Selasa, 26 Februari 2019

Adab tidur sesuai sunnah

Islam merupakan agama yang paling lengkap, semua hal tentang kehidupan ini ada pedomannya untuk kita. Mulai dari kita masih belum lahir, sampai nantinya akan meninggalkan dunia. Dari bangun tidur, sampai kita merebahkan kembali badan di kasur. Semua sudah ada pedoman yang akan menjadikan hidup kita lebih berkualitas.

Pedoman yang ada dalam agama Islam adalah apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan  dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu hal yang dicontohkan dan jarang menjadi perhatian kita adalah cara tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Padahal, dengan tidur mengikuti apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu akan ada banyak hikmah yang akan kita dapatkan.

1. Cara Tidur Rasulullah

selo-aji.blogspot.co.id

Menurut penelitian yang dilakukan kepada 1000 orang, oleh Profesor Chris Idzikowski, direktur Sleep Assessment and Advisory Service, posisi tidur itu ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kesehatan seseorang.

Posisi tidur ini ternyata sudah diajarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 1400 tahun yang lalu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur dengan memiringkan tubuhnya ke kanan. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits al Barra bin Azib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila kamu hendak tidur maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk sholat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan tidur miring ke kanan, kita akan mendapatkan banyak manfaat, seperti mengurangi beban pada jantung, mengistirahatkan lambung, mengistirahatkan otak, meningkatkan waktu penyerapan zat gizi, merangsang buang air besar agar lancar, mengistirahatkan kaki bagian kiri, dan menjaga kesehatan paru-paru kita.

Orang juga membaca: 14 Manfaat Sholat Witir Malam Sebelum Tidur / Tata Cara

Selain ada contoh bahwa kita tidur dengan miring ke kanan, tapi ada juga larangan posisi tidur untuk dilakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci orang yang tidur dengan tengkurap. Seperti dalam sebuah hadits dari Ibnu Tikhfah Al Ghifari, dari Abu Dzarr, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di hadapanku dan ketika itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerak-gerakkanku dengan kaki beliau. Beliau pun bersabda, “Wahai Junaidib, tidur seperti itu seperti berbaringnya penduduk neraka.” (HR. Ibnu Majah)

2. Adab Tidur yang Diajarkan Rasulullah

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada beberapa adab yang dicontohkan kepada kita sebelum, saat, dan setelah tidur. Berikut ini ada beberapa adab yang mulai sekarang kita kita praktikkan.

Kita diberi contoh tidur dalam keadaan berwudhu, seperti yang ada dalam sebuah hadits dari Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kita juga dianjurkan untuk tidur dengan miring atau berbaring pada sisi kanan tubuh.

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

Dan ada yang adab lain yang saat ini jarang ada orang yang menjalankan, sebisa mungkin kita tidur di awal malam jika tidak ada kepentingan atau kesibukan. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

3. Bacaan Apa Saja Sebelum Tidur?

Sebelum tidur, ada juga Adab yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa bacaan-bacaan sebelum tidur.

Sebelum tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Ketiga surat tersebut dibaca masing-masing satu kali, setelah itu usap kedua tangan ke wajah dan bagian tubuh yang dapat kita jangkau.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)

Sebelum tidur, kita juga diajarkan untuk membaca ayat kursi.

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Adab yang lain adalah kita membaca doa sebelum tidur, dari Hudzaifah , ia berkata,

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

4. Sunnah Sholat Witir Sebelum Tidur

jalansurga.com

Shalat witir biasa dilakukan saat akhir malam setelah kita mejalankan shalat tahajud. Tapi, ada dua kondisi, kita disunnahkan melakukan witir di awal malam atau sebelum tidur, seperti yang dikatakan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.

Kondisi pertama adalah ketika kita khawatir tidak dapat bangun di akhir malam. Kedua, saat kita melaksanakan shalat tarawih yang ditutup dengan witir.

Baca juga: 14 Manfaat Puasa Sunnah Serta Keutamaan yang Terabaikan

Seperti yang ada di dalam sebuah hadits dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang khawatir tidak bangun pada akhir malam, maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada awal malam. Dan barangsiapa yang bersikeras untuk bangun pada akhir malam, maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada akhir malam, karena shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat), dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim dalam kitab Shalaatil Musaafiriin, No 755)

5. Mematikan Lampu Ketika Tidur

detoxyourbody.co

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah biarkan api di rumah kalian (menyala) ketika kalian sedang tidur.” (HR. Bukhari no. 6293 dan Muslim no. 2015)

Selain itu ada juga hadits dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Ada sebuah rumah di Madinah terbakar mengenai penghuninya pada waktu malam. Kejadian tersebut lantas diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Api ini adalah musuh kalian. Apabila kalian tidur, padamkanlah api.” (HR. Bukhari no. 6293 dan Muslim no. 2016).

