Setiap menjelang bulan Ramadhan, ramai dibicarakan sebuah lafal yang popular di masyarakat Muslim Indonesia sebagai doa menyambut Ramadhan, Sya’ban, dan Rajab.
Doa tersebut adalah:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan jumpakanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
Doa tersebut banyak beredar di sosial media seperti Whatsapp, Channel Telegram, Facebook, Twitter, Line, dan sebagainya dalam bentuk teks update status, broadcast, dan gambar-gambar Meme. Bahkan, banyak pula para ustadz yang mengutip doa tersebut dalam ceramah-ceramah mereka. Akhirnya, sebagian masyarakat menganggap bahwa lafal itu memang benar-benar doa yang semestinya diucapkan sebagai doa menyambut Ramadhan layaknya doa-doa sunnah lainnya.
Pertanyaannya, apakah lafal yang diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai doa menyambut Ramadhan tersebut bersumber dari hadits yang shahih?
Jika ditelusuri dalam beberapa kitab hadits, ditemukan lafal yang diyakini sebagai doa menyambut Ramadhan di atas dalam beberapa kitab. Abdullah, putera dari Imam Ahmad meriwayatkan hadits tersebut dalam kitab Zawa-id al-Musnad (no. hadits: 2346), diriwayatkan pula oleh ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath (no. 3939), al-Baihaqi dalam kitab Asy-Sya’bu (no. 3534), dan Abu Nu’aim dalam kitab Al-Hilyah (6/269). (islamqa.info)
Baca juga: Hukum Berciuman dengan Istri di Siang Hari Bulan Ramadhan
Seluruh riwayatnya bersumber dari jalur Zaidah bin Abi Ruqad, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ziyad an-Numairi, dari Anas bin Malik, ia berkata, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki bulan Rajab beliau berdoa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan jumpakanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
Nah, tentang status kekuatan riwayatnya, disebutkan dalam kitab Mizanul I’tidal bahwa sanad hadits tersebut lemah. Sebab, perawi yang bernama Ziyad an-Numairi adalah perawi yang lemah. Ibnu Ma’in juga melemahkannya. Abu Hatim mengatakan, “Dia tidak bisa dijadikan hujjah.” (Mizanul I’tidal, 2/19)
Bahkan, dalam kitab Tahdzibut Tahdzib, perawi bernama Zaidah bin Abi Ruqad dinilai oleh para ulama hadits seperti Al-Bukhari dan an-Nasa’i, sebagai perawi yang lebih lemah (dha’if) dari Ziyad an-Numairi. (Tahdzibut Tahdzib, 3/305-306)
Berarti, Doa Menyambut Ramadhan Secara Khusus itu Tidak Ada?
Ya, tidak dijumpai doa secara khusus sebagai doa menyambut Ramadhan. Yang ada hanyalah doa untuk menyambut hilal awal. Namun doa tersebut berlaku umum ketika melihat hilal sebagai pertanda masuknya awal seluruh bulan hijriyah, tidak khusus pada hilal awal bulan Ramadhan.
Namun, yang perlu dicatat adalah, setiap Muslim sah-sah saja jika mengekspresikan keinginannya untuk berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan dengan doa. Dengan doa umum sebisanya, tanpa harus mengkhususkan lafal doa tertentu, apalagi sampai meyakininya bahwa lafal tersebut adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebab, berdoanya seorang Muslim agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan bisa jadi itu menunjukkan kesungguhan dan hausnya seorang Muslim terhadap pahala dan ampunan Allah ‘Azza wa Jalla, mengingat bulan Ramadhan adalah bulan kesempatan untuk memenuhi pundi-pundi amal ibadah dan mengapus sebanyak-banyaknya dosa dengan taubat nasuha.
Para ulama salaf pun demikian. Bahkan, karena kerinduan terhadap perjuampaan dengan bulan Ramadhan, para ulama salaf sudah mulai berharap dengan doa untuk dipertemukan dengan bulan mulia itu sejak tiga bulan sebelumnya. Dan berdoa selama enam bulan berikutnya agar amalan mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Di antara doa yang mereka lantunkan adalah,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Latha-if al-Ma’arif, 148)
Pada intinya, boleh berdoa memohon agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, memohon agar diberi kesehatan jasmani agar bisa melaksanakan seluruh amalan-amalan utama saat bulan Ramadhan, dan semisalnya, tanpa harus meyakini adanya lafal tertentu secara khusus sebagai doa menyambut Ramadhan yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam
Doa tersebut adalah:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan jumpakanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
Doa tersebut banyak beredar di sosial media seperti Whatsapp, Channel Telegram, Facebook, Twitter, Line, dan sebagainya dalam bentuk teks update status, broadcast, dan gambar-gambar Meme. Bahkan, banyak pula para ustadz yang mengutip doa tersebut dalam ceramah-ceramah mereka. Akhirnya, sebagian masyarakat menganggap bahwa lafal itu memang benar-benar doa yang semestinya diucapkan sebagai doa menyambut Ramadhan layaknya doa-doa sunnah lainnya.
