Rabu, 27 Februari 2019

Mimpi menurut Islam

Mimpi, semua orang kenal dengan yang namanya mimpi, termasuk saya dan Anda yang saat ini sedang membaca postingan ini.

Contoh sederhana, ketika Anda membayangkan kelak dimasa depan Anda ingin memiliki rumah, mobil atau bercita-cita ingin menjadi orang terkenal, biasanya tindakan atau perbuatan seperti itu bisa disebut mimpi. “aku bermimpi suatu saat nanti akan ….” ya! seperti itulah ungkapannya.

Contoh lainnya :  ”Tadi malam saya bermimpi mendapatkan banyak buku bacaan tentang sukses dimasa muda, di mimpi itu saya mendapatkan buku dengan cuma-cuma, tapi pas terbangun ternyata di tempat tidur saya terdapat buku-buku bacaan yang tadi malam saya baca”, nah ilustrasi tersebut bisa kita sebut MIMPI.

Dengan dua contoh diatas kira-kira Anda bisa memahami bahwa sebutan MIMPI biasanya di tujukan untuk dua hal tersebut.

Dengan demikian pengertian MIMPI secara sederhana bisa kita simpulkan seperti ini :

Mimpi = keinginan, cita-cita, harapan dan khayalan untuk suatu hal yang ingin terjadi di masa depan

Mimpi = Gambaran aktivitas atau kejadian yang terjadi pada saat seseorang tidur.

Adapun Wikipedia mengartikan mimpi sebagai berikut :

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).

Dalam sharing kali ini, saya ingin mencoba mengajak pembaca memahami lebih jauh mengenai mimpi berdasarkan islam, karena tidak ada suatu ilmu yang kadar kepastiannya melibihi ilmu islam (ilmu yang berdasarkan kepada firmah Allah yang terdapat di Al-qur’an.

Beberapa ayat alquran yang menyebutkan perihal mimpi :

Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (QS. Al-Israa : 60)

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ashshaaffaat: 102)

Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf : 6)

Dari beberapa ayat diatas bisa kita cermati, bahwa mimpi adalah suatu perkara yang dikenal dalam islam, dan lebih dari itu Allah subhanahu wata’la memberikan beberapa kelebihan kepada nabiNya, yaitu kemampuan untuk menta’wil atau menterjemahkan maskud dari mimpi. salah satunya kepada nabi Yusuf ‘alaihi salam, yang kita kenal memiliki mu’jizat menafsirkan mimpi.

Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha BijaksanDan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

Beberapa Hadits yang menyebutkan perihal mimpi :

dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia mendengar Nabi saw bersabda:

“Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya. Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).” (HR : Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,yang artinya :
“Tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira”. Para shahabat bertanya :”apa itu berita-berita gembira?”, Rasulullah saw bersabda: “mimpi yang baik” (hr. Bukhari).

diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi saw:
“Sesungguhnya saya telah bermimpi (melihat) kepalaku telah terputus (dari badanku) lalu saya mengikutinya dari belakang, maka Nabi saw mencelanya dan bersabda : “janganlah kamu ceritakan (kepada orang lain) permainan syaithan terhadapmu di dalam mimpi(mu)” (HR. Muslim)
Dari beberapa hadits diatas bisa kita simpulkan bahwa mimpi terbagi kedalam dua bagian :

1. Mimpi Baik,

Yaitu mimpi yang dirasakan oleh si pemimpi berupa sesuatu yang baik bagi dirinya, bukan berupa kesedihan, atau hal-hal yang dirasakan menyedihkan, membuat gundah dan gelisah.
Dan juga ada yang mengatakan mimpi baik cirinya tidak di dahului oleh khayalan atau pikiran sebelum tirdur, mimpi benar-benar datang sendirinya. dan tidak terkait dengan kejadian sebelum si pemimpi tertidur.
Mimpi baik datangnya dari Allah Subhanhu wata’ala, dan seyogyanya bagi kita yang mengalami mimpi baik memanjatkan puji dan syukur kepada Nya, dan juga menceritakan mimpi baik ini kepada orang yang dianggap baik. sebagai mana kutipan hadits :
Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya (HR. Bukhari)

2. Mimpi Buruk,

yaitu mimpi yang dirasakan tidak baik oleh si pemimpi, biasanya mimpi yang menyebabkan rasa sedih, takut, khawatir berlebihan, gundah dan gelisah.
Mimpi buruk ini datangnya dari syaitan, sebagai musuh utama manusia, syaitan hendak memberikan gangguan dari berbagai arah, salah satunya dari mimpi.
Oleh karenanya Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima perbuatan. Yaitu, mengubah posisi tidur, meludah ke kiri sebanyak tiga kali, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, bangun dan shalat, dan tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun.
Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).” (HR : Bukhari)

Hindari kebiasaan menafsirkan mimpi tanpa ilmu!