Kedua hadits tersebut memerintahkan kepada kita untuk memadamkan api ketika hendak tidur. Kemudian, di zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, dimaknai sebagai memadamkan lampu ketika tidur.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan bahwa api adalah musuh dari manusia seperti yang ada pada hadits di atas. Jika lentera yang nyalanya dari api dibiarkan menyala saat kita tidur, lalu saat itu datang seekor tikus, maka tikus itu bisa menajiskan minyak lentera, bahkan tikus itu bisa menyalakan api yang bisa membakar seperti di masa lampau.

Untuk zaman yang sudah semakin berkembang seperti sekarang ini, penerangan sudah menggunakan listrik, bukan lagi api. Ketika seseorang tidur dan lampu listrik menyala, tentu tidak masalah. Karena yang menjadi sebab larangan adalah membiarkan api menyala, hal tersebut tidak didapati pada lampu listrik seperti sekarang. (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 6: 390)

Tetapi ada pendapat lain dari Al-Imam Yahya bin Syarof An-Nawawi, beliau mengatakan,

“Hal ini berlaku secara umum termasuk api lentera dan yang selainnya. Adapun lampu-lampu yang tergantung di masjid-masjid, jika dikhawatirkan terjadi kebakaran disebabkannya, maka termasuk yang diperintahkan untuk dimatikan. Jika dirasa aman darinya –dan ini adalah kebanyakannya–, maka hal ini tidak apa-apa karena sebabnya sudah hilang. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sebab dari perintah mematikan api, yaitu tikus-tikus itu dapat membakar rumah-rumah dengannya.”

Tetapi, tidur tentu akan lebih sehat jika kita mematikan lampu, sebab ada berbagai macam penelitian yang menyebutkan hal tersebut.

Ketika kita tidur dengan mematikan lampu, maka tubuh akan menghasilkan hormon melatonin yang akan meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, tidur akan menjadi lebih cepat terlelap, dapat mengurangi lemak dan menghindakan kita dari risiko obesitas, kinerja otak juga akan meningkat, serta mengurangi global warming.

6. Menutup Aurat

Adab lain ketika tidur adalah menutup aurat, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Janganlah salah seorang di antara kalian tidur telentang kemudian meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma)

Hadits di atas, menurut para ulama adalah larangan tentang mengangkat atau meletakkan salah satu kaki di atas kaki lainnya, maksudnya adalah jika dalam keadaan terlihat auratnya atau sebagaimananya. Tetapi jika tidak terbuka auratnya, maka tidak termasuk larangan ini.

7. Do’a Jika Terbangun di Tengah Malam

menatahidup.com

Jika kita terbangun saat tidur di malam hari, hendaklah membaca doa yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah*‘  kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan do’a, hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu mendirikan shalat, shalatnya tersebut akan diterima (di sisi Allah).” (Hadits shahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 1:149)

Arti dari do’a yang dibaca tersebut adalah,

*“Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; segala puji hanya bagi Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Mahabesar Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”

8. Jika Mimpi Buruk Saat Tidur

Ketika mengalami mimpi buruk, ada beberapa hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Meludah ke kiri 3 kali.Memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari setan sebanyak 3 kali, dengan membacaA’udzu billahi minas-syaithanir-rajiim” atau bacaan ta’awudz lainnyaMemohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi yang kita alami.Atau sebaiknya kita bangun lalu melaksanakan Shalat.Mengubah posisi tidur dari posisi semula kita tidur, jika ingin melanjutkan tidurnya, walaupun kita harus memutar kesebelah kiri, hal ini sesuai zahir hadis.Tidak boleh menafsir mimpi tersebut baik menafsir sendiri atau dengan meminta bantuan orang lain.

“Jika kalian mengalami mimpi yang dibenci (mimpi buruk) hendaklah meludah kesebelah kiri tiga kali, dan memohon perlindungan dari Allah dari godaan setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

“Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Muslim)

9. Do’a dan Cuci Tangan Saat Bangun

Saat bangun tidur, sebagai mana ketika akan tidur, maka diajarkan kepada kita untuk berdoa.

“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” [artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan]. (HR. Bukhari no. 6325)

Selain berdoa, kita juga disunnahkan untuk mencuci tangan, karena selam tidur, kita tidak tahu ke mana tangan kita. Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il At Taimiy (dalam penjelasan beliau terhadap shohih Muslim) mengatakan,

“Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kandungan surat Al Isra

Surat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa’ yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa’ Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa’ pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.
Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa’ dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

Pokok-pokok isinya:

Keimanan:
Allah tidak mempunyai anak baik berupa manusia ataupun malaikat; Allah pasti memberi rezki kepada manusia; Allah mempunyai nama-nama yang paling baik; Al Quran adalah wahyu dan Allah yang memberikan petunjuk, penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; adanya padang Mahsyar dan hari berbangkit.

Hukum-hukum:
Larangan-larangan Allah tentang: menghilangkan jiwa manusia; berzina, mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dibenarkan agama; ikut-ikutan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan dan durhaka kepada ibu bapa. Perintah Allah tentang: memenuhi janji dan menyempurnakan timbangan dan takaran, melakukan shalat lima waktu dalam waktunya.

