Kamis, 27 Januari 2022

Apa itu Islam?

 


Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan.

Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Dalam sebuah hadits Nabi SAW dikatakan:


الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya: Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari perkataannya, dan dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).


Wallahu A'lam Bishawab

Selasa, 23 November 2021

MENGETUK PINTU LANGIT DENGAN DOA

 

 Bismillahirrahmanirrahim...

✅Doa adalah ibadah yg kita temukan pada ibadah-ibadah lain, shalat, puasa, haji, zakatpun mengandung ibadah yg agung. Dan bahkan di dalam Al-Qur'an doa-doa selalu dimuat dalam banyak ayat. Mulai dari surat al fatihah -ihdinas shiraathal mustaqiim- hingga surat yang terakhir annaas –qul a'uudzu birabbinnass-.


✅lDoa juga dapat dijadikan sebagai wasilah atau sarana untuk mencapai keinginan yg hendak dicapai.

Rasulullah, sang maha guru banyak memberikan rahasia-rahasia agar doa kita diterima oleh-Nya. 


↗️Allah swt berfirman :

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yg berdoa apabila ia memohon kepadaku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah:186).


↗️Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ :

Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak, yaitu orang yang shaum hingga ia buka, imam yang adil, dan doa orang yang didzalimi. Allah akan mengangkat doanya hingga ada di atas awan dan akan dibukakan baginya pintu-pintu langit. Dan Allah akan berfirman. ”Sungguh Aku akan menolongmu kapan saja". (HR at-Tirmidzi)


↗️Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yg sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."" (QS. Ghafir 40: Ayat 60)


↗️Diriwayatkan oleh Al Nu'man bin Basyir berkata: Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya doa itu adalah ibadah". (HR Ahmad)


✅Disebutkan dalam sebuah hadis :

Tidak ada seorang muslim pun yg berdoa kepada Allah dengan satu doa yg tidak ada di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah memberikan kepadanya dengan doa tersebut salah satu dari tiga perkara: Bisa jadi permintaannya disegerakan, bisa jadi permintaannya itu disimpan untuknya di akhirat nanti, dan bisa jadi dihindarkan kejelekan darinya yg sebanding dengan permintaannya.”


↗️Dari Abu Hurairah berkata; Rasul Saw bersabda : Siapa yang suka dikabulkan doanya oleh Allah di waktu sulit dan musibah, maka perbanyaklah berdoa di waktu lapang. (HR TIrmidzi)


↗️Allah SWT berfirman :

“Hanya milik Allah Asmaul Husna (nama-nama yg baik), maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yg menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yg telah mereka kerjakan”. (Q.S. Al-A’raf:180).


Semoga bermanfaat, Waktunya berdoa mustajab disepertiga malam di shalat TAHAJUD...!

Kamis, 19 Agustus 2021

HIDUP ADALAH BELAJAR

HIDUP ADALAH BELAJAR



Belajar bersyukur meskipun tak puas

Belajar ikhlas meskipun tak rela

Belajar taat meskipun berat

Belajar memahami meskipun tak sehati

Belajar sabar meski terbebani

Belajar memberi meski tak seberapa

Belajar mengasihi meski tersakiti

Belajar tenang meski gelisah

Belajar percaya meski susah

Belajar tabah meski cobaan menerpa


Aku belajar . . . .

Bahwa tidak selamanya hidup ini indah, kadang Allah menyapaku melalui derita. Tetapi aku tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkanku. Sebab itu aku belajar menikmati hidup dengan bersyukur.    


Aku belajar . . . .

Bahwa tidak semua yang aku harapkan akan menjadi kenyataan, kadang Allah membelokkan rencanaku. Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik dari yang kurencanakan, sebab itu aku belajar menerima semua itu dengan sukacita.    


Aku belajar . . . .

Bahwa cobaan itu pasti datang dalam hidupku.

