Rabu, 13 Februari 2019

Keutamaan Al Fatihah

Surat Al-Fatihah dinamakan juga surat Al-Kafiyatu As-Syafiyah, Al-Kafiyah yang berarti pencukup dan As-Syafiah yang berarti penyembuhan, maka di dalam surat tersebut ada penyembuh untuk berbagai macam penyakit hati maupun badan.

1.  Penyakit hati seperti sombong, riya, ujub, dan lain-lain dapat disembuhkan dengan Al-Fatihah.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan[1], “Sering aku mendengar Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, Iyya-Ka na’budu,  yang berarti Kepada-Mu lah kami menyembah, merupakan obat dari penyakit riya’, dan Iyya-Ka nasta’in yang berarti Kepada-Mu lah kami meminta pertolongan merupakan obat dari penyakit kesombongan. Maka Iyya-Ka na’budu dapat menghilangkan penyakit-penyakit hati, dengan mengingatkan seorang hamba akan kedudukan ikhals yang merupakan semulia-mulianya kedudukan, dan Iyya-Ka nasta’in menyadarkan seorang hamba akan kefakiran dan kebutuhannya terhadap pertolongan Allah.

Seperti dalam firman-Nya Allah mengatakan,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Wahai sekalian manusia kalian ini fakir (butuh) kepada Allah, dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Fatir:15).

2. Al-Fatihah untuk penyakit badan, terdapat sebuah hadits dari sahabat Abu Said Al-Khudriy,

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَ سًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ

بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ  خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ

“Bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung  tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantasberkata kepada para  sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bias meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.” Lalu iapun mendatangi pembesar kampung tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. Maka pembesar kampung itupun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya, -dan disebutkan- ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan kisahnya tadi kepada beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bias tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?” Beliaupun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

مكثت بمكة مدة تعتريني أدواء، و لا أجد طبيبا، فكنت أعالج نفسي بالفاتحة، فأرى لها تأثيرا عجيبا، فكنت أصف ذلك لمن يشتكي ألما، و كان كثيرمنهم يبرأ سريعا.2

“Aku pernah menginap di Makkah selama beberapa saat lalu aku jatuh sakit, aku tidak mendapatkan satupun dokter di sana, maka aku mencoba mengobati diriku sendiri dengan membaca surat Al-Fatihah, dan aku dapati perubahan yang sangat menakjubkan, sejak saat itu aku sering memberikan saran kepada orang-orang yang mengeluh akan penyakitnya untuk membaca Al-Fatihah dan banyak dari mereka mendapatkan kesembuhan dengan cepat.”

Perlu diperhatikan,  membaca Al-Fatihah untuk menyembuhkan juga harus diiringi dengan rasa percaya dan yakin kepada Allah, jika telah bersatu rasa kepercayaan serta keyakinan kepada Allah, maka bacaan Al-Fatihah akan benar-benar memberikannya kesembuhan.