Saat ini masih banyak sekali orang yang mencari-cari ta’wil atau arti dari mimpi yang dialami, bahkan tidak banyak yang terjatuh ke jurang Ke-Syirikan, dimana orang tersebut mempercai ucapan atau tafsiran dari seseorang yang tidak sama sekali mengetahui ilmu ta’wil ini.
yang perlu kita yakini saat ini adalah, bahwa mimpi itu ada dua maca, mimpi baik yang datangnya dari Allah dan mimpi buruk yang datangnya dari syaitan, tidak perlu kita mencari-cari arti mimpi kita, karena kebanyakan jawaban dari penta’wil mimpi saat ini adalah salah, apalagi bersumber dari sesuatu yang salah seperti ramalan china, ramalan kejawen, bahkan berasal dari cerita orang dulu yang tidak jelas sumbernya.
Wallahu’alam bishawab

Selasa, 26 Februari 2019

Adab bangun tidur

Tidur adalah anugrah dan nikmat dari Allah bagi manusia. Dengan tidur, badan rileks kembali, menjadi segar dan tubuh pun menjadi sehat. Maka, jika bangun tidur, hendaknya kita bersyukur kepada Allah dengan menerapkan beberapa adab Islam yang dianjurkan untuk dilakukan ketika bangun tidur.

Berikut ini adab-adab tersebut:

Membaca doa bangun dari tidur dan memperbanyak dzikir

Dianjurkan ketika bangun tidur untuk membaca doa sebagaimana yang ada dalam hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman berikut ini. Beliau radhiallahu ‘anhu mengatakan:

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ إذا أخذ مضجعه من الليلِ قال : ( اللهم باسمك أموت وأحيا ) . فإذا استيقظ قال : ( الحمد للهِ الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشورُ )

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbaring di tempat berbaringnya (untuk tidur) ketika malam hari, beliau berdoa: /Allahumma bismika amuutu wa ahyaa/ (Ya Allah, dengan namaMu aku mati dan aku hidup). Jika beliau bangun beliau berdoa:

الحمد للهِ الذي أحيانا بعد ما أماتنا وإليه النشورُ

/Alhamdulillahilladzi ahyaana ba’damaa amaatana wa ilaihin nusyuur/

(Segala puji bagi Allah yang menghidupkanku dan mematikanku dan kepadaNya lah kita dikembalikan)” (HR. Bukhari no. 6325, Muslim no. 2711).

Imam An Nawawi menjelaskan:

فنبه صلى الله عليه وسلم بإعادة اليقظة بعد النوم الذي هو كالموت على إثبات البعث بعد الموت , قال العلماء: وحكمة الدعاء عند إرادة النوم أن تكون خاتمة أعماله كما سبق , وحكمته إذا أصبح أن يكون أول عمله بذكر التوحيد والكلم الطيب

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingatkan di setiap bangun tidur, yang tidur itu mirip dengan kematian, terhadap hari kebangkitan setelah mati kelak. Para ulama mengatakan, bahwa hikmah doa sebelum tidur adalah agar penutup amalannya adalah sebagaimana disebutkan. Dan hikmah doa bangun tidur adalah agar pembuka amalan di hari itu berupa mengingat tauhid dan perkataan yang baik” (Syarah Shahih Muslim, 17 / 35).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menerangkan tentang doa bangun tidur:

فتحمد الله الذي أحياك بعد الموت وتذكر أن النشور يعني من القبور والإخراج من القبور يكون إلى الله عز وجل فتتذكر ببعثك من موتتك الصغرى بعثك من موتتك الكبرى

“(dengan membaca doa ini) maka Anda memuji Allah yang telah menghidupkan anda dari maut (tidur), dan mengingatkan anda tentang hari kebangkitan, yaitu kebangkitan dari kubur dan keluar dari kuburan, menuju Allah ‘Azza wa Jalla. Maka dengan bangkit dari kematian yang kecil (tidur) Anda ingat kepada kebangkitan dari kematian yang besar” (Syarah Riyadus Shalihin, 1/1652).