Aku tak mau dipengaruhi setan untuk marah dan emosi. Aku tak mau menyalahkan orang lain. Juga tidak mungkin berkata " Ini tidak adil ya Allah . . . . " Karena aku tahu bahwa semua itu tidak akan melampaui kekuatanku. Sebab itu aku belajar menghadapinya dengan sabar.    


Aku belajar . . . .

Bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali  dan ditangisi. Karena semua rancangan-Nya indah bagiku. Maka dari itu aku belajar bersabar, bersyukur dan bersukacita dalam segala perkara. Karena semua itu menyehatkan jiwa dan menyegarkan hidupku


Wahai diri . . . .


Ketika "Kaki" sudah tak kuat berdiri . . "BERSIMPUHLAH".  


Ketika "Tangan" sudah tak kuat menggenggam . . "LIPATLAH"  


Ketika "Kepala" sudah tak kuat ditegakkan . . "MENUNDUKLAH"  


Ketika "Hati" sudah tak kuat menahan kesedihan . . "MENANGISLAH.    


Ketika "Hidup" sudah tak mampu untuk dihadapi . . "BERDOALAH" 


Allah selalu setia bersama kita . . . .

Dan apa saja yang kita minta dalam do'a dengan penuh keyakinan . . pasti Ia akan menerimanya


Allah mendengar lebih dari yang kita katakan

Allah menjawab lebih dari yang kita minta

Allah memberi lebih dari yang kita inginkan


Karena . . . .

Di belakang kita ada kekuatan yang tak terhingga

Di hadapan kita ada kemungkinan tanpa batas

Di sekitar kita ada kesempatan yang tiada akhir

Lebih dari itu,

Di atas kita ada Allah yang selalu  menyertai


Ingatlah,  . . . .


Cinta  Allah  itu abadi

Seperti lingkaran . . tak berawal dan tak berakhir


BERSABAR DAN BERSYUKUR SELALU KEPADA ALLAHU TA'ALA . . . .```

Sabtu, 20 Juni 2020

Sholat Istisqa'

Sholat Istisqa'


Pengertian

Shalat Istisqa’ adalah shalat yang dianjurkan ketika lama tidak turun hujan atau ketika sumber mata air sudah lama mengering, Shalat Istisqa’ disunnahkan berdasarkan sebab dzahirnya, dan tidak dianjurkan lagi ketika sebab-sebabnya sudah tiada seperti mulai turun hujan atau mengalirnya mata air dari sumbernya.

Cara Pelaksanaan (referensi pertama)

Ada 3 cara dalam melaksanakan Istisqa’ yang dianjurkan dalam Islam :

1. Berdo’a agar diturunkan hujan di setiap saat
2. Berdo’a di waktu I’tidal rakaat terakhir pada setiap Shalat Fardhu dan setiap setelah Shalat
3. Paling sempurnanya adalah dengan melaksanakan cara berikut ini :

a. Imam (pemimipin/pemerintah) atau yang mewakili Imam seperti Ulama memerintahkan masyarakat dengan :

i. Bertaubat dengan sebenar-benar taubat
ii. Bersedekah kepada fakir-miskin, keluar dari kedzaliman, mendamaikan orang yang bertikai
iii. Puasa 4 hari berturut-turut

b. Imam keluar dengan masyarakat pada hari ke-4 puasa dengan memakai baju yang sederhana (yang dianjurkan adalah memakai baju compang-camping) dan penuh kekhusyuan dan penuh ketenangan di satu lapangan, kemudian Imam atau wakilnya melakukan Shalat 2 rakaat berjama’ah bersama masyarakatnya seperti dalam pelaksanaan Shalat Hari Raya.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَاضِعاً مُتَبَذِّلاً مُتَخَشِّعاً مُتَرَّسِلاً مُتَضَرِّعاً فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّيْ فِى الْعِيْدِ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهَ (1266) وَغَيْرُهُ

Dari Sayyidina Ibnu Abbas ra, beliau berkata: “Rasulullah SAW keluar dengan penuh tawadhdhu’ (merendahkan diri), compang-camping, penuh kekhusyuan, tidak tergesa-gesa dan memohon dengan penuh kesungguhan, kemudian beliau melakukan Shalat 2 rakaat seperti Shalat di hari raya.” HR. Imam Ibnu Majah no. 1266 dll.

c. Setelah mereka melakukan Shalat kemudian Imam berkhutbah 2 kali seperti khutbah hari raya, hanya saja dalam khutbah ini membaca Istighfar 7 kali pada khutbah yang pertama dan membaca Istighfar 5 kali pada khutbah yang ke-2 sebagai ganti dari pembacaan Takbir dalam Khutbah harai raya.