Pertanyaannya, apakah lafal yang diyakini oleh sebagian masyarakat sebagai doa menyambut Ramadhan tersebut bersumber dari hadits yang shahih?
Jika ditelusuri dalam beberapa kitab hadits, ditemukan lafal yang diyakini sebagai doa menyambut Ramadhan di atas dalam beberapa kitab. Abdullah, putera dari Imam Ahmad meriwayatkan hadits tersebut dalam kitab Zawa-id al-Musnad (no. hadits: 2346), diriwayatkan pula oleh ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath (no. 3939), al-Baihaqi dalam kitab Asy-Sya’bu (no. 3534), dan Abu Nu’aim dalam kitab Al-Hilyah (6/269). (islamqa.info)
Baca juga: Hukum Berciuman dengan Istri di Siang Hari Bulan Ramadhan
Seluruh riwayatnya bersumber dari jalur Zaidah bin Abi Ruqad, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ziyad an-Numairi, dari Anas bin Malik, ia berkata, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki bulan Rajab beliau berdoa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan jumpakanlah kami kepada bulan Ramadhan.”
Nah, tentang status kekuatan riwayatnya, disebutkan dalam kitab Mizanul I’tidal bahwa sanad hadits tersebut lemah. Sebab, perawi yang bernama Ziyad an-Numairi adalah perawi yang lemah. Ibnu Ma’in juga melemahkannya. Abu Hatim mengatakan, “Dia tidak bisa dijadikan hujjah.” (Mizanul I’tidal, 2/19)
Bahkan, dalam kitab Tahdzibut Tahdzib, perawi bernama Zaidah bin Abi Ruqad dinilai oleh para ulama hadits seperti Al-Bukhari dan an-Nasa’i, sebagai perawi yang lebih lemah (dha’if) dari Ziyad an-Numairi. (Tahdzibut Tahdzib, 3/305-306)
Berarti, Doa Menyambut Ramadhan Secara Khusus itu Tidak Ada?
Ya, tidak dijumpai doa secara khusus sebagai doa menyambut Ramadhan. Yang ada hanyalah doa untuk menyambut hilal awal. Namun doa tersebut berlaku umum ketika melihat hilal sebagai pertanda masuknya awal seluruh bulan hijriyah, tidak khusus pada hilal awal bulan Ramadhan.
Namun, yang perlu dicatat adalah, setiap Muslim sah-sah saja jika mengekspresikan keinginannya untuk berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan dengan doa. Dengan doa umum sebisanya, tanpa harus mengkhususkan lafal doa tertentu, apalagi sampai meyakininya bahwa lafal tersebut adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebab, berdoanya seorang Muslim agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan bisa jadi itu menunjukkan kesungguhan dan hausnya seorang Muslim terhadap pahala dan ampunan Allah ‘Azza wa Jalla, mengingat bulan Ramadhan adalah bulan kesempatan untuk memenuhi pundi-pundi amal ibadah dan mengapus sebanyak-banyaknya dosa dengan taubat nasuha.
Para ulama salaf pun demikian. Bahkan, karena kerinduan terhadap perjuampaan dengan bulan Ramadhan, para ulama salaf sudah mulai berharap dengan doa untuk dipertemukan dengan bulan mulia itu sejak tiga bulan sebelumnya. Dan berdoa selama enam bulan berikutnya agar amalan mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Di antara doa yang mereka lantunkan adalah,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Latha-if al-Ma’arif, 148)
Pada intinya, boleh berdoa memohon agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, memohon agar diberi kesehatan jasmani agar bisa melaksanakan seluruh amalan-amalan utama saat bulan Ramadhan, dan semisalnya, tanpa harus meyakini adanya lafal tertentu secara khusus sebagai doa menyambut Ramadhan yang bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam
EmoticonEmoticon