Dikutip dari https://muslim.or.id

Manfaat menghafal Al-Qur'an

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam. Di dalamnya terkandung berbagai ilmu pengetahuan untuk manusia. Untuk itu membacanya termasuk suatu kebaikan bahkan kewajiban. Selain itu, Al-Qur’an berisi petunjuk untuk hidup manusia.
Mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban bagi seluruh umat muslim di dunia. Karena, di dalamnya terdapat penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang bagi umat Islam. Bahkan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan mulai dari kesehatan, politik, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu lainnya. Maka Al-Qur’an adalah petunjuk yang berisi penjelasan seluruh aspek kehidupan manusia.
Untuk mengamalkannya harus dimulai dari membacanya. Setelah dibaca, isinya pun harus dijaga. Caranya dengan memahami isi Al-Qur’an dari artinya. Tak hanya dipahami artinya, harus juga di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka, beberapa orang yang ingin menjaga sepenuh hati Al-Qur’an juga menghafalkan ayat-ayat di dalamnya.
Menghafal Al-Qur’an sebagai bentuk menjaga sepenuh jiwa dan raga amalan dalam Al-Qur’an. Apalagi dalam sholat, umat Islam diwajibkan untuk membaca surah pendek atau surah lain selain Al-Fatihah. Untuk itu, menghafal dan membaca Al-Qur’an adalah bagian penting dari kehidupan seorang muslim dan muslimah.
Kini, sudah banyak bermunculan kembali anak-anak penghafal Al-Qur’an. Dengan bimbingan orangtua mereka, akhirnya mereka berhasil menjadi seorang hafidz. Ternyata hal ini pun didasari karena kesadaran orangtua akan manfaat membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Anda juga ingin tahu apa saja manfaat yang bisa diambil dari menghafal dan membaca Al-Qur’an? Simak, list berikut ini dan jangan lupa dicatat:
1. Mendapat Kenikmatan Dunia
Menurut beberapa hadits, salah satu kenikmatan dunia adalah hafal dengan Al-Qur’an. Dengan menjaga Al-Qur’an, Allah senantiasa memberikan kemudahan baginya. Bahkan Allah izinkan hambanya untuk iri pada seseorang yang diberi kenikmatan hafal Al-Qur’an.
”Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al-Qur’an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, ‘Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat’” (HR. Bukhari)
2. Mendapat Pahala Kebaikan
Manfaat menghafal Al-Qur’an selanjutnya adalah bertambahnya pahala kebaikan. Semua manusia berlomba untuk bisa memperoleh pahala. Pahala inilah yang akan menghantarkan manusia ke surga. Pahala diperoleh dari kebaikan yang dilakukan selama manusia hidup. Salah satunya dengan membaca dan menghafal Al-Qur’an. Allah pun akan lipat gandakan pahala ini bagi orang-orang yang rajin.
“Barang siapa yang membaca satu huruf saja dari kitabullah maka seseorang akan mendapatkan kebaikan satu kali. tetapi setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kalinya.” (HR. Tirmidzi)
3. Mendapat Penghargaan dari Nabi SAW berupa Penghargaan Khusus Tasyrif Nabawi
Rasulullah sangat menghargai para hafidz Qur’an. Diberikannya berbagai keutamaan khusus. Seperti saat wafat akan didahulukan di kubur, dan juga dijadikan pemimpin delegasi atau pasukan khusus. Orang yang punya hafalan banyak pun diizinkan menjadi imam sholat berjamaah.
Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al-Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda, ”Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab, ”Aku hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At-Turmudzi dan An-Nasa’i)
4. Mencerminkan Seseorang yang Memiliki Ilmu
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa orang berilmu punya nilai lebih. Karena, ilmulah yang menjaga seseorang. Dibandingkan harta, orang yang berilmu senantiasa punya jabatan lebih. Dalam Al-Qur’an pun, orang yang hafal Al-Qur’an sangat istimewa.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (QS Al-Ankabuut 29:49)
5. Memberikan Derajat dan Wibawa yang Lebih Baik
Membaca Al-Qur’an akan membuat diri lebih berilmu. Dengan demikian, orang-orang pun akan menghormati penghafal Al-Qur’an. Seorang penghafal Al-Qur’an akan disenangi, disayangi, bahkan dikagumi banyak orang. Karena, ingin mencontoh kemampuannya.
“Orang orang yang hebat dalam membaca Al-Qur’an akan selalu ditemani para malaikat pencatat yang paling dimuliakan da taat pada Allah SWT  dan orang orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an lalu bersusah payah mempelajarinya maka dia akan mendapatkan dua kali pahala,” (HR. Bukhari)”
6.Menghormati Seorang Hafidz juga Disukai Allah
Dalam hal ini Allah melihat seseorang yang menyenangi dan mengagumi hafidz sama halnya mengagungkan Allah. Artinya, dengan kuasa Allah seorang hafidz dimampukan untuk bisa hafal banyak ayat. Itulah sama halnya mengagumi kuasa Allah berupa rahmat pada seorang penghafal Al-Qur’an.
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al-Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca dan mengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Daud)
7. Hafidz Merupakan Orang-orang Terpilih
Manfaat menghafal Al-Qur’an sangat banyak bagi seorang hafidz atau orang yang fasih menghafalkan Al Qur’an. Hidayah Allah diketahui hanya untuk orang-orang tertentu saja. Termasuk seorang yang hafal Al-Qur’an, mereka juga adalah orang-orang pilihan Allah.
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
8. Mendapat Perlindungan dan Rahmat Lewat Malaikat
Allah sangat menyukai orang-orang yang menjaga Al-Qur’an dalam dirinya. Termasuk dengan membaca dan menghafalnya. Apalagi dengan memahami isi dan mengamalkannya. Allah memberi perhatian khusus bagi orang-orang ini. Allah melindungi mereka dari kejahatan. Selain itu juga melimpahkan banyak rahmat bagi mereka.
” Ketika para kaum muslim berkumpul di masjid masjid allah dan mereka membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, maka akan datang kepada mereka ketentraman , rahmat allah dan dilindungi malaikat malaikat dan allah menyebut mereka dihadapan makhluk yang ada didekatnya.”
9. Al-Qur’an Menjadi Syafa’at (Penolong) bagi para Pembacanya
Membaca Al-Qur’an bisa menyelamatkan kita di akhirat. Al-Qur’an akan menolong dan menemani setelah hidup berakhir. Bahkan sampai kematian pun, seorang yang dekat dengan Al-Qur’an akan memperoleh kemuliaan.
“Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya pada hari kiamat nanti akan datang memberikan syafaat yang baik kepada pembacanya.” (HR. Muslim)”
10. Memperoleh Mahkota Kemuliaan yang disebut dengan Tahjul Karomah
Manfaat menghafal Al-Qur’an selanjutnya adalah memperoleh mahkota kemuliaan atau Tahjul Karomah. Penghargaan ini datangnya langsung dari Allah. Merekalah orang-orang terpilih yang dianggap bisa melewati ujian di dunia yang hanya sementara. Mereka dianggap berhasil lulus dari segala cobaan duniawi.
Mereka akan dipanggil, “Di mana orang-orang yang tidak terlena oleh menggembala kambing dari membaca kitabku?” Maka berdirilah mereka dan dipakaikan kepada salah seorang mereka mahkota kemuliaan, diberikan kepadanya kesuksesan dengan tangan kanan dan kekekalan dengan tangan kirinya. (HR. At-Tabrani)
11. Orangtua Mereka pun Dijanjikan Kemuliaan
Ternyata, tak hanya seorang penghafal Al-Qur’an saja yang dijanjikan kemuliaan. Orangtua mereka pun juga. Sungguh, seorang anak yang berbakti pada orangtua salah satu caranya adalah memberikan kemuliaan.
“Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur’an.” (HR. Al-Hakim)
12. Mendapatkan Pahala Terbanyak
Tahukah Anda, jika membaca Al-Qur’an paling banyak pahalanya? Pahala bagi orang yang membaca Al-Qur’an dihitung dari huruf yang dibacanya. Semakin panjang ayatnya maka semakin besar pahalanya. Apalagi jika menghafal, akan mengulang-ulang kata yang dibaca. Pahala pun berlipat-lipat.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Turmudzi)
13. Membuat Seseorang Berperilaku Mulia
Membaca Al-Qur’an bisa merubah seseorang. Dengan membaca Al-Qur’an seseorang bisa mendapat ilmu baru untuk memperbaiki hidupnya. Seseorang juga bisa mendapat pencerahan yang lebih baik untuk hidupnya seperti hidayah. Al-Qur’an memberi jalan bagi seseorang untuk jadi lebih baik.
“Sebaik baiknya manusia adalah yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an serta mengajarkannya pada orang lain.” (HR.Bukhari)”
14. Diberikan Keberuntungan dalam Perdagangan