Berdasarkan firman Allah SWT :

{ اِسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً { [ نوح:10,11]

“Mintalah ampun kalian kepada tuhan kalian, sesungguhnya Dia maha pengampun, Dia-lah yang menurunkan hujan dari langit untuk kalian dengan begitu derasnya.” QS. Nuh : 10-11

Ketika Khotib memulia Khutbah yang ke-2 dan telah berlalu 1/3 dari Kutbahnya setelah itu Khotib menghadap Kiblat dan membelakangi Jama’ah, kemudian Khotib merubah posisi Rida’-nya (Sorban yang diletakkan pada bahu) yaitu dengan meletakkan posisi yang di atas dibalik ke bawah, serta yang kanan dibalik ke kiri dan sebaliknya sebagai tanda pengharapan kepada Allah SWT agar dirubahnya kondisi kemarau menjadi penuh hujan rahmat.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً يَسْتَسْقِيْ، فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ، ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا اللهَ، وَحَوَّلَ وَجْهَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ رَافِعاً يَدَيْهِ، ثُمَّ قَلَّبَ رِدَاءَهُ: فَجَعَلَ اْلأَيْمَنَ عَلَى اْلأَيْسَرِ وَاْلأَيْسَرِ عَلَى اْلأَيْمَنِ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهَ (1268)

Dari Sayyidina Abu Hurairah ra, beliau berkata : “Rasulullah SAW keluar pada hari beliau meminta hujan, kemudian Rasulullah Shalat bersama kami tanpa Adzan dan Iqomah, beliau berkhutbah dan berdo’a kepada Allah dan menghdapkan wajahnya ke kiblat serta mengangkat ke-2 tangannya, kemudian beliau membalikkan sorbannya yaitu dengan meletakkan yang kanan di kiri dan yang kiri di kanan.” HR. Imam Ibnu Majah no. 1268.

Bagi jama’ah yang ikut serta dalam pelaksanaan Shalat Istisqa’ disunnahkan juga untuk melakukan hal demikian tersebut di atas.

Disunnahkan bagi Khotib untuk memperbanyak Istighfar, do’a, taubat dan permohonan yang sungguh-sungguh serta bertawassul dengan orang-orang yang Sholeh dan bertakwa.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ إِذَا قَحَطُوْا اِسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلَّبِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَقَالَ: اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا. قَالَ: فَيُسْقَوْنَ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ (964)

Dari Anas ra, “Sesungguhnya Sayyidina Umar Bin Al-Khattab ra ketika paceklik tiba beliau meminta hujan dengan perantara (Tawassul) Sayyidina Abbas Bin Abdul Muthollib ra dengan berdo’a :

اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا

“Ya Allah sungguh kami bertawassul kepada-Mu dengan perantara Nabi-Mu maka turunkanlah hujan untuk kami, dan sungguh kami juga bertawassul kepada-Mu dengan perantara paman Nabi-Mu maka turunkanlah hujan untuk kami.”

Kemudian Sayyidina Anas berkata : “Maka diturunkanlah hujan bagi mereka.” HR. Imam Al-Bukhari no. 964.

d. Disunnahkan bagi mereka yang menghadiri pelaksanaan Shalat Istisqa’ membawa anak kecil, orang tua dan banatang ternak, sebab musibah (paceklik) tersebut mengenai mereka semua dan tidak diperkenankan melarang Ahli Dzimmah (non muslim yang diberi izin tinggal bersama kaum muslimin) untuk ikut serta hadir dalam prosesi tersebut.