Hadits ini juga menunjukkan bahwa dianjurkan untuk memperbanyak dzikir mutlak ketika bangun tidur. Sebagaimana akan disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu pada poin 4.

Mencuci tangan

Ketika bangun tidur disyariatkan untuk mencuci tangan sebelum memasukkan tangan ke dalam bejana atau melakukan aktifitas lainnya. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا استيقظ أحدُكم من نومِهِ، فلا يَغْمِسْ يدَه في الإناءِ حتى يغسلَها ثلاثًا . فإنه لا يَدْرِي أين باتت يدُه

“Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka jangan mencelupkan tangannya ke dalam bejana sebelum ia mencucinya tiga kali. Karena ia tidak mengetahui dimana letak tangannya semalam” (HR. Bukhari no. 162, Muslim no. 278).

Ulama berbeda pendapat apakah larangan mencelupkan tangan ke dalam bejana (semua tempat yang menyimpan air) di dalam hadits ini apakah makruh ataukah haram. Ulama Hanabilah berpendapat hukumnya haram dan mencuci tangan hukumnya wajib. Namun jumhur ulama berpendapat hukumnya makruh dan mencuci tangan hukumnya mustahab(sunnah). Dalil yang dijadikan landasan oleh jumhur adalah firman Allah Ta’ala:

إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ

“Jika kalian berdiri untuk shalat maka cucilah wajah-wajah kalian” (QS. Al Maidah: 6).

Andaikan mencuci tangan itu wajib, maka tentu akan disebutkan dalam ayat ini.

Bersiwak

Dianjurkan bersiwak ketika bangun tidur. Dari Hudzaifah bin Al Yaman radhiallahu’anhu beliau mengatakan:

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم إذا قام مِن الليلِ يَشُوصُ فاه بالسواكِ

“Biasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika bangun di malam hari beliau menggosok-gosok mulutnya dengan siwak” (HR. Al Bukhari no. 245, Muslim no. 255).

Hikmahnya anjuran ini dijelaskan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan:

وذلك لأن النوم تتغير معه رائحة الفم؛ لتصاعد أبخرة المعدة، والسواك في هذه الحالة ينظف الفم من آثارها

“Ini dianjurkan karena ketika tidur bau mulut biasanya berubah, disebabkan uap dari perut yang naik. Dan dalam keadaan ini, dengan bersiwak akan menghilangkan bau yang tidak sedap di mulut” (Al Mulakhas Al Fiqhi, 1/36).

Berwudhu untuk menghilangkan malas

Ketika bangun tidur, rasa kantuk dan malas biasanya masih terasa. Dianjurkan untuk membaca dzikir ketika bangun tidur, segera berwudhu dan menuju shalat, untuk menghilangkan rasa kantuk dan malas. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

يَعقِدُ الشَّيطانُ عَلى قافيَةِ رأسِ أَحدِكُم إذا هوَ نام ثَلاثَ عُقدٍ، يَضرِبُ كلَّ عُقدةٍ مَكانَها: عليكَ ليلٌ طويلٌ فارقُدْ، فإنِ استَيقظَ فذَكَر اللهَ انحلَّت عُقدةٌ، فإن تَوضَّأ انحلَّت عُقدةٌ، فإن صلَّى انحلَّت عُقدُه كلُّها، فأَصبحَ نَشيطًا طيِّبَ النَّفسِ، وإلَّا أَصبحَ خَبيثَ النَّفسِ كَسلانَ

“Setan mengikat tengkuk kepala seseorang di antara kalian ketika sedang tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatannya ia mengatakan: “malammu masih panjang, teruslah tidur”. Maka jika orang tersebut bangun, kemudian ia berdzikir kepada Allah, terbukalah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi. Kemudian jika ia shalat maka terbukalah seluruh ikatan. Sehingga ia pun bangun dalam keadaan bersemangat dan baik jiwanya. Namun jika tidak melakukan demikian, maka ia biasanya akan bangun dalam keadaan buruk jiwanya dan malas” (HR. Bukhari no. 1142, Muslim no. 776).