Allah sangat menyukai jual beli yang berarti perdagangan. Karena, Allah melihat orang-orang yang menghafal Al-Qur’an adalah orang yang bersyukur. Allah pun menjanjikan bahwa orang yang bersyukur akan ditambah lagi nikmatnya. Salah satunya lewat perniagaan.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Faathir 35:29-30)
15. Meningkatkan Kecerdasan
Menghafal adalah salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan seseorang. Dengan menghafal otak akan lebih cepat menyerap informasi juga menyimpannya dalam jangka waktu lama. Semakin sering membaca Al-Qur’an ternyata melatih juga peningkatan otak dalam mencerna informasi.
Beberapa penelitian pun menunjukkan bahwa orang yang pandai menghafal punya kecerdasan yang baik. Terbukti dengan mereka rajin menghafal, mereka juga akan lebih mudah mengingat hal-hal kecil yang mereka harus ingat. Jadi, jika Anda ingin punya anak cerdas bisa mulai mengajarkan untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an sejak dini.
16. Menyelamatkan di Dunia Maupun di Akhirat
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Al-Qur’an akan menyelamatkan. Tak hanya di dunia, tapi di akhirat. Al-Qur’an sebagai ilmu akan menjaga manusia dari kejahatan. Al-Qur’an di akhirat pun bisa menyelamatkan dengan pahala kebajikan.
Rasulullah bersabda bahwa : “Ibadah yang paling berkah dan istimewa adalah membaca dan mempelajari Al-Qur’an serta mengamalkannnya dalam kehidupan sehari hari bahkan pada tiap satu ayatnya yang telah dibaca mengandung 10 kebaikan dan ajaran kebenaran didalamnya.”
17. Penyembuh dari Berbagai Macam Penyakit
Dan makanlah oleh kamu bermacam macam buah serta tempuhlah jalan jalan yang telah ditetapkan  pada tubuhmu dengan lancar .Ada madu yang bermacam macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alam semesta terdapat banyak tanda tanda kekuasaan Allah bagi orang orang yang memikirkan  hal itu.” (QS An-nahl 16 : 69)
Dalam ayat tersebut sangat jelas bahwa seorang yang dekat dengan Al-Qur’an dijauhkan dari penyakit. Tak hanya dijauhkan, namun juga bisa disembuhkan. Al-Qur’an adalah ilmu yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Dalam hal penyembuhan dalam Al-Qur’an ada ilmu kesehatan termasuk didalamnya adalah obat. Maka bagi orang yang hafal dengan Al-Qur’an akan berpikir dan mengambil ilmu darinya.
18. Memberi Ketentraman Hati
Manusia kadang diliputi dosa dan hal-hal duniawi. Hal ini yang menyulitkan manusia untuk tetap tenang dan fokus. Dengan membaca Al-Qur’an, manusia akan disadarkan betapa luasnya dunia. Akhirnya manusia pun bisa bersyukur. Dari rasa syukur inilah yang bisa memunculkan ketentraman.
“Orang orang yang beriman akan memiliki hati yang tenang dan tenteram jika selalu ingat dengan Allah SWT, maka ingatlah karena hanya dengan mengingatnya Allahlah, hatimu menjadi tenteram.” (Ar-Rad : 28)
19. Mengobati Penyakit Hati
Manusia memang makhluk yang tidak pernah puas dan sulit sekali merasa cukup. Kadang hal ini mendatangkan penyakit hati. Penyakit itu adalah iri hati, dengki, dan dendam. Dalam Al-Qur’an ada ketentraman yang bisa ditemukan. Ketentraman ini berupa keikhlasan yang menyadarkan betapa kecilnya manusia dibandingkan alam semesta. Cobaan kecil tidak menghalangi manusia untuk terus berusaha.
20. Pelindung dari Segala Keraguan
Manusia seringkali digoda oleh keraguan. Banyak hal yang ingin dilakukan tapi masih merasa ragu. Padahal, keraguan adalah salah satu sifat yang tidak disukai Allah. Manusia harus bisa memantapkan hatinya dengan kerendahan diri. Dalam Al-Qur’an, manusia bisa melihat betapa bukti-bukti kuasa Allah itu sangat nyata di depan mata. Dengan demikian manusia tak perlu meragukan lagi hal apapun.
21. Kehidupan Dunia dan Akhirat yang Lebih Seimbang
Dalam Al-Qur’an terdapat berbagai petunjuk bagaimana menjalani kehidupan sebaik-baiknya. Manusia senantiasa mencari kebenaran. Dalam Al-Qur’anlah kebenaran itu berada. Didalamnya ada petunjuk bagaimana menjalani hidup dengan sabar dan selamat dunia juga akhirat. Manusia pun bisa hidup lebih baik lagi karena menemukan keseimbangan.
22. Sebagai Pelebur Dosa
Dosa adalah bagian yang pasti pernah dilakukan setiap manusia. Tak ada manusia yang bisa luput dari berbuat dosa. Baik dosa kecil ataupun besar sama saja berdosa. Untuk itu, Allah beri kesempatan bagi manusia untuk memohon ampunan dan bertaubat. Dengan Al-Qur’an, manusia dijaga dari mengulangi dosa kembali. Selain itu, juga mencegah manusia untuk berada di jalan yang salah.
23. Penghafal Al-Qur’an Dijauhkan dari Pikun
Dengan rajin menghafal, pikiran seorang penghafal sudah kuat karena terbiasa mengulang bacaan. Hal ini yang membuat kisah para penghafal tidak pernah terdengar pikun. Mereka senantiasa dijaga ingatannya dan selalu belajar setiap hari. Seorang yang menghafal Al-Qur’an berbeda dari penghafal biasa karena apa yang dihafalnya juga dibaca dalam bacaan sholat.
24. Dimudahkan dalam Berbicara
Bicara adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki seseorang. Dengan berbicara, seseorang mampu menggerakkan sekumpulan besar orang lainnya. Artinya, berbicara bisa menarik simpati banyak orang. Seorang yang menghafal Al-Qur’an akan lebih banyak yang menyukai dan seringkali diberi kepercayaan. Hal ini karena saat ia berbicara banyak orang yang mendengarkan. Ini juga merupakan kelebihan dari seseorang yang hafal AL-Qur’an yaitu mudah atau lancar dalam berbicara.
25. Mendapat Ketenangan Psikis
Zaman sekarang banyak sekali tuntutan hidup yang membuat hati sempit. Karena kesempitan ini membuat orang jadi punya banyak masalah. Masalah itu datangnya dari harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Seringkali manusia tak sanggup menghadapi kenyataan dan menjadi terguncang jiwanya.
Seorang penghafal Al-Qur’an tidak mengalami keguncangan jiwa karena masalah kehidupan seperti ini. Mereka lebih terlihat tenang saat menghadapi masalah duniawi. Hal ini karena mereka membaca dan mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an yang membuat mereka senantiasa yakin bahwa Allah itu Maha Melihat dan Mengetahui. Mereka pun tidak takut apa yang akan mereka hadapi karena Allah senantiasa melindungi Hamba-Nya.
26. Menjadi Hujjah dalam Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri) Saat Ini
Al-Qur’an berisi bukti yang nyata atas kuasa Allah baik di langit maupun di bumi. Tetap saja, ada manusia yang menentang kekuasaan Allah. Namun, seorang penghafal Al-Qur’an bisa melawan para penentang kekuasaan Allah tersebut.
Penghafal Al-Qur’an diberi ilmu lebih untuk membuktikan kebenaran. Hal ini juga kelebihan yang Allah berikan bagi para penghafal Al-Qur’an. Dengan memberikan ilmu yang dipelajarinya lewat Al-Qur’an, para penghafal ini mampu bertarung dalam peliknya perang pemikiran di masa sekarang yang semakin gencar.
27. Memberi Kesehatan Jasmani
Berdasarkan fakta penelitian oleh Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh menyatakan bahwa menghafal Al-Qur’an akan memberikan kesehatan jasmani. Kesehatan ini didapatkan dari keseimbangan pola kehidupan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kehidupan seperti jasmani, rohani, dan sosial akan selaras hasilnya dan menunjukkan nilai yang baik oleh orang yang menghafal Al-Qur’an. Semakin banyak hafalannya keseimbangan jiwa dan raganya semakin baik. Jasmani yang baik didapatkan dari dalam diri yang baik juga. Dengan demikian, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Nah, itulah beberapa manfaat dalam menghafal dan membaca Al-Qur’an bagi kita semua. Al-Qur’an memang memiliki sejuta manfaat dan diantaranya sudah disebutkan diatas. Manfaat tersebut bisa bertambah lagi sesuai orang yang merasakan manfaatnya.
Dari sekian banyak manfaat Al-Qur’an, tentu Anda ingin merasakannya. Tidak perlu lagu untuk memulai hafalan Al-Qur’an dari sekarang. Berapa pun usia Anda, kini sudah ada berbagai metode yang canggih untuk meningkatkan kemampuan hafalan Anda. Salah satunya adalah saling menguji hafalan dengan teman seusia.
Jika Anda memiliki anak yang masih berusia 3-12 tahun akan sangat bermanfaat sekali hafalan Al-Qur’an. Selain memberikan pahala untuk anak, pahala tersebut juga bisa diberikan untuk Anda. Prestasi anak pun bisa lebih meningkat dengan hafalan Al-Qur’an.
Anda bisa memulai dari diri sendiri dan menyebarkannya ke orang terdekat. Lalu, bersama-sama merasakan nikmat dan manfaat dari Al-Qur’an. Dengan berbagi, jadwal membaca dan menghafal Al-Qur’an pun lebih baik karena ada proses saling mengingatkan di dalamnya