Kisah-kisah:
Kisah Israa’ Nabi Muhammad s.a.w., beberapa kisah tentang Bani Israil.

Dan lain-lain:
Pertanggungan jawab manusia masing-masing terhadap amal perbuatannya; beberapa faktor yang menyebabkan kebangunan dan kehancuran suatu umat; petunjuk-petunjuk tentang pergaulan dengan orang tua, tetangga dan masyarakat; manusia makhluk Allah s.w.t. yang mulia, dalam pada itu manusia mempunyai pula sifat-sifat yang tidak baik seperti suka ingkar, putus asa dan terburu-buru; dan persoalan roh.

Banyak ayat-ayat dalam surat ini mengemukakan bahwa Al Quran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. benar-benar wahyu Allah, dan bahwa manusia itu pasti mengalami hari berbangkit. Dalam surat ini dikemukakan pula dalil-dalil kekuasaan dan ke-esaan Allah s.w.t. serta hukum-hukum yang diturunkan-Nya yang wajib diperhatikan dan dikerjakan oleh manusia.

HUBUNGAN SURAT AL ISRAA’ DENGAN SURAT AL KAHFI

Surat Al Israa’ dimulai dengan tasbih (membaca subhanallah) pada Allah sedang surat Al Kahfi dibuka dengan tahmid (membaca alhamdulillah) kepada-Nya. Tasbih dan tahmid adalah dua kata yang acapkali bergandengan dalam firman-firman Allah.

Persamaan antara penutup surat Al Israa’ dengan pembukaan surat Al Kahfi yaitu sama-sama dengan tahmid kepada Allah.

Menurut riwayat, ada tiga buah pertanyaan yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi dengan perantaraan orang-orang musyrikin kepada Nabi Muhammad s.a.w. yakni masalah roh, cerita Ashabul Kahfi dan kisah Zulqarnain. Masalah roh itu dijawab dalam surat Al Israa’, dan dua masalah lainnya pada surat Al Kahfi.

Dalam surat Al Israa’ ayat 85 Allah berfirman: Dan tidaklah kamu diberi ilmu hanyalah sedikit Firman ini ditujukan kepada sebagian orang-orang Yahudi yang merasa sombong dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, sebab bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit. Dalam surat Al-Kahfi Allah menceritakan tentang Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidhr a.s. yang belum pernah diketahui oleh orang-orang Yahudi.

Kandungan surat AN Nahl

Surat ini terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surat ini dinamakan An Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah s.w.t. ayat 68 yang artinya : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah." Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al Quranul Karim. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia (lihat ayat 69). Sedang Al Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Lihat surat (10) Yunus ayat 57 dan surat (17) Al Isra' ayat 82). Surat ini dinamakan pula "An Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan pelbagai macam nikmat untuk hamba-hamba-Nya.

Pokok-pokok isinya :

1. Keimanan:

Kepastian adanya hari kiamat; keesaan Allah; kekuasaan-Nya dan kesempurnaan ilmu-Nya serta dalil-dalilnya; pertanggungan jawab manusia kepada Allah terhadap segala apa yang telah dikerjakannya.

2. Hukum-hukum:
Beberapa hukum tentang makanan dan minuman yang diharamkan dan yang dihalalkan; kebolehan memakai perhiasan-perhiasan yang berasal dari dalam laut seperti merjan dan mutiara; dibolehkan memakan makanan yang diharamkan dalam keadaan terpaksa; kulit dan bulu binatang dari hewan yang halal dimakan; kewajiban memenuhi perjanjian dan larangan mempermainkan sumpah; larangan membuat-buat hukum yang tak ada dasarnya; perintah membaca isti'aadzah (a'uudzubillahi minasyaithaanirrajiim = aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk); larangan membalas siksa melebihi siksaan yang diterima.

3. Kisah-kisah:
Nabi Ibrahim a.s.

4. Lain-lain:
Asal kejadian manusia; madu adalah untuk kesehatan manusia; nasib pemimpin-pemimpin palsu di hari kiamat; pandangan orang Arab zaman Jahiliyah terhadap anak perempuan; ajaran moral di dalam Islam; pedoman da'wah dalam Islam.




Surat An Nahl mengandung keterangan tentang sifat-sifat orang musyrikin, dan tingkah laku mereka, serta tantangan mereka terhadap kebenaran hari kiamat dan kerasulan Muhammad s.a.w., kemudian Allah s.w.t. menyebutkan peringatan-peringatan-Nya kepada mereka dan azab yang mereka alami sebagai akibat dari sifat perbuatan mereka itu. Dalam surat ini, Allah menunjukkan bukti-bukti ke Esaan-Nya seraya memaparkan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dan surat ini memuat juga hukum-hukum dan ajaran-ajaran tentang akhlak.

HUBUNGAN SURAT AN NAHL DENGAN SURAT AL ISRAA'

1. Dalam surat An Nahl ini, Allah menyebutkan perselisihan orang-orang Yahudi tentang hari Sabtu, kemudian di surat Al Israa' dijelaskan syariat orang Yahudi yang ditetapkan bagi mereka di dalam Taurat.

