Sabtu, 26 Januari 2019

Makna Tuma'ninah dalam sholat

Wajib bagi setiap muslim untuk khusu’ saat melaksanakan shalat.  Salah satu cara agar shalat menjadi khusu’ adalah dengan tuma’ninah atau diam sejenak sebelum berpindah ke gerakan shalat selanjutnya.
Tuma’ninah merupakan salah satu hal yang sering kali secara tidak sadar terlewatkan dalam shalat, baik karena tergesa atau lain hal. Padahal tuma’ninah termasuk salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan.
Dalam kitab Al-Tahdzib fi Adillati Matnil Ghayah wat Taqrib, Mustthafa Daib Al-Bigha Al-Maidani Al-Dimasyqi Al-Syafi’I menjelaskan bahwa kewajiban melakukan tuma’ninah dalam shalat bersumber dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رجلاً دخل المسجد ورسول الله جالس فيه فرد عليه السلام، ثم قال له: ارجع فصل فإنك لم تصل. فرجع فصلى كما صلى، ثم جاء فسلم علي النبي فرد عليه السلام ثم قال: ارجع فصل فإنك لم تصل، فرجع فصلى كما صلى، ثم جاء فسلم على النبي فرد عليه السلام، وقال: ارجع فصل فإنك لم  تصل ثلاث مرات، فقال في الثالثة: والذي بعثك بالحق يا رسول الله ما أحسن  غيره فعلمني. فقال : إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك من  القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعاً، ثم ارفع حتى تعتدل قائماً، ثم اسجد حتى  تطمئن ساجداً، ثم اجلس حتى تطمئن جالساً، ثم اسجد حتى تطمئن ساجداً، وافعل ذلك في صلاتك كلها . متفق عليه
Dari sahabat Abu Hurairah ra., ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk kemudian ia shalat. Kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah Saw. menjawab salamnya dan bersabda, “Kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat (dengan shalat yang sah)!”
Lalu orang itu kembali dan mengulangi shalat seperti semula. Kemudian ia datang menghadap kepada Nabi Saw. sambil memberi salam kepada beliau. Maka Rasulullah Saw. bersabda: “Wa’alaikas Salaam” Kemudian beliau bersabda, “Kembali dan ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat!”
Sehingga ia mengulang sampai tiga kali. Maka laki-laki itu berkata, “Demi Dzat yang mengutus anda dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari shalat seperti ini, maka ajarilah aku.”
Beliau pun bersabda, “Jika kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari Al Qur’an. Kemudian ruku’-lah hingga benar-benar thuma’ninah (tenang/mapan) dalam ruku’, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak (lurus), kemudian sujudlah sampai engkau thuma’ninah dalam sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga thuma’ninah dalam keadaan dudukmu. Kemudian lakukanlah semua itu di seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Syaikh Salim bin Samir Al-Hadrami menyebutkan pengertian thuma’ninah dalam kitabnya Safinatun najah dengan redaksi berikut:
الطمأنينة هي : سكون بعد حركة بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله
Yang artinya; Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar waktu lamanya membaca bacaan tasbih (subhanallah).
Berdasarkan hadis di atas, para ahli fikih mencatat setidaknya ada empat rukun wajib tuma’ninah di dalamnya, yaitu (1) tuma’ninah ketika ruku’, (2) ketika i’tidal, (3) ketika sujud, (4) ketika duduk antara dua sujud. Jadi sebelum berpindah ke kegerakan selanjutnya, hendaknya orang yang shalat melakukan tuma’ninah atau diam sejenak kira-kira selama bacaan subhanallah.
Tuma’ninah harus dilakukan dengan benar, misalnya tuma’ninah saat sujud, Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al-Ghazi dalam Fathul Qarib mencontohkan bahwa tuma’ninah saat sujud tidak cukup hanya menyentuhkan kepala ke tempat sujud. Tapi harus dilakukan sekira beban kepala mengenai tempat sujud, jadi andai ada kapas di bawah kepalanya niscaya akan ada bekas tekanan. Wallahu’alam.


EmoticonEmoticon