Manfaat membaca Al Quran

Al-Qur’an merupakan Kallamullah terakhir yang diwahyukan Allah SWT kepada Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, dimana Al-qur’an merupakan penyempurna bagi kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan Rasul-Nya terdahulu seperti Taurat, Injil, Zabur, dan kitab-kitab lainnya. Sebagaimana dalam rukun iman yang ke 3 yaitu, beriman kepada kitab-kitab Allah, Al-qur’an yang di turunkan untuk umat Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, serta aturan hidup bagi manusia, di dalam kitab tersebut mengatur bagaimana hubungan makhluk dengan penciptanya seperti shalat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Selain itu, Al-Quran juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia yang lainnya, serta hubungan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT lainnya.

Oleh karena itulah maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mempelajari, memahami, serta mengamalkan Al- Qur’an, bahkan hal tersebut merupakan salah satu syarat utama bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. (baca juga: manfaat beriman kepada Allah SWT)

Allah SWT berfirman :

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ  لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang”.(QS. Al- Maidah ayat 48)

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ رضى الله عنه أَنَّهُ قَالَ: ” تَقَرَّبْ مَا اسْتَطَعْتَ، وَاعْلَمْ أَنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَى اللهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ

Artinya

“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi)

Akan tetapi banyak dari kita yang enggan untuk sekedar membaca dan mempelajari isi dari Al-qur’an dengan berbagai alasan, seperti karena malas, tidak ada waktu, atau juga karena beralasan bahasa Al-qur’an sulit dibaca dan dipahami.

Padahal sebenarnya membaca Al-Qur’an adalah sangat mudah, selain itu di dalamnya terkandung petunjuk-petunjuk dari Allah SWT tentang bagaimana hidup di dunia dan di akhirat. Di dalam Al-Qur’an juga terdapat pahala yang begitu besar serta dapat mendatangkan kebaikan.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari)

Banyak sekali keutamaan serta manfaat yang bisa kita ambil dari membaca kalamullah tersebut, diantaranya adalah :

Membaca Al-Qur’an dapat menuntun kita ke jalan yang kebenaran, kebaikan, dan keselamatan

Allah SWT berfirman :

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra ayat 9)

Membaca Al-Qur’an dapat melembutkan hati

Wuhaib rahimahullah pernah berkata :

نظرنا في هذه الأحاديث والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب ولا أشد استجلابًا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره

Artinya “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya.”

Membaca Al-Qur’an akan membuat hati menjadi tentram

Allah SWT berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar- Ra’d ayat 28)

Terlebih jika membaca Al-qur’an setelah menunaikan shalat, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnah. Yang dapat mendatangkan pahala bagi yang menjalankannya.

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda :

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya:

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah (masjid) Allah, mereka membaca Alqur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya.”(HR. Muslim)

Berbagai penelitian yang dilakukan oleh manusia pun menunjukkan bahwa bacaan Al-Qur’an dapat memberkan ketenangan jiwa serta penyembuhan dari berbagai jenis penyakit hingga 97%.

Di dalam karyanya yang berjudul Ta’lim al Muta’alim, Syaikh Ibrahim bin Ismail menyatakan bahwa “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alqur’an.”

Membaca Al-Qur’an, maka Allah akan melimpahkan rahmad dan penawar bagi segala penyakit

Allah SWT berfirman :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا

Artinya “Dan Kami turunkan dari Al Quran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al Quran itu) hanya akan menambah kerugian.” (QS. Al- Isra’ ayat 82)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus ayat 57)

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda “Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an.” (HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Mas’ud)

Dengan membaca Al-Qur’an Allah SWT akan memberikan pahala yang berlipat ganda

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Artinya:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan المsatu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

Artinya: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad)

أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ قُلْنَا نَعَمْ. قَالَ « فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ

Artinya:

“Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim)

Terlebih saat sedang bulan ramadhan, dan sedang menjalankan puasa ramadhan. Janganlan membaca Al-qur’an, amalan lainnya dalam bentuk kebaikan apapun akan di balas berkali-kali lipat oleh Allah SWT. Dan Al-qur’an juga turun pada di bulan ramdhan, saat malam lailatul qodar. Disinilah keutamaan malam lailatul qodarbagi umat muslim, sehingga selama bulan ramadhan selalu mengerjakan amalan-amalan baik termasuk membaca al-qur’an.