2. Sesudah Allah s.w.t. menganjurkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. agar bersabar dan melarang beliau agar jangan berduka cita atau berkecil hati disebabkan tipu daya orang-orang musyrikin, maka di surat Al Israa' Allah menerangkan kemuliaan Nabi Muhammad s.a.w. serta martabatnya yang tinggi di hadapan Allah s.w.t.

3. Dalam surat An Nahl ini Allah menerangkan bermacam-macam nikmat-Nya, disamping itu Allah menerangkan, bahwa kebanyakan manusia tidak mensyukuri nikmat itu, kemudian dalam surat Al Israa' disebut lagi nikmat-nikmat yang lebih besar yang diberikan kepada Bani Israil yang mereka tidak mensyukurinya, malah mereka berbuat kerusakan di muka bumi.

4. Dalam surat An Nahl Allah mengatakan, bahwa air madu yang ke luar dari lebah merupakan minuman yang mengandung obat bagi manusia, maka dalam surat Al Israa' diterangkan bahwa Al Quran pun mengandung juga obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Akhlak dalam islam

Sangat penting memiliki akhlak baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia. Di mana pun berada, apa pun pekerjaan, kita akan di senangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama.

 Pengertian Sikap Terpuji.

Akhlak terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan atau perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran Islam dan norma aturan yang berlaku.Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik, diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama. (AQIDAH AKHLAQ Ahmad Abid Al-Arif )Akhlak terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan akhlak terpuji adalah sikap atau perbuatan seorang muslim baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang tidak melanggar dari apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW dan ajaran-ajaran islam.

Contoh-Contoh Sikap Terpuji

1. Amanah (dapat dipercaya)
Amanah merupakan salah satu sifat terpuji yang di miliki oleh rasulullah SAW yang harus di contoh oleh kita selaku umatnya. Sifat dapat dipercaya artinya menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya tanpa di lebih-lebihkan atau di kurangi.

2. Shidiq (benar)
Shidiq juga merupakan salah satu sifat terpuji yang dimiliki Rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Seorang muslim harus bersikap jujur dalam setiap ucapan atau perbuatan, karena kejujuran merupakan salah satu kunci dari kesuksesan.

3. Adil
Adil adalah memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa pilih sasih atau membeda-bedakan.(Prof.DR. Ahmad Tafsir)

Sebagai muslim yang bijak, apabila ia mempunyai posisi sebagai pemimpin, maka hendaklah ia bersikap adil dan harus berupaya sekuat tenaga untuk selalu menegakkan keadilan.

4. Memaafkan
Kita sebagai seorang muslim harus menyadari bahwa siapa pun sebagai manusia pasti mengalami kesalahan dan kekhilafan. Untuk itu, dalam menjalani kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu memiliki jiwa yang lapang dan berhati besar sehingga mudah memaafkan kesalahan-kesalahan yang di perbuat oleh orang lain.

5.Tolong-Menolong
Tiada ada manusia yang dapat hidup berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan orang lain walaupun setinggi apapun jabatan yang dimilikinya dan sekaya apapun harta yang dipunyainya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karena itu islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar saling tolong-menolong dengan sesama, baik berupa materi, tenaga atau pikiran.

6.Kerja Keras
Di dunia ini tidak ada kesuksesan tanpa adanya usaha, tidak ada yang bersifat bim salabim, hanya dengan membalikan telapak tangan, melaikan semuanya harus melalui proses sebab akibat dan itu merupakan sunnatullah. Kesuksesan dapat diraih dengan cara berusaha dan bekerja keras. Karna sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang mau bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amal kebaikan.

7.Islah
Yang dimaksud islakh di sini adalah usaha mendamaikan antara dua orang atau lebih yang bertengkar atau bermusuhan, atau mendamaikan dari hal-hal yang dapat menimbulkan peperangan dan permusuhan.

Islam diturunkan oleh Allah sebagai rahmat (kedamaian) bagi seluruh alam. Untuk itu siapa pun insan yang mengaku sebagai muslim harus selalu berusaha memancarkan rahmat, yang di antaranya dapat berupa mendamaikan seorang manusia yang sedang bertikai atau bermusuhan. karena dengan perdamaian itu akan lahir kesadaran. Dengan kesadaran ia akan mengakui segala kekhilafan dan kealpaan.

8.Silaturrahim
Istilah silaturrahim tersusun dari kata sillah (menyambung) dan rahimi (tali persaudaraan). Adapun maksudnya adalah usaha untuk menyambung, mengikat, dan menjalin kasih sayang atau tali persaudaraan antara sesama manusia, terutama dangan sanak keluarga (kerabat). Manusia pertama di alam semeata ini adalah Nabi Adam As dan Siti Hawa. Untuk itu semua manusia di muka bumi ini pada hakekatnya adalah saudara. Maka dari itu kita sebagai umat islam, marilah kita jalin silaturrahim agar terciptanya tali persaudaraan antar sesama muslim.