 

Cara Pelaksanaan (referensi kedua)

Agar doa kita cepat di ijabah oleh Alloh maka hendaknya kita melaksanakan puasa dahulu 3 hari sebelum kita melaksanakan shalat sunat istisqa dan senantiasa kita perbanyak membaca istigfar dan bertaubat kepada Alloh karena hakikatnya yang menurunkan hujan dan adanya musim kemarau yang panjang adalah atas kehendak Alloh. Maka mintalah kepada-Nya.

Untuk memohon turunnya hujan, ada tiga cara yang dapat dilakukan, yaitu:

Berdoa saja, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama

Berdoa pada setiap selesai shalat fardhu atau dalam khutbah jumat

Mengerjakan shalat sunat 2 rakaat (shalat Istisqa)

Cara yang terakhir inilah yang paling baik dilakukan. Waktu pelaksanaan shalat istisqa tidak ditentukan. Tapi biasanya dikerjakan pagi hari seperti shalat id. Hukumnya sunat muakad.
Sebelum shalat istisqa dikerjakan, seorang imam hendaknya memerintahkan masyarakat untuk :
Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang yang berpuasa tak akan di tolak.Menjauhkan kezaliman, dan taubat dari kemaksiatan, karena kedua hal inilah yang menjadi penyebab tertahannya air dari langit.Banyak berbuat baik dan bersedekah, karena hal ini akan memperbesar kemungkinan diterimanya doaPada hari keempat keluar menuju temat shalat (tanah lapang) dengan mengajak anak-anak, orang-orang tua, dan binatang ternak, dengan terlebih dahulu mandi, bersiwak bersuci, dan mengenakan pakaian yang sederhana, tidak memakai wewangian, berjalan dengan tenang dan rendah hati.
Shalat istisqa dikerjakan tenpa didahului dengan adzan atau iqomah, pada saat memulai shalat ini bilal cukkup menyerukan;

اَلصَّلاَةُ جَامِعَةً

Artinya: “Mari kita kerjakan shalat berjamaah”

Cara pelaksanaan shalat istsqa sama dengan cara pelaksanaan shalat id, yaitu dengan melakukan takbir 7kali pada rakaat pertama, dan 5 kali pada rakaat kedua dengan mengangkat kedua tangan setinggi bahu, dan setelah itu dilakukan 2 khutbah (Khutbah ini boleh juga dilakukan sebelum shalat).
Lafadz Niat shalat Istisqa



اُصَلِّى سُنَّةَ اْلِاسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأمُوْمًالِلَّهِ تَعَالَى


Artinya: “Aku (niat) shalat sunat istisqo' 2 rakaat, dengan menjadi makmum karena Alloh Ta’ala”.

Jika menjadi imam maka kata “Ma’muuman” diganti dengan kata “Imaaman” (menjadi imam)
Surat yang dibaca boleh surat apa saja yang dikehendaki, akan tetapi sebaiknya pada rakaat pertama sesudah Al- Fatihah dibaca surat Al-a’laa, dan pada rakaat kedua surat Al-Ghaasyiyah. Bacaan ini di jaharkan, seperti pada shalat Id.

Setelah selesai shalat, dilanjut dengan 2 khutbah. Rukun dan syarat 2 khutbah istisqa ini sama dengan 2 khutbah id.

Dalam khutbah shalat istisqa ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Khotib disunatkan memakai selendang (sorban)Khutbah pertama dimulai dengan membaca istighfar 9x dan pada khutbah kedua 7x. Isi hutbah hendaklah berupa anjuran agar jamaah dan masyarakat bertaubat dan memperbanyak istighfar, serta merendahkan diri di hadapanAlloh, yakin bahwa permohonan mereka akan dikabulkan.Ketika berdoa hendaklah kedua tangan diangkat lebih tinggi dari biasanyaKhatib hendaklah mmemperbanyak membaca doa dan istighfar dan membaca pula surat Nuh ayat 10 dan 11.Pada khhutbah kedua, ketika sedang berdoa. Khatib hendaklah memindahkan letakk selendangnya dari kanan ke kiri dan yang diatas menjadi di bawah, sambil berpaling kearah kiblat.Dalam berdoa khatib hendaklah mengeraskan dan merendahkan suaranya. Pada saat khatib mengeraskan suranya, makmum mengucapkan “Amin”. Sedangkan pada saat khatib merendahkan suranya, makmum ikut berdoa dengan suara rendah. 