Bersegera untuk shalat

Jika seseorang bangun di malam hari atau bangun di waktu subuh, maka hendaknya ia bersegera untuk mengerjakan shalat dan tidak menunda-nundanya agar tidak terus tenggelam dalam rasa malas dan kantuk. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah di atas. Dan ini juga merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala karena telah dihidupkan kembali, diberi kesempatan untuk bangun dan menghirup udara kembali. Sehingga rasa syukur atas hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah. Al ‘Aini mengatakan:

يَنْبَغِي أَن يجْتَهد المستيقظ على أَدَاء صَلَاة الْفجْر شكرا لله على حَيَاته وإعادة روحه إِلَيْهِ، وَيعلم أَن لإقامتها فضلا عَظِيما

“Hendaknya orang yang bangun tidur bersungguh-sungguh untuk segera mengerjakan shalat fajar (subuh), sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kehidupan yang Allah berikan dan atas dikembalikannya ruh ke dalam tubuh kita. Dan hendaknya ia memahami bahwa hal itu merupakan nikmat yang besar” (Umdatul Qari, 5/70).



Dikutip dari https://muslim.or.id

Adab tidur sesuai sunnah

Islam merupakan agama yang paling lengkap, semua hal tentang kehidupan ini ada pedomannya untuk kita. Mulai dari kita masih belum lahir, sampai nantinya akan meninggalkan dunia. Dari bangun tidur, sampai kita merebahkan kembali badan di kasur. Semua sudah ada pedoman yang akan menjadikan hidup kita lebih berkualitas.

Pedoman yang ada dalam agama Islam adalah apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan  dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu hal yang dicontohkan dan jarang menjadi perhatian kita adalah cara tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Padahal, dengan tidur mengikuti apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu akan ada banyak hikmah yang akan kita dapatkan.

1. Cara Tidur Rasulullah

selo-aji.blogspot.co.id

Menurut penelitian yang dilakukan kepada 1000 orang, oleh Profesor Chris Idzikowski, direktur Sleep Assessment and Advisory Service, posisi tidur itu ternyata memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kesehatan seseorang.

Posisi tidur ini ternyata sudah diajarkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 1400 tahun yang lalu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur dengan memiringkan tubuhnya ke kanan. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits al Barra bin Azib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila kamu hendak tidur maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk sholat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan tidur miring ke kanan, kita akan mendapatkan banyak manfaat, seperti mengurangi beban pada jantung, mengistirahatkan lambung, mengistirahatkan otak, meningkatkan waktu penyerapan zat gizi, merangsang buang air besar agar lancar, mengistirahatkan kaki bagian kiri, dan menjaga kesehatan paru-paru kita.

Orang juga membaca: 14 Manfaat Sholat Witir Malam Sebelum Tidur / Tata Cara

Selain ada contoh bahwa kita tidur dengan miring ke kanan, tapi ada juga larangan posisi tidur untuk dilakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci orang yang tidur dengan tengkurap. Seperti dalam sebuah hadits dari Ibnu Tikhfah Al Ghifari, dari Abu Dzarr, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat di hadapanku dan ketika itu aku sedang tidur tengkurap. Beliau menggerak-gerakkanku dengan kaki beliau. Beliau pun bersabda, “Wahai Junaidib, tidur seperti itu seperti berbaringnya penduduk neraka.” (HR. Ibnu Majah)

2. Adab Tidur yang Diajarkan Rasulullah

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada beberapa adab yang dicontohkan kepada kita sebelum, saat, dan setelah tidur. Berikut ini ada beberapa adab yang mulai sekarang kita kita praktikkan.

Kita diberi contoh tidur dalam keadaan berwudhu, seperti yang ada dalam sebuah hadits dari Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, kita juga dianjurkan untuk tidur dengan miring atau berbaring pada sisi kanan tubuh.

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu,” (Hr Al-Bukhari dan Muslim).

Dan ada yang adab lain yang saat ini jarang ada orang yang menjalankan, sebisa mungkin kita tidur di awal malam jika tidak ada kepentingan atau kesibukan. Seperti dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

3. Bacaan Apa Saja Sebelum Tidur?

Sebelum tidur, ada juga Adab yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa bacaan-bacaan sebelum tidur.