2.SIKAP TERCELA (AKHLAQUL MADZMUMAH)

Pengertian sikap tercela

Sikap Tercela atau Akhlaqul Madzmumah dapat juga disebut dangan istilah akhlaqus sayyi’ah, artinya sikap dan prilaku yang dilarang oleh allah SWT atau tidak sesuai dangan syari’at yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Untuk itu sikap dan prilaku semacam ini harus di tinggalkan oleh siapa pun yang ingin menjadi umat Nabi Muhammad SAW.
Perilaku tercela adalah suatu perbuatan yang hukumnya haram bagi yang melakukan perbuatan itu (perbuatan tercela) karena dapat merusak hubunganya dengan Rabbinya maupun sesama manusia.

Perbuatan semacam ini, semestinya kita selaku ummat Nabi Muhammad SAW tidak melakukanya karena prilaku ini tidak pernah di contohkan Rasulullah SAW sebagai Nabi kita dan sekalian sebagai tauladan dalam hidup kita.

Jadi, yang dimaksud dangan prilaku tercela itu adalah sikap dan perbuatan seorang muslim yang tidak sesuai dengan norma-norma dalam ajaran islam, baik dari segi ucapan atau perbuatannya.

Contoh-contoh sikap tercela


Di dalam kehidupan ini banyak sekali kita menjumpai perilaku tercela yang dapat merusak akhlak dan kepribadian diri seseorang dan juga merugikan orang lain, diantaranya:

1.Ghibah
Ghibah menurut bahasa artinya umpat atau pergunjingan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan ghibah adalah menyebut atau memperkatakan perihal seseorang ketika seseorang itu tidak hadir dan ia tidak menyukai atau membencinya, seandainya perkataan tersebut sampai kepadanya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)

2.Riya
Riya secara bahasa artinya menampakan atau memperlihatkan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan riya adalah menampakan atau memperlihatkan amal perbuatan supaya mendapatkan pujian dari orang lain. Riya ini dapat disebut syirik ashghar (syirik kecil), karena menunjukkan atau mencari sesuatu bukan kepada Allah SWT.

3. Ujub
Yang dimaksud dengan ujub adalah perasan bangga yang berlebih-lebihan atas segala kemampuan dan kekayaan yang dimilikinya serta merasa bahwa semua itu semata-mata prestasi dari hasil kerja keras yang telah dilakukannya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)

4.Takabur
Takabur secara bahasa artinya membesarkan diri atau menganggap dirinya lebih dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan takabur adalah suatu sikap mental yang menganggap rendah orang lain sementara ia menganggap tinggi dan mulia terhadap dirinya sendiri. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)

5. Namimah
Menurut bahasa namimah artinya adu domba. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan namimah adalah memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Namimah dilarang karena akan merusak hubungan persaudaraan. Kalau terjadi putusnya hubungan persaudaraan, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif, baik yang langsung maupun tidak langsung terhadap sesama manusia lainnya. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam)

6.Tamak

Tamak menurut bahasa artinya berlebih-lebihan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan thama’ adalah suatu sikap untuk memiliki hal-hal yang bersifat duniawi secara berlebih-lebihan.

Hidup di dunia ini hanya sementera, tidak ada yang abadi, artinya semua yang ada di dunia ini pasti akan musnah, termasuk harta yang kita miliki. Akhirat adalah tempat kehidupan yang abadi, artinya tidak ada lagi kehidupan setelah akhirat. Maka dari itu janganlah kita terlalu berlebih-lebihan dalam mencari harta atau terlalu mementingkan kehidupan duniawi, tetapi kita harus memperbanyak bekal untuk menuju kehidupan di akhirat dengan cera beribadah dan beramal shaleh. Untuk itu setiap manusia harus mampu bersikap sederhana dalam hal-hal yang bersifat duniawi agar tidak terjebak kedalam kebinasaan dan kerugian di akhirat kelak.

7. Mubadzir
Yang dimaksud mubadzir disini adalah sikap mempergunakan sesuatu secara berlebih-lebihan dengan tidak mempertimbangkan kadar kecukupan sehingga menimbulkan kesia-siaan.

Di dalam islam sikap mubadzir dilarang karena mengandung unsur sia-sia terhadap suatu nikmat yang diberikan Allah SWT. Semua nikmat yang telah diberikan Allah SWT kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka untuk itu segala kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita, harus di syukuri dan dipergunakan secara efektif dan efisien.

8. Su’udzhon
Su’udzhon artinya berburuk sangka. Sikap buruk sangka ini sangat di larang dalam islam dan harus di jauhi, karna akan merusak hati dan kepribadian seorang muslim dalam kehidupan bermasyarakat.

9.Bakhil
Secara bahasa bakhil diartikan kikir. Sedangkan menurut istilah bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan mengeluarkan harta atau lainnya kepada orang lain yang membutuhkannya, sementara dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti ia egois, hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak memiliki kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap orang lain. (Ridwan Asy-syirbaani: Membentuk Pribadi Lebih Islam).