 

Do’a-Do’a Yang Diajarkan Oleh Rasulullah SAW

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً.
( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ :967؛ وَمُسْلِمٌ : 897؛ وَأَبُوْ دَاوُدَ 1169؛ وَالشَّافِعِيُّ:” اْلأُمُّ 1/222″ ، وَغَيْرُهُمْ).

“Ya Allah jadikanlah curahan ini sebagai rahmat dan jangan engkau jadikan curahan ini sebagai siksa, bukan kehancuran, bahaya, kerusakan dan bukan pula ketenggelaman bagi kami. Ya Allah turunkanlah hujan pada bukit-bukit, tumbuh-tumbuhan dan lembah-lembah. Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan hujan yang berakibat buruk atas kami. Ya Allah turunkanlah hujan yang melepaskan kami dari paceklik, tanpa disertai kesusahan, baik akibatnya, subur dengan kesegaran, deras dan lebat yang menyeluruh pada permukaan bumi terus-menerus (manfaatnya) sampai hari Kiamat. Ya Allah turunkanlah hujan untuk kami dan jangan Engkau jadikan kami orang-orang yang berputus asa karena hujan yang belum turun. Ya Allah sungguh hamba-hamba-Mu serta negri-negri mereka tertimpa kesulitan, kelaparan dan paceklik yang dahsyat, sungguh tiada kami mengadu melainkan hanya kepada-Mu. Ya Allah tumbuhkanlah kebun-kebun untuk kami dan perbanyaklah susu kambing, turunkanlah barakah dari langit, tumbuhkanlah barakah-barakah bumi, keluarkanlah kami dari bahaya yang tiada seorangpun yang bisa mengeluarkannya melainkan hanya Engkau. Ya Allah sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau maha pengampun, maka turunkanlah hujan dari langit untuk kami.” HR. Imam Al-Bukhari no. 967, Imam Muslim no. 897, Imam Abu Daud no. 1169 dan Imam Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Umm juz 1 hal. 222 dll.

Jumat, 19 Juni 2020

Sholat Sunah Taubat

Sholat Sunnah Taubat
Sholat taubat adalah cara untuk meraih salah satu amal yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha. Taubat adalah sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya, serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.

Secara bahasa taubat artinya kembali, sementara secara istilah taubat berarti kembali kepada Allah, kembali pada syariat-Nya, mengakui segala bentuk kesalahannya dan menyesalinya, serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.

Allah berfirman,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥ‌ۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At Tahrim : 8)

Perhatikan pada ayat diatas, dimana selain Allah menganjurkan untuk melakukan taubat nasuha juga menjanjikan bagi siapa pun yang bertaubat dengan syurga-Nya. Karena itu kita bisa memahami jika selain dari kebutuhan kita, bertaubat pun mesti menjadi keinginan kita akan pahala yang telah Allah janjikan melaluinya.

Syarat-syarat Taubat Nasuha

Sementara itu, untuk mendapatkan keberhasilan dalam melaksanakan taubat nasuha ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

Menyesali segala perbuatan dosanya.

Penyesalan ini diawali dengan pengakuan sepenuh hati dengan penuh kejujuran jika apa yang telah kita lakukan itu adalah perbuatan salah dan melanggar. Ini penting guna membangkitkan tingkat kesadaran sehingga di kemudian hari tidak ada lagi rasa permisif dalam melakukan dosa.

Setelah itu baru melahirkan rasa sesal, sedih, marah dan takut atas segala perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Rasa ini timbul setelah kita mengetahui berbagai ancaman Allah terhadap perbuatan dosa tersebut dan juga berharap dengan penuh tawakkal terhadap rahmat Allah SWT.

