekat dengan posisi musuh. kita kuasai sumur itu lalu yang lainnya kita rusak. Kita membuat telaga besar lalu kita penuhi air. Kemudian baru kita perangi mereka, kita bisa minum sementara mereka tidak bisa.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada al-Habâb Radhiyallahu anhu , “Engkau telah menyampaikan pendapat yang jitu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyetujuinya dan melakukannya.

Ketika sudah menguasai tempat yang ditunjukkan oleh al-Habbab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibuatkan `arisy (tenda) oleh para Sahabat sebagai tempat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla dan memantau jalannya peperangan.

Dari beberapa nash tentang perang Badar dapat dipahami bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut serta dalam perang. Beliau tidak terus-menerus di dalam tendanya atau tidak terus-menerus berdoa. Di antara kisah yang membuktikannya adalah ucapan Ali Radhiyallahu anhu, “Aku memperhatikan diri kami pada saat Badar. Saat itu, kami berlindung dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau adalah orang yang paling dekat dengan musuh dan orang yang paling susah.” Dalam riwayat lain diceritakan, “Ketika peperangan sudah berkecamuk, kami berlindung dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau adalah orang yang paling menderita. Tidak ada seorang pun yang lebih dekat posisinya dengan orang Musyrik dibandingkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”

Di antara buktinya juga, sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabatnya saat perang Badar, “Janganlah sekali-kali ada salah seorang di antara kalian yang maju kepada sesuatu, sampai aku berada di dekat sesuatu itu.” Ibnu Katsîr mengatakan, “Sungguh beliau telah berperang dengan sungguh-sungguh. Demikian pula Abu Bakar Radhiyallahu anhu. Sebagaimana keduanya berjihad di tenda dengan berdo’a, mereka juga keluar, memberikan motivasi untuk berperang dan mereka juga ikut berperang dengan fisik.”

Setelah melakukan semua persiapan fisik yang memungkinan untuk mewujudkan kemenangan di lapangan, malam itu beliau bertadarru` (memohon) kepada Allah Azza wa Jalla agar menolongnya. Di antara doa yang beliau ucapkan adalah:

اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِيْ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِيْ اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ

Ya Allah Azza wa Jalla , penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla , jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini. [HR. Muslim 3/1384 hadits no 1763]

Dalam riwayat ini juga disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus bermunajat kepada Rabbnya hingga selendang beliau jatuh dari pundak. Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang dan mengambil selendang tersebut kemudian meletakkan kembali di pundak beliau. Abu Bakar Radhiyallahu anhu berkata, “Wahai Nabi Allah Azza wa Jalla , sudah cukup engkau bermunajat kepada Rabbmu dan Allah Azza wa Jalla pasti akan memenuhi janji-Nya.” Kemudian turunlah firman Allah Azza wa Jalla :

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu : “Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut”.[al-Anfâl/8:9]

Setelah itu Abu Bakar Radhiyallahu anhu memegang tangan beliau dan berkata, “Cukup wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , engkau telah berkali-kali memohon kepada Rabbmu”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam segera mengambil baju besi dan terjun ke medan tempur seraya membaca firman Allah Azza wa Jalla :

سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang”. [al-Qamar 54 : 45]

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa ketika ayat ini turun, Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Golongan manakah yang akan dikalahkan? Dan golongan apa yang akan dimenangkan?” Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu melanjutkan, “Tatkala perang Badar aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerjang musuh dengan baju besinya, seraya mengucapkan ayat ini. Ketika itu tahulah aku maksud ayat ini.”



Dikutip dari https://almanhaj.or.id