Membaca Al-Qur’an maka Allah akan menolong kita dari kerugian dan Allah akan menambahkan karunia-Nya

Firman Allah SWT :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُور

لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ ۚ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir ayat 29-30)

Membaca Al-Qur’an akan membawa syafa’at bagi kita di akhirat

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Artinya “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.” (HR. Muslim)

(baca juga: fungsi al-qur’an bagi umat manusia)

Allah SWT tidak akan menyesatkan mereka yang membaca Al-Qur’an

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنَ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلاَ يَشْقَى فِي الآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلاَ {فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى

Artinya “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”

Lalu beliaupun membaca :

فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى

Artinya “Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha ayat 123)

Membaca Al-Qur’an merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ

Artinya “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi)

(baca juga: keutamaan cinta kepada Rasulullah)

Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu pernah berkata :

تَقَرَّبْ مَا اسْتَطَعْتَ، وَاعْلَمْ أَنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَى اللهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ

Artinya “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi)

Membaca Al-Qur’an, maka para malaikat akan selalu bersamanya

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasannya Rosulullah Sholallahu Alaihi wassalam bersabda :

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

Artinya:

“Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala.” (HR. Muslim)

Membaca Al-Qur’an kita bisa mengetahui kisah-kisah dari para Nabi dan Rasul Allah SWT

نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Artinya “Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Qashash ayat 3)

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ  إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى

Artinya “Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(Surah Al-Kahfi ayat 13)

(baca juga: nama-nama nabi dan rasul)

Membaca Al-Qur’an kita bisa tahu apa-apa yang disukai dan apa-apa yang dilarang Allah SWT

Allah SWT berfirman :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ  فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ  أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Artinya:

“Mereka yang mengikuti Rasul, Nabi yang tidak dapat membaca atau menulis yang mereka temukan tertulis dengan mereka dalam Tawrah dan Injil, – ia memerintahkan mereka untuk berbuat baik;. Dan melarang mereka dari jahat, ia membuat halal mereka hal-hal yang baik, dan melarang mereka dari hal-hal yang jahat, ia melepaskan mereka dari beban berat mereka dan dari belenggu yang ada di atas mereka Jadi mereka yang beriman kepadanya, menghormatinya, menolongnya,. dan mengikuti cahaya yang telah dikirim turun dengan dia, merekalah yang akan berhasil.” (QS. Al- A’raf ayat 157)

Membaca Al-Qur’an kita bisa mengetahui apa-apa yang harus kita lakukan untuk kebutuhan kehidupan di akhirat kelak

فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

Artinya:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu kebahagiaan akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas ayat 77)

قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّهُ مِنْهَا  وَمَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَعُودَ فِيهَا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّنَا  وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا  عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا  رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِينَ

Artinya:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia.  Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An- Nahl ayat 89)

Membaca Al-Qur’an maka Allah SWT akan mengeluarkan kita dari kegelapan

Allah SWT berfirman :

الر  كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Artinya “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim ayat 1)

Mereka yang membaca Al-Qur’an diibaratkan seperti buah yang memiliki rasa dan bau yang enak

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :

مثَلُ المؤمنِ الَّذِي يقْرَأُ القرآنَ مثلُ الأُتْرُجَّةِ : ريحهَا طَيِّبٌ وطَعمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المؤمنِ الَّذي لا يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمثَلِ التَّمرةِ : لا رِيح لهَا وطعْمُهَا حلْوٌ ، ومثَلُ المُنَافِق الذي يَقْرَأُ القرْآنَ كَمثَلِ الرِّيحانَةِ : رِيحها طَيّبٌ وطَعْمُهَا مرُّ ، ومَثَلُ المُنَافِقِ الذي لا يَقْرَأُ القرآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَها رِيحٌ وَطَعمُهَا مُرٌّ

 Artinya:

“Perumpamaan orang mu’min yang suka membaca al-Quran ialah separti buah jeruk utrujah, baunya enak dan rasanya pun enak dan perumpamaan orang mu’min yang tidak suka membaca al-Quran ialah separti buah kurma, tidak ada baunya, tetapi rasanya manis. Adapun perumpamaan orang munafik yang suka membaca al-Quran ialah separti minyak harum, baunya enak sedang rasanya pahit dan perumpamaan orang munafik yang tidak suka membaca al-Quran ialah separti rumput hanzhalah, tidak ada baunya dan rasanyapun pahit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Membaca Al-Qur’an, Allah SWT akan menjadikan kita sebagai keluarganya

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalan bersabda:

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Membaca Al-Qur’an, maka Allah SWT akan menjaga kita

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Bacalah Al-Qur’an karena Allah tidak akan menyiksa hati orang yang menjaga Al-Qur’an. Al-Qur’an itu benteng Allah; siapa yang masuk ke dalamnya akan aman. Dan berilah kabar gembira kepada siapa saja yang mencintai Al-Qur’an.” “(HR. Ad-Darimi)

Membaca Al-Qur’an meskipun tidak meminta sesuatu dari Allah, maka Allah SWT akan memberikan sesuatu yang lebih baik daripada orang-orang yang meminta sesuatu kepada-Nya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah swt berfirman: ‘Barangsiapa yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an dan berdzikir kepada-Ku (sehingga lupa) tidak meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan yang lebih baik dari yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta”. Keutamaan kalam Allah dibandingkan dengan yang lainnya, laksana keutamaan Allah dibandingkan dengan yang lainnya, laksana keutamaan Allah dibandingkan dengan para makhluk-Nya.” (H.R Tirmidzi)

Dengan membaca Al-Qur’an maka Allah akan mengkaruniakan kepada orang tua kita mahkota yang berkilauan

Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda “Siapa yang mebaca al-Qur’an serta berusaha mengamalkannya, maka kelak di hari Kiamat kedua orangtuanya akan diberi mahkota yang bersinar lebih baik daripada sinar matahari di dunia. Bagaimana menurutmu orang yang mampu melaksanakan hal ini?” (H.R Abu Dawud)

Membaca Al- Qur’an kita akan tahu berbagai tanda-tanda kekuasaan Allah SWT

Allah SWT berfirman :

يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya:

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. An- Nahl ayat 11-15)

Dikutip dari: Dalamislam.com

Hukum mengqadha sholat

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ وَ تَلاَقَوْلَهُ تَعَالَى (وَأَقِمِ الصًّلاَةََ لِذِكْرِي) وَلِمُسْلِمٍ : مَنْ نَسِيَ صَلاَةً أَوْ تَسامَ عَنْهَا فَكَفَرَ تُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata. ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berrsabda, ‘Barangsiapa lupa shalat, hendaklah dia mengerjakannya ketika mengingatnya, tiada kafarat baginya kecuali yang demikian itu’. Lalu beliau membaca firman Allah. ‘Dan, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku'”. Dalam riwayat Muslim disebutkan. Barangsiapa lupa shalat atau tertidur sehingga tidak mengerjakannya, maka kafaratnya ialah mengerjakannya selagi mengingatnya”.