3.PENTINGNYA KEJUJURAN

Dari contoh-contoh akhlak terpuji yang disebutkan diatas, penulis akan membahas salah satu di antaranya yaitu tentang pentingnya kejujuran.

Jujur merupakan salah satu sikap yang dimiliki oleh Rasulullah SAW yang disebut dengan Shidiq (benar). Dalam prilaku kehidupan sehari-hari shidiq dapat diartikan jujur. Jujur yang dimaksud di sini adalah jujur dalam arti menyeluruh, maksudnya bukan hanya dalam ucapan tetapi juga meliputi jujur dalam setiap tindakan.

Jujur didefinisikan sederhananya adalah murni, apa adanya. Bersikap apa adanya artinya tidak dibuat-buat. Berkata jujur artinya mengatakan sesuatu tidak dilebih-lebihkan juga tidak di kurangi.

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا (متفق عليه)

Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda: “sesungguhnya shidq (kejujuran) itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. (Muttafaqun ‘Alaih).

Hadits di atas menunjukkan agungnya perkara kejujuran di mana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke surga serta menunjukkan akan besarnya keburukan dusta di mana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.

Yang dimaksud jujur adalah kebenaran, yaitu sesuainya antara perkataan dan kenyataan atau I’tiqad yang ada di dalam hati. Perilaku jujur tidak hanya diwujudkan dalam ucapan tapi juga dalam hatinya dan juga dalam setiap tingkah laku dan perbuatan kita. Bahkan untuk hal yang sekecil apapun dari setiap aspek kehidupan, kita diminta untuk berlaku jujur. Kebenaran perkataan akan membawa dampak kebenaran perbuatan dan kebaikan dalam seluruh tindakan.

Jika seseorang selalu berkata dan berbuat yang benar, maka cahaya kebenaran itu akan memancarkan ke dalam lubuk hati dan pikirannya. Kejujuran ialah ketenangan hati, artinya orang yang berkata jujur dalam hidupnya akan selalu merasa tenang, karena ia sudah menyampaikan apa yang sesuai dengan realita dan ia tidak akan merasa ragu, karena ia yakin bahwa semua apa yang dilakukannya benar.

Kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.

Lawan dari kata jujur adalah bohong atau dusta. Tidak sedikit orang yang menganggap sepele akan bahayanya dusta. Banyak orang yang melakukan dusta dan berpura-pura sewaktu mereka bergurau dan berkelakar, padahal dengan kebiasaan itu lama-kelamaan akan menjadi terbiasa hingga akan membudaya. Oleh karena itu sebaiknya kita usahakan untuk menghindarkan dan menjauhi sikap berdusta, sebab hal itu merupakan penyakit yang sangat membahayakan pribadi kita dan orang lain akan menilai kita sebagai orang yang tidak jujur. Padahal untuk menjadi orang jujur itu sendiri amatlah berat kalau tidak dilatih secara tekun. Hingga bung Hatta pernah berkata ”Kurang cerdas dapat di perbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman. Tetapi kurang jujur payah untuk memperbaikinya.” Sekali engkau berdusta dan diketahui orang lain,” kata Aristoteles, “maka orang tidak akan percaya lagi kepadamu di waktu engkau berkata benar.”

Akan tetapi dalam kenyatanyaan banyak orang yang tidak bisa berbuat jujur, baik dari segi ucapan ataupun perbuatannya. Contohnya perbuatan korupsi dan kebiasaan mencontek.

Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatannya guna meraih keuntungan pribadi dan merugikan kepentingan umum. Di indonesia korupsi merupakan permasalahan besar yang sampai saat ini belum bisa di tuntaskan, karena sudah membudaya dan mendarah daging. Korupsi itu merupakan perbutan tidak jujur karna di dalamnya banyak terdapat bebohongan-kebohongan publik dan merugikan negara.

Begitu juga dengan kebisaan mencontek yang dilakukan seorang pelajar pada saat ujian. Mencontek merupakan perbuatan tidak jujur dan tidak percaya diri terhap kemampuan dirinya. Perbuatan mencontek akan berdampakpada buruk pada generasi bangsa ini karna hanya mengandalkan kemampuan orang lain, sementara dirinya tidak mau berusaha untuk meningkatkan kemampuannya sendiri. Apabila kebiasa mencontek ini tidak diatasi dari sekarang, maka kedepannya generasi bangsa ini akan bodoh dan terbelakang.

Itulah bagaiman pentingnya berprilaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat dan negara , karena maju dan mundurnya suatu negara tergantung pada generasi-generasi penerusnya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa marilah kita biasakan berprilaku jujur baik dalam ucapan ataupun perbuatan kita, karena kejujuran akan membawa kita kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Pemimpin ideal menurut Islam

Berbicara masalah pemimpin ideal menurut Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap orang, termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)

Sebagai pemimpin teladan yang menjadi model ideal pemimpin, Rasulullah dikaruniai empat sifat utama, yaitu: Sidiq, Amanah, Tablig dan Fathonah. Sidiq berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah berarti dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, Tablig berarti menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya dan fathonah berarti cerdas dalam mengelola masyarakat.