Sebelum tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Ketiga surat tersebut dibaca masing-masing satu kali, setelah itu usap kedua tangan ke wajah dan bagian tubuh yang dapat kita jangkau.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)

Sebelum tidur, kita juga diajarkan untuk membaca ayat kursi.

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Adab yang lain adalah kita membaca doa sebelum tidur, dari Hudzaifah , ia berkata,

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

4. Sunnah Sholat Witir Sebelum Tidur

jalansurga.com

Shalat witir biasa dilakukan saat akhir malam setelah kita mejalankan shalat tahajud. Tapi, ada dua kondisi, kita disunnahkan melakukan witir di awal malam atau sebelum tidur, seperti yang dikatakan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.

Kondisi pertama adalah ketika kita khawatir tidak dapat bangun di akhir malam. Kedua, saat kita melaksanakan shalat tarawih yang ditutup dengan witir.

Baca juga: 14 Manfaat Puasa Sunnah Serta Keutamaan yang Terabaikan

Seperti yang ada di dalam sebuah hadits dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang khawatir tidak bangun pada akhir malam, maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada awal malam. Dan barangsiapa yang bersikeras untuk bangun pada akhir malam, maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada akhir malam, karena shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh para Malaikat), dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim dalam kitab Shalaatil Musaafiriin, No 755)

5. Mematikan Lampu Ketika Tidur

detoxyourbody.co

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah biarkan api di rumah kalian (menyala) ketika kalian sedang tidur.” (HR. Bukhari no. 6293 dan Muslim no. 2015)

Selain itu ada juga hadits dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Ada sebuah rumah di Madinah terbakar mengenai penghuninya pada waktu malam. Kejadian tersebut lantas diceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Api ini adalah musuh kalian. Apabila kalian tidur, padamkanlah api.” (HR. Bukhari no. 6293 dan Muslim no. 2016).

Kedua hadits tersebut memerintahkan kepada kita untuk memadamkan api ketika hendak tidur. Kemudian, di zaman yang sudah maju seperti sekarang ini, dimaknai sebagai memadamkan lampu ketika tidur.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan bahwa api adalah musuh dari manusia seperti yang ada pada hadits di atas. Jika lentera yang nyalanya dari api dibiarkan menyala saat kita tidur, lalu saat itu datang seekor tikus, maka tikus itu bisa menajiskan minyak lentera, bahkan tikus itu bisa menyalakan api yang bisa membakar seperti di masa lampau.

Untuk zaman yang sudah semakin berkembang seperti sekarang ini, penerangan sudah menggunakan listrik, bukan lagi api. Ketika seseorang tidur dan lampu listrik menyala, tentu tidak masalah. Karena yang menjadi sebab larangan adalah membiarkan api menyala, hal tersebut tidak didapati pada lampu listrik seperti sekarang. (Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 6: 390)

Tetapi ada pendapat lain dari Al-Imam Yahya bin Syarof An-Nawawi, beliau mengatakan,

“Hal ini berlaku secara umum termasuk api lentera dan yang selainnya. Adapun lampu-lampu yang tergantung di masjid-masjid, jika dikhawatirkan terjadi kebakaran disebabkannya, maka termasuk yang diperintahkan untuk dimatikan. Jika dirasa aman darinya –dan ini adalah kebanyakannya–, maka hal ini tidak apa-apa karena sebabnya sudah hilang. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan sebab dari perintah mematikan api, yaitu tikus-tikus itu dapat membakar rumah-rumah dengannya.”

Tetapi, tidur tentu akan lebih sehat jika kita mematikan lampu, sebab ada berbagai macam penelitian yang menyebutkan hal tersebut.

Ketika kita tidur dengan mematikan lampu, maka tubuh akan menghasilkan hormon melatonin yang akan meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, tidur akan menjadi lebih cepat terlelap, dapat mengurangi lemak dan menghindakan kita dari risiko obesitas, kinerja otak juga akan meningkat, serta mengurangi global warming.

6. Menutup Aurat

Adab lain ketika tidur adalah menutup aurat, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Janganlah salah seorang di antara kalian tidur telentang kemudian meletakkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma)

Hadits di atas, menurut para ulama adalah larangan tentang mengangkat atau meletakkan salah satu kaki di atas