Berazzam untuk tidak akan pernah mengulanginya kembali.

Seseorang bisa dikatakan bertaubat jika perbuatan dosanya tersebut telah benar-benar ditinggalkan dan tidak pernah diulangi kembali. Hal ini bisa dikatakan sebagai hijrah secara mental. Proses hijrah secara mental ini perlu agar semua pintu kemungkinan berbuat dosa tertutup rapat dan tidak membuka peluang perbuatan tersebut akan terulang kembali.

Berjuang dengan sepenuh tenaga untuk istiqomah di jalan hidup yang baru.

Pada akhirnya, setelah kedua syarat diatas terpenuhi maka Allah akan menguji kembali hamba yang telah melakukan taubat tersebut. Ujian tersebut berupa dorongan untuk kembali melakukan dosa yang telah kita tinggalkan atau dorongan untuk melakukan dosa yang lainnya. Allah akan mencatat setiap amal dan ikhtiar yang kita lakukan guna menghindar sejauh mungkin dari perbuatan dosa tersebut sehingga tidak satu pun amal yang hilang dengan sia-sia.

Meminta maaf kepada sesama manusia, jika kesalahan itu terkait hubungan kita dengan sesama.

Sampaikanlah permintaan maaf dengan sepenuh hati dan dengan lapang dada. Mintakan pula ampunan kepada Allah melalui lisannya. Terima dengan lapang dada jika pihak yang pernah kita sakiti tersebut masih memendam amarah atau melontarkan cemoohan, sebaliknya mintalah ampunan kepada Allah untuknya.

Sebagai salah satu bentuk penyempurnaan dalam proses taubat kita, maka empat madzhab fiqih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat. Sholat taubat adalah bukti keseriusan kita bahwa kita benar-benar ingin bertaubat dan segala dosa kita benar-benar ingin diampuni.

Sholat taubat sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadist dari Abu Bakar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini. “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imron : 135) (HR. Tirmidzi)

Waktu Pelaksanaan Sholat

Sholat taubat termasuk sholat sunnah yang dikerjakan hanya apabila ada kejadian-kejadian tertentu yang menjadi penyebabnya. Sholat dangan karakteristik seperti ini juga ditemukan pada sholat hajat dan istikhoroh. Sholat dengan karakteristik ini juga secara khusus tidak ada pembatasan waktu pengerjaannya.

Adapun terkait kapan waktu yang idealnya, sebagian ulama berpendapat jika sholat taubat baiknya dikerjakan sesegera mungkin, setelah kita menerima hidayah dari Allah SWT. Hal ini bertujuan agar pengampunan atas dosa yang kita lakukan tidak Allah tangguhkan, sementara kita sendiri tidak tahu batas dari usia hidup kita.

Sementara sebagian ulama lain berpendapat untuk melaksanakan sholat taubat pada waktu kapan saja akan tetapi dengan pengecualian yaitu pada waktu dilarangnya melaksanakan sholat sunnah. Waktu-waktu tersebut diantaranya, pada saat shubuh hingga terbit matahari (Syuruq) dan Ashar hingga matahari tenggelam.

 

Niat

Niat sholat taubat adalah dengan menghadirkan keinginan untuk taubat dari berbagai kesalahan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan berwudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaat.

Adapun secara rukunnya, niat itu bertempat dihati sehingga hadirnya keinginan dan azzam untuk melaksanakan sholat taubat sebenarnya sudah cukup dikategorikan sebagai niat. Namun untuk menegaskan kembali bisa di lafazkan dengan lafaz yang telah diajarkan oleh para ulama.

 

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Ushalli Sunnatat Taubati Rak’ataini Lillahi Ta’ala

Artinya: Saya niat shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah.

Tata Cara Sholat

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, hendaknya sebelum melaksanakan sholat taubat didahului dengan bersuci dengan baik. Jika ia bertaubat dari keadaan kafir atau non-muslim maka disunnahkan untuk melakukan mandi besar, sedangkan jika untuk bertaubat dari dosa-dosa yang lainnya cukup diawali dengan wudhu.

Sholat taubat sendiri dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan rukun sebagaimana sholat seperti biasa. Namun jika mau, kita bisa memperpanjang sujud terakhir untuk secara khusus bermunajat dan mengakui berbagai dosa kita serta memohon ampunan dengan segala kerendahan diri dihadapan Allah SWT. Sebagaimana seperti yang disebutkan dalam hadist,

“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”(HR. Muslim)

Do’a dan Dzikir Selepas Sholat

Sebagai penyempurna dari amalan sholat taubat kita, maka ada baiknya kita memperbanyak membaca istighfar. Meminta ampun dengan istighfar ini ada baiknya pula di sertai dengan dzikir-dzikir menyebut asma-Nya.

Selain itu ada pula beberapa do’a yang secara khusus di peruntukan untuk dibaca selepas sholat taubat, diantaranya,

Do’a Sholat Taubat 1

 

استغفرالله العظيم الذى لااله الاهو الحي القيوم واتوب اليه توبة عبد ظالم لايملك لنفسه ضراولا نفعا ولاموتا ولاحياة ولانشورا.

Artinya : saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang senantiasa hidup dan mengawasi, saya memohon taubat kepada-Nya sebagaimana taubatnya hamba yang dholim yang berdosa tidak memiliki daya upaya untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Do’a Sholat Taubat 2


أللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang telah menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. Dan aku pun dalam ketentuan serta janji-Mu yg sedapat mungkin aku lakukan. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan yg telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, karena itu berilah ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat memberi ampunan kecuali Engkau sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari segala kejahatan yg telah aku lakukan.

Do’a Sholat Taubat 3

 

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ تَوْ فِيْقَ اَهْلِ الْهُدَى وَاَعْمَالَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ اَهْلِ الصَّبْرِ وَجِدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّ غْبَةِ وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى اَخَافَكَ . اَللَّهُمَّ اِنِّى اَسْاَلُكَ مَخَا فَةً تَحْجُزُ نِى عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَا عَتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ حَتَّى اُنَا صِحَكَ فِىالتَّوْ بَةِ خَوْ فًا مِنْكَ وَحَتَّى اَخْلِصَ لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّا لَكَ وَحَتَّى اَتَوَ كَّلَ عَلَيْكَ فَ اْلاُمُوْرِ كُلِّهَاوَحُسْنَ ظَنٍّ بِكَ . سُبْحَانَ خَالِقِ نُوْرٍ

Artinya: Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu Taufiq(pertolongan)nya orang-orang yang mendapatkan petunjuk(hidayah),dan perbuatannya orang-orang yang bertaubat, dan cita-cita orang-orang yang sabar, dan kesungguhan orang-orang yang takut, dan pencariannya orang-orang yang cinta, dan ibadahnya orang-orang yang menjauhkan diri dari dosa (wara’), dan ma’rifatnya orang-orang berilmu sehingga hamba takut kepada-Mu. Ya Alloh sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu rasa takut yang membentengi hamba dari durhaka kepada-Mu, sehingga hamba menunaikan keta’atan kepada-Mu yang berhak mendapatkan ridho-Mu sehingga hamba tulus kepada-Mu dalam bertaubat karena takut pada-Mu, dan sehingga hamba mengikhlaskan ketulusan untuk-Mu karena cinta kepada-Mu, dan sehingga hamba berserah diri kepada-Mu dalam semua urusan, dan hamba memohon baik sangka kepada-Mu. Maha suci Dzat Yang Menciptakan Cahaya.

Demikian penjelasan seputar sholat taubat, yang mulai dari penjabaran mengenai taubat dan tata cara praktis tentang sholat taubat itu sendiri. Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah dan taufiq agar menjadi orang-orang yang senantiasa bertaubat, sehingga termasuk orang-orang yang disukai oleh Allah. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٲبِينَ وَيُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqoroh : 222)