MAKNA HADITS
Shalat memiliki waktu tertentu dan terbatas, awal dan akhirnya, tidak boleh memajukan shalat sebelum waktunya dan juga tidak boleh mengakhirkan shalat hingga keluar dari waktunya.

Namun jika seseorang tertidur hingga tertinggal mengerjakannya atau dia lupa hingga keluar dari waktunya, maka dia tidak berdosa karena alasan itu. Dia harus langsung mengqadha’nya selagi sudah mengingatnya dan tidak boleh menundanya, karena kafarat pengakhiran ini ialah segera mengqadha’nya. Maka Allah berfirman.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

“Dan, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” [Thaha/20 : 14]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini ketika menyebutkan hukum ini, mengandung pengertian bahwa pelaksanaan qadha’ shalat itu ialah ketika sudah mengingatnya.

PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN ULAMA
Para ulama saling berbeda pendapat, apakah boleh menundanya ketika sudah mengingatnya ataukah harus langsung mengerjakannya .?

Jumhur ulama mewajibkan pelaksanaannya secara langsung. Mereka yang berpendapat seperti ini ialah tiga imam, Abu Hanifah, Malik, Ahmad dan para pengikut mereka. Sementara Asy-Syafi’i mensunatkan pelaksanaannya secara langsung dan boleh menundanya.

Asy-Syafi’i berhujjah bahwa ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat tertidur, mereka tidak melaksanakan qadha’ shalat di tempat mereka tidur. Tapi beliau memerintahkan agar mereka menghela hewan-hewan mereka ke tempat lain, lalu beliau shalat di tempat tersebut. Sekiranya qadha’ ini wajib dilaksanakan secara langsung seketika itu pula, tentunya mereka juga shalat di tempat mereka tertidur.

Adapun jumhur berhujjah dengan hadits dalam bab ini, yang langsung menyebutkan shalat secara langsung. Mereka menanggapi hujjah Asy-Syafi’i, bahwa makna langsung di sini bukan berarti tidak boleh menundanya barang sejenak, dengan tujuan untuk lebih menyempurnakan shalat dan memurnikannya. Boleh menunda dengan penundaan yang tidak seberapa lama untuk menunggu jama’ah atau memperbanyak orang yang berjama’ah atau lainnya.

Masalah ini dikupas tuntas oleh Ibnul Qayyim di dalam kitab ‘Ash-Shalat’ dan dia menegaskan pendapat yang menyatakan pembolehan penundaannya.

Mereka saling berbeda pendapat tentang orang yang meninggalkan secara sengaja hingga keluar waktunya, apakah dia harus mengqadha’nya ataukah tidak..?

Kami akan meringkas topik ini dari uraian Ibnul Qayyim di dalam kitab ‘Ash-Shalat’, karena uaraiannya di sana disampaikan secara panjang lebar.

Para ulama telah sepakat bahwa orang yang menunda shalat tanpa alasan hingga keluar dari waktunya, mendapat dosa yang besar. Namun empat imam sepakat mewajibkan qadha’ di samping dia mendapat hukuman, kecuali dia memohon ampun kepada Allah atas perbuatannya itu.

Ada segolongan ulama salaf dan khalaf yang menyatakan, siapa menunda shalat hingga keluar dari waktunya tanpa ada alasan, maka tidak ada lagi qadha’ atas dirinya sama sekali, bahwa qadha’nya tidak akan diterima, dan dia harus bertaubat dengan ‘taubatan nashuha’, harus memperbanyak istighfar dan shalat nafilah.

Orang-orang yang mewajibkan qadha’ berhujjah bahwa jika qadha’ ini diwajibkan atas orang yang lupa dan tertidur, yang keduanya di ma’afkan, maka kewajibannya atas orang yang tidak dima’afkan dan orang yang durhaka jauh lebih layak. Disamping itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat pernah shalat Ashar setelah masuk waktu Maghrib pada perang Khandaq. Sebagaimana yang diketahui, mereka tidak tertidur dan tidak lupa, meskipun sebagian di antara mereka benar-benar lupa, tapi toh tidak mereka semua lupa. Yang ikut mendukung kewajiban qadha’ ini ialah Abu Umar bin Abdul-Barr.

Adapun di antara orang-orang yang tidak mewajibkan qadha’ bagi orang yang sengaja menunda shalat ialah golongan Zhahiriyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Di dalam kitab Ash-Shalat, Ibnul Qayim menyebutkan berbagai macam dalil untuk menolak alasan yang tidak sependapat dengannya. Di antaranya ialah apa yang dapat di pahami dari hadits ini, bahwa sebagaimana yang dituturkan, kewajiban qadha’ ini tertuju kepada orang yang lupa dan tertidur. Berati yang lainnya tidak wajib. Perintah-perintah syari’at itu dapat dibagi menjadi dua macam : Tidak terbatas dan temporal seperti Jum’at hari Arafah. Ibadah-ibadah semacam ini tidak diterima kecuali dilaksanakan pada waktunya. Yang lainnya ialah shalat yang ditunda hingga keluar dari waktunya tanpa alasan.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Barangsiapa mendapatkan satu raka’at dari shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia telah mendapatkan shalat Ashar”, sekiranya shalat Ashar itu dikerjakan setelah Maghrib, justru lebih benar dan mutlak, tentu orangnya lebih mendapatkan shalat Ashar, baik dia mendapatkan satu raka’at atau kurang dari satu raka’at atau dia sama sekali tidak mendapatkan sedikitpun darinya. Orang-orang yang berperang juga diperintahkan shalat, meski dalam situasi yang genting dan rawan. Semua itu menunjukkan tekad pelaksanannya pada waktunya. Sekiranya di sana ada rukhsah, tentunya mereka akan menundanya, agar mereka dapat mengerjakannya lengkap degan syarat dan rukun-rukunnya, yang tidak mungkin dapat dipenuhi ketika perang sedang berkecamuk. Hal ini menunjukkan pelaksanaannya pada waktunya, di samping mengerjakan semua yang diwajibkan dalam shalat dan yang disyaratkan di dalamnya.

Tentang tidak diterimanya qadha’ orang yang menunda shalat hingga keluar dari waktunya, bukan berarti dia lebih ringan dari orang-orang yang diterima penundaannya. Mereka ini tidak berdosa. Kalaupun qadha’nya tidak diterima, hal itu dimaksudkan sebagai hukuman atas dirinya. Ibnul Qayyim menguaraikan panjang lebar masalah ini. Maka siapa yang hendak mengetahuinya lebih lanjut, silakan lihat kitabnya.