1. Sidiq/Jujur

Kejujuran adalah lawan dari dusta dan iamemiliki arti kecocokan sesuatusebagaimana dengan fakta. Di antaranya yaitu kata “rajulun shaduq (sangatjujur)”, yang lebih mendalammaknanya daripada shadiq (jujur).Al-mushaddiqyakni orang yang membenarkan setiapucapanmu, sedang ash-shiddiq ialah orangyang terus menerus membenar-kan ucapan orang, danbisa juga orang yang selalumembuktikan ucapannya denganperbuatan.Di dalam al-Qur’an disebutkan (tentangibu Nabi Isa), “Dan ibunya adalah seorang”shiddiqah.” (Al-Maidah: 75).Maksudnya ialah orang yang selalu berbuat jujur.

Kejujuran merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin. Masyarakat akan menaruh respek kepada pemimpin apabila dia diketahui dan juga terbukti memiliki kwalitas kejujuran yang tinggi. Pemimpin yang memiliki prinsip kejujuran akan menjadi tumpuan harapan para pengikutnya. Mereka sangat sadar bahwa kualitas kepemimpinannya ditentukan seberapa jauh dirinya memperoleh kepercayaan dari pengikutnya.[1]Seorang pemimpin yang sidiq atau bahasa lainnyahonest akan mudah diterima di hati masyarakat, sebaliknya pemimpin yang tidak jujur atau khianat akan dibenci oleh rakyatnya. Kejujuran seorang pemimpin dinilai dari perkaataan dan sikapnya. Sikap pemimpin yang jujur adalah manifestasi dari perkaatannya, dan perkatannya merupakan cerminan dari hatinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disifati dengan ash-shadiqul amin (jujur dan terpercaya) , dan sifat ini telah diketahui oleh orang Quraisy sebelum beliau diutus menjadi rasul. Demikian pula Nabi Yusuf ’alaihis salam juga disifati dengannya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru), “Yusuf, hai orang yang
amat dipercaya.” (QS.Yusuf: 46)

Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga mendapatkan julukan ini (ash-shiddiq). Ini semua menunjukkan hawa kejujuran merupakan salah satuperilaku kehidupan terpenting para rasul dan pengikut mereka.Dan kedudukantertinggi sifat jujur adalah “ash-shiddiqiyah” Yakni tunduk terhadap rasulsecara utuh (lahir batin) dan diiringi keikhlasan secara sempurna kepadaPengutus Allah.

Imam Ibnu Katsir berkata, “Jujur merupakan karakter yang sangat terpuji, oleh karena itu sebagian besar sahabat tidak pernah coba-coba melakukan kedustaan baik pada masa jahiliyah maupun setelah masuk Islam. Kejujuran merupakan cirrikeimanan, sebagaimana pula dusta adalah ciri kemunafikan, maka barang siapajujur dia akan beruntung.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/643)

Dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 119, Allah SWT mengisyaratkan kepada muslimin untuk senantiasa bersama orang-orang yang jujur.

“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yangbenar.”(QS. At-Taubah:119)

Rasulullah SAW bersabda mengenai pentingnya kejujuran.

“Jauhilah dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan kebajikan membawamu ke surga” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Amanah/Terpercaya

Muhammad SAW bahkan sebelum diangkat menjadi rasul telah menunjukkan kualitas pribadinya yang diakui oleh masyarakat Quraish. Beliau dikenal dengan gelarAl-Amien, yang terpercaya. Oleh karena itu ketika terjadi peristiwa sengketa antara para pemuka Quraish mengenai siapa yang akan meletakkan kembali hajar aswad setelah renovasi Ka’bah, meraka dengan senang hati menerima Muhammad sebagai arbitrer, padahal waktu itu Muhammad belum termasuk pembesar.

Amanah merupakan kwalitas wajib yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan di atas pundaknya. Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.

Terjadinya banyak kasus korupsi di negara kita, merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia miskin pemimpin yang amanah. Para pemimpin dari mulai tingkat desa sampai negara telah terbiasa mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan cara memanfaatkan jabatan sebagai jalan pintas untuk memperkaya diri. Pemimpin semacam ini sebenarnya tidak layak disebut sebagai pemimpin, mereka merupakan para perampok yang berkedok.

Mengenai nilai amanah, Daniel Goleman mencatat beberapa ciri orang yang memiliki sifat tersebut.

Dia bertindak berdasarkan etika dan tidak pernah mempermalukan orangMembangun kepercayaan diri lewat keandalan diri dan autentisitas (kemurnia/kejujuran) Berani mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidka etis ornag lainBerpegang kepada prinsip secara teguh, walaupun resikonya tidak disukai serta memiliki komitmen dan menepati janjiBertangung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan serta terorganisir dan cermat dalam bekerja. (Goleman, 1998)[2]

Amanah erat kaitanya dengan janggung jawab. Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang bertangggung jawab. Dalam perspektif Islam pemimpin bukanlah raja yang harus selalu dilayani dan diikuti segala macam keinginannya, akan tetapi pemimpin adalah khadim. Sebagaimana pepatah Arab mengatakan“sayyidulqaumi khodimuhum”, pemimpin sebuah masyarakat adalah pelayan mereka.

