Senin, 04 Maret 2019

Memilih sekolah menurut islam

Tags

Memberikan pendidikan kepada anak adalah suatu kewajiban orang tua yang harus di laksanakan. Ini berdasarkan nash-nash secara umum dari Al Quran dan As Sunnah yang suci ataupun secara naluri insaniyah yang sudah seharusnya peduli akan hal tersebut. Namun perlu dingat bahwa memberi pendidikan untuk anak adalah bagaikan menorehkan tinta di atas lembaran kosong. Kalau kita menorehkannya dengan tinta berkualitas jelek, dengan asal-asalan, maka jangan harap akan mendapatkan hasil yang baik. Lain halnya jika kita menorehkannya dengan tinta emas dan dengan penuh kecermatan serta kehati-hatian, insya Allah kita akan mendapat hasil yang memuaskan.


Pada dasarnya pendidikan itu bermula dari rumah, yang mana dikenal dengan istilah Al Ummahaat madrasatul uula lil abnaa’. Yaitu para ibu adalah tempat pendidikan pertama untuk sang anak. Atau secara umum bahwa kedua orang tuanya merupakan sarana pendidikan pertama dan sangat menentukan bagi masa depan sang anak. Dalam hal ini terlebih dahulu dibutuhkan keshalihan kedua orang tua. Sebab keshalihan orang tua secara umum akan berpengaruh kepada anak-anaknya atau bahkan sampai anak cucunya. Kita bisa melihat kisah Khadir ketika beliau membangun kembali tembok bangunan yang hendak runtuh dengan tanpa meminta upah, sehingga Musa u menanyakan alasannya kenapa beliau tidak mengambil upah. Allah berfirman:

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang shalih, Maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu, dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.(Al Kahfi:82)

Ibnu Katsir berkata: “Ayat di atas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat berkat ketaatan dan syafaatnya kepada mereka, maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua orang tuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`ân dan as-Sunnah”.

Disamping itu Allah memerintahkan kepada setiap orang tua untuk senantiasa khawatir terhadap pendidikan dan masa depan anak-anaknya, agar nantinya anak-anaknya bisa menjadi orang yang bertakwa dengan senantiasa beramal shalih, beramar ma’ruf nahi mungkar dan rajin melakukan keta’atan lainnya, seperti dalam FirmanNya :

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya (mereka) meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”(An Nisa 9)

Said bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata: “Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orang tuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah, yang artinya : “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (At Thur: 21)

Seiring dengan bertambahnya usia dari anak-anak kita tentunya mereka membutuhkan sarana untuk mengembangkan wawasannya serta pengenalan lingkungan. Dengan demikian proses pendidikan berlanjut ke lembaga-lembaga pendidikan formal ataupun non formal. Ini menjadi tugas kita sebagai orang tua untuk mencari lembaga pendidikan atau sekolah yang baik untuk anak demi masa depan dunia dan akhiratnya. Meskipun sekolah itu sebenarnya hanya sarana dan tempat singgah anak untuk menempuh ke jenjang-jenjang berikutnya, namun tidak jarang sekolah bisa lebih mewarnai prilaku dan tabiat buruk bagi anak. Oleh karena itu misi kita adalah memilih sekolah bagi anak dengan menggunakan kurikulum yang seiring dengan Syariat Islam. Dengan demikian, pendidikan akan menitikberatkan kepada keberhasilan akhiratnya yang itu adalah keberhasilan dan kebahagiaan yang hakiki sebagaimana yang terkandung pada ayat-ayat di atas.

Kita sendiri memahami kalau setiap orang tua memiliki pertimbangan tersendiri untuk memilih pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Terbaik menurut mereka memang memiliki definisi yang berbeda. Ada yang terbaik karena progaramnya, biayanya, fasilitasnya, atau berbagai kriteria lain. Namun, terlepas dari pilihan tersebut, hendaklah setiap orang tua mempertimbangkan siapa yang akan memberikan pengajaran pada anaknya. Terutama dengan memperhatikan agama dan akhlaknya yang baik dari para pendidik. Sebab seorang pendidik yang baik diharapkan akan mampu mencetak karakter baik kepada murid-muridnya.

Sebuah wasiat yang sangat berharga dari salaf kita: “Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikharah kepada Allah untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberikan pemahaman. Jangan dia berguru pada orang yang sedikit sifat wara’nya atau agamanya, atau tidak memiliki akhlak yang bagus.”

Sangat disayangkan fenomena di sekitar kita banyak orang awam yang hanya bermodal kantong tebal kurang tepat dalam memilih lembaga pendidikan. Mereka hanya berorientasi pada keberhasilan di dunia. Sehingga mereka hanya memilih sekolah favorit yang ternama dan bergengsi walaupun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sekolah mahal yang tidak berkurikulum sesuai Syariat Islam hanya dipakai sebagai alat pengangkat prestise orangtua. Hanya sekadar alat untuk menunjukkan bahwa orangtua mampu menyekolahkan anak di sekolah pilihan orang kaya. Bila sudah begini, janganlah terlalu berharap memiliki anak yang shalih dan berhasil dunia dan akhiratnya.

Memang hidayah itu milik Allah, namun hidayah itu tidak datang dengan sendirinya. Melainkan dia harus dikejar yang tentunya melewati jalan yang telah Allah dan Rasulullah terangkan kepada kita, dan bukan justru melewati jalan yang semakin menjauhkan dari hidayah tersebut. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kita dan anak cucu kita, dan semoga kita semua dimudahkan untuk bisa mendidik anak cucu kita menjadi anak-anak yang shalih dan bertakwa serta beragama di atas Al-Quran dan As-Sunnah. Memilih sekolah yang berkurikulum sesuai dengan Syariat Islam adalah salah satu ikhtiar kita untuk mendapatkan semua itu. Dan Allah lah tempat meminta pertolongan.


EmoticonEmoticon