Uraian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang masalah ini disampaikan di dalam ‘Al-Ikhiyarat’. Dia berkata, “Orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, tidak disyari’atkan qadha’ bagi dirinya dan tidak sah qadha’nya. Tapi dia harus memperbanyak tathawu’. Ini juga merupakan pendapat segolongan orang-orang salaf seperti Abu Abdurrahman rekan Asy-Syafi’i, Daud dan para pengikutnya. Tidak ada satu dalil pun yang bertentangan dengan pendapat ini dan bahkan sejalan dengannya. Yang condong kepada pendapat ini ialah Syaikh Shiddiq hasan di dalam kitabnya, ‘Ar-Raudhatun Nadiyyah’.



Dikutip dari https://almanhaj.or.id

Amalan salam yang tertinggal

An Nawawi menyebutkan dalam Shohih Muslim Bab ‘Di antara kewajiban seorang muslim adalah menjawab salam’. Lalu dibawakanlah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».

“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim no. 2162)

Apakah hak-hak yang disebutkan di sini adalah wajib?


Ash Shon’ani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa inilah hak muslim pada muslim lainnya. Yang dimaksud dengan hak di sini adalah sesuatu yang tidak pantas untuk ditinggalkan. Hak-hak di sini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah mu’akkad (sunnah yang sangat ditekankan) yang sunnah ini sangat mirip dengan wajib.” (Subulus Salam, 7/7)

Hukum Memulai Mengucapkan dan Membalas Salam

Jika kita melihat dari hadits di atas, akan terlihat perintah untuk memulai mengucapkan salam ketika bertemu saudara muslim kita yang lain. Namun sebagaimana dinukil dari Ibnu ‘Abdil Barr dan selainnya, mereka mengatakan bahwa hukum memulai mengucapkan salam adalah sunnah, sedangkan hukum membalas salam adalah wajib. (Subulus Salam, 7/7)

Ucapkanlah Salam Kepada Orang yang Engkau Kenali dan Tidak Engkau Kenali

Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya Bab ‘Mengucapkan salam kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal’. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ »

“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236) 
Bahkan mengucapkan salam kepada orang yang dikenal saja, tidak mau mengucapkan salam kepada orang yang tidak dikenal merupakan tanda hari kiamat.

Bukhari mengeluarkan sebuah hadits dalam Adabul Mufrod dengan sanad yang shohih dari Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa dia melewati seseorang, lalu orang tersebut mengucapkan, “Assalamu ‘alaika, wahai Abu ‘Abdir Rahman.” Kemudian Ibnu Mas’ud membalas salam tadi, lalu dia berkata,

إِنَّهُ سَيَأْتِي عَلَى النَّاس زَمَان يَكُون السَّلَام فِيهِ لِلْمَعْرِفَةِ

“Nanti akan datang suatu masa, pada masa tersebut seseorang hanya akan mengucapkan salam pada orang yang dia kenali saja.”

Begitu juga dikeluarkan oleh Ath Thohawiy, Ath Thobroniy, Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab dengan bentuk yang lain dari Ibnu Mas’ud . Hadits ini sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (baca: hadits marfu’). Lafazh hadits tersebut adalah:

مِنْ أَشْرَاط السَّاعَة أَنْ يَمُرّ الرَّجُل بِالْمَسْجِدِ لَا يُصَلِّي فِيهِ ، وَأَنْ لَا يُسَلِّم إِلَّا عَلَى مَنْ يَعْرِفهُ 

“Di antara tanda-tanda (dekatnya) hari kiamat adalah seseorang melewati masjid yang tidak pernah dia shalat di sana, lalu dia hanya mengucapkan salam kepada orang yang dia kenali saja.” (Lihat Fathul Bari, 17/458)

Ibnu Hajar mengatakan, “Mengucapkan salam kepada orang yang tidak kenal merupakan tanda ikhlash dalam beramal kepada Allah Ta’ala, tanda tawadhu’ (rendah diri) dan menyebarkan salam merupakan syi’ar dari umat ini.” (Lihat Fathul Bari, 17/459)

Dan tidak tepat berdalil dengan hadits di atas untuk memulai mengucapkan salam pada orang kafir karena memulai salam hanya disyari’atkan bagi sesama muslim. Jika kita tahu bahwa orang tersebut muslim, maka hendaklah kita mengucapkan salam padanya. Atau mungkin dalam rangka hati-hati, kita  juga tidak terlarang memulai mengucapkan salam padanya sampai kita mengetahui bahwa dia itu kafir. (Lihat Fathul Bari, 17/459)

Mengucapkan Salam dapat Mencapai Kesempurnaan Iman

Dari ‘Amar bin Yasir, beliau mengatakan,

ثَلاَثٌ مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ الإِيمَانَ الإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبَذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ ، وَالإِنْفَاقُ مِنَ الإِقْتَارِ

“Tiga perkara yang apabila seseorang memiliki ketiga-tiganya, maka akan sempurna imannya: [1] bersikap adil pada diri sendiri, [2] mengucapkan salam pada setiap orang, dan [3] berinfak ketika kondisi pas-pasan. ” (Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq yaitu tanpa sanad. Syaikh Al Albani dalam Al Iman mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Ibnu Hajar mengatakan, “Memulai mengucapkan salam menunjukkan akhlaq yang mulia, tawadhu’ (rendah diri), tidak merendahkan orang lain, juga akan timbul kesatuan dan rasa cinta sesama muslim.” (Fathul Bari, 1/46)

Saling Mengucapkan Salam akan Menimbulkan Rasa Cinta

Mengucapkan salam merupakan sebab terwujudnya kesatuan hati dan rasa cinta di antara sesama muslim sebagaimana kenyataan yang kita temukan (Huquq Da’at Ilaihal Fithroh, 46).  Dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan pada kalian suatu amalan yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Siapa yang Seharusnya Mendahului Salam?