Sebagai seorang pembantu, pemimpin harus merelakan waktu. Tenaga dan pikiran untuk melayani rakyatnya. Pemimpin dituntut untuk melepaskan sifat individualis yang hanya mementingkan diri sendiri. Ketika menjadi pemimpin maka dia adalah kaki-tangan rakyat yang senantiasa harus melakukan segala macam pekerjaan untuk kemakmuran dan keamanan rakyatnya.

Dalam buku The 21 Indispensable Quality of Leader, John C. Maxwell menekankan bahwa tanggung jawab bukan sekedar melaksanakan tugas, namun pemimpin yang bertanggung jawab harus melaksanakan tugas dengan lebih, berorienatsi kepada ketuntasan dan kesempurnaan. “Kualitas tertinggi dari seseorang yang bertangging jawab adalah kemampuannya untuk menyelesaikan”.[3]

3. Tablig/Komunikatif

Kemampuan berkomunikasi merupakan kualitas ketiga yang harus dimiliki oleh pemimpi sejati. Pemimpin bukan berhadapan dengan benda mati yang bisa digerakkan dan dipindah-pindah sesuai dengan kemauannya sendiri, tetapi pemimpin berhadapan dengan rakyat manusia yang memiliki beragam kecenderungan. Oleh karena itu komunikasi merupakan kunci terjainnya hubungan yang baik antara pemimpin dan rakyat.

Pemimpin dituntut untuk membuka diri kepada rakyatnya, sehingga mendapat simpati dan juga rasa cinta. Keterbukaan pemimpin kepada rakyatnya bukan berarti pemimpin harus sering curhat mengenai segala kendala yang sedang dihadapinya, akan tetapi pemimpin harus mampu membangun kepercayaan rakyatnya untuk melakukan komunikasi dengannya. Sebagai contoh, Rasulullah SAW pernah didatangi oleh seorang perempuan hamil yang mengaku telah berbuat zina. Si perempuan menyampaikan penyesalannya kepada Rasul dan berharap diberikan sanksi berupa hukum rajam. Hal ini terjadi karena sebagai seorang pemimpin Rasulullah membuka diri terhadap umatnya.

Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekwensinya berat. Dalam istilah Arab dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.

Tablig juga dapat diartikan sebagai akuntabel, atau terbuka untuk dinilai. Akuntabilitas berkaitan dengan sikap keterbukaan (transparansi) dala kaitannya dengan cara kita mempertanggungkawabkan sesuatu di hadapan orang lain. Sehingga, akuntabilitas merupakan bagian melekat dari kredibilitas. Bertambah baik dan benar akuntabilitas yang kita miliki, bertambah besar tabungan kredibilitas sebagai hasil dari setoran kepercayaan orang-orang kepada kita.[4]

4. Fathonah/Cerdas

Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan di atas rata-rata masyarakatnya sehinga memiliki kepercayaan diri. Kecerdasan pemimpin akan membantu dia dalam memecahkan segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat. Pemimpin yang cerdas tidak mudah frustasi menghadapai problema, karena dengan kecerdasannya dia akan mampu mencari solusi. Pemimpin yang cerdas tidak akan membiarkan masalah berlangsung lama, karena dia selalu tertantang untuk menyelesaikan masalah tepat waktu.

Contoh kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh khalifah kedua Sayyidina Umar ibn Khattab adalah ketika beliau menerima kabar bahwa pasukan Islam yang dipimpin oleh Abu Ubaidah ibnu Jarrah yang sedang bertugas di Syria terkena wabah mematikan. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, Umar ibn Khattab segera berangkat dari Madinah menuju Syria untuk melihat keadaan pasukan muslim yang sedang ditimpa musibah tersebut. Ketika beliau sampai di perbatasan, ada kabar yang menyatakan bahwa keadaan di tempat pasukan mulimin sangat gawat. Semua orang yang masuk ke wilayah tersebut akan tertular virus yang mematikan. Mendengar hal tersebut, Umar ibn Khattab segera mengambil tindakan untuk mengalihkan perjalanan. Ketika ditanya tentang sikapnya yang tidak konsisten dan dianggap telah lari dari takdir Allah, Umar bin Khattab menjawab, “Saya berplaing dari satu takdir Allah menuju takdir Allah yang lain”.

Kecerdasan pemimpin tentunya ditopang dengan keilmuan yang mumpuni. Ilmu bagi pemimpin yang cerdas merupakan bahan bakar untuk terus melaju di atas roda kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas selalu haus akan ilmu, karena baginya hanya dengan keimanan dan keilmuan dia akan memiliki derajat tinggi di mata manusia dan juga pencipta. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an.

“Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (QS.Al Mujadalah:11)



Dikutip dari http://www.sigapnews.co.id