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِى ، وَالْمَاشِى عَلَى الْقَاعِدِ ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

“Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.” (HR. Bukhari no. 6233 dan Muslim no 2160)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

“Yang muda hendaklah memberi salam pada yang tua. Yang berjalan (lewat) hendaklah memberi salam kepada  orang yang duduk. Yang sedikit hendaklah memberi salam pada orang yang lebih banyak.” (HR. Bukhari no. 6231)

Ibnu Baththol mengatakan, “Dari Al Muhallab, disyari’atkannya orang yang muda mengucapkan salam pada yang tua karena kedudukan orang yang lebih tua yang lebih tinggi. Orang yang muda ini diperintahkan untuk menghormati dan tawadhu’ di hadapan orang yang lebih tua.” (Subulus Salam, 7/31)

Jika orang yang bertemu sama-sama memiliki sifat yang sama yaitu sama-sama muda, sama-sama berjalan, atau sama-sama berkendaraan dengan kendaraan yang jenisnya sama, maka di antara kedua pihak tersebut sama-sama diperintahkan untuk memulai mengucapkan salam. Yang mulai mengucapkan salam, itulah yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمَاشِيَانِ إِذَا اجْتَمَعَا فَأَيُّهُمَا بَدَأَ بِالسَّلاَمِ فَهُوَ أَفْضَلُ

“Dua orang yang berjalan, jika keduanya bertemu, maka yang lebih dulu memulai mengucapkan salam itulah yang lebih utama.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod dan Al Baihaqi dalam Sunannya. Syaikh Al Albani dalam Shohih Adabil Mufrod mengatakan bahwa hadits ini shohih) 
Namun jika orang yang seharusnya mengucapkan salam pertama kali tidak memulai mengucapkan salam, maka yang lain hendaklah memulai mengucapkan salam agar salam tersebut tidak ditinggalkan. Jadi ketika ini, hendaklah yang tua memberi salam pada yang muda, yang sedikit memberi salam pada yang banyak, dengan tujuan agar pahala mengucapkan salam ini tetap ada. (Huquq Da’at Ilaihal Fithroh, 47)

Jika yang Diberi Salam adalah Jama’ah

Jika yang diberi salam adalah jama’ah (banyak orang), maka hukum menjawab salam adalah fardhu kifayah jika yang lain telah menunaikannya. Jika jama’ah diberi salam, lalu hanya satu orang yang membalasnya, maka yang lain gugur kewajibannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُجْزِئُ عَنِ الْجَمَاعَةِ إِذَا مَرُّوا أَنْ يُسَلِّمَ أَحَدُهُمْ وَيُجْزِئُ عَنِ الْجُلُوسِ أَنْ يَرُدَّ أَحَدُهُمْ

“Sudah cukup bagi jama’ah (sekelompok orang), jika mereka lewat, maka salah seorang dari mereka memberi salam dan sudah cukup salah seorang dari sekelompok orang yang duduk membalas salam tersebut.” (HR. Abu Daud no. 5210. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Dan sebagaimana dijelaskan oleh Ash Shon’ani bahwa hukum jama’ah (orang yang jumlahnya banyak) untuk memulai salam adalah sunnah kifayah (jika satu sudah mengucapkan, maka yang lain gugur kewajibannya). Namun, jika suatu jama’ah diberi salam, maka membalasnya dihukumi fardhu kifayah. (Subulus Salam, 7/8)

Balaslah Salam dengan Yang Lebih Baik atau Minimal dengan Yang Semisal

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).” (QS. An Nisa’: 86)

Bentuk membalas salam di sini boleh dengan yang semisal atau yang lebih baik, dan tidak boleh lebih rendah dari ucapan salamnya tadi. Contohnya di sini adalah jika saudara kita memberi salam: Assalaamu ‘alaikum, maka minimal kita jawab: Wa’laikumus salam. Atau lebih lengkap lagi dan ini lebih baik, kita jawab dengan: Wa’alaikumus salam wa rahmatullah, atau kita tambahkan lagi: Wa’alaikumus salam wa rahmatullah wa barokatuh. Begitu pula jika kita diberi salam: Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah, maka minimal kita jawab: Wa’alaikumus salam wa rahmatullahi, atau jika ingin melengkapi, kita ucapkan: Wa’alaikumus salam wa rahmatullahi wa barokatuh. Ini di antara bentuknya.

Bentuk lainnya adalah jika kita diberi salam dengan suara yang jelas, maka hendaklah kita jawab dengan suara yang jelas, dan tidak boleh dibalas hanya dengan lirih.

Begitu juga jika saudara kita memberi salam dengan tersenyum dan menghadapkan wajahnya pada kita, maka hendaklah kita balas salam tersebut sambil tersenyum dan menghadapkan wajah padanya. Inilah di antara bentuk membalas. Hendaklah kita membalas salam minimal sama dengan salam pertama tadi, begitu juga dalam tata cara penyampaiannya. Namun, jika kita ingin lebih baik dan lebih mendapatkan keutamaan, maka hendaklah kita membalas salam tersebut dengan yang lebih baik, sebagaimana yang kami contohkan di atas. (Lihat penjelasan ini di Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin pada Bab ‘Al Mubadaroh ilal Khiyarot)

Peringatan

Hendaklah jika kita memberi salam (terutama melalui sms, email, surat, beri comment), janganlah ucapan salam tersebut  kita ringkas menjadi: Ass. atau Ass.wr.wb. atau yang lainnya. Bentuk semacam ini bukanlah salam. Salam seharusnya tidak disingkat. Seharusnya jika ingin mengirimkan pesan singkat, maka hendaklah kita tulis: Assalamu’alaikum. Itu lebih baik daripada jika kita tulis: Ass., tulisan yang terakhir ini tidak ada maknanya dan bukanlah salam. Salam adalah bentuk do’a yang sangat bagus dan baik, kenapa kita harus menyingkat-nyingkat [?] Kenapa tidak kita tulis lengkap, bukankah itu lebih baik dan lebih utama [?] Janganlah kita dikepung dengan sikap malas ketika ingin berbuat baik, ubahlah sikap semacam ini dengan menulis salam lebih lengkap.

Jika salam tersebut melalui tulisan, sms, email dan sebagainya, maka hendaklah kita yang membaca salam tersebut, juga membalasnya dengan ditulis secara lengkap dan jangan disingkat-singkat. 
Itulah peringatan dari kami. Kami ingatkan demikian karena salam adalah do’a yang sangat baik sekali. Para ulama menjelaskan bahwa As Salam itu termasuk nama Allah. Sehingga jika kita mengucapkan Assalamu’alaikum, maka ini berarti kita mendo’akan saudara kita agar dia selalu mendapat penjagaan dari Allah Ta’ala. Ada juga sebagian ulama mengartikan bahwa As Salam dengan keselamatan. Sehingga jika kita mengucapkan Assalamu’alaikum, maka ini berarti kita mendo’akan saudara kita agar dia mendapatkan keselamatan dalam masalah agama ataupun dunianya. Jadi makna salam yang terakhir ini berarti kita mendo’akan agar saudara kita mendapatkan keselamatan dari berbagai macam kerancuan dalam agama, selamat dari syahwat yang menggelora, juga agar diberi kesehatan, terhindar dari berbagai macam penyakit, dan bentuk keselamatan lainnya. Dengan demikian, salam adalah bentuk do’a yang sangat bagus sekali.

Dikutip dari : https://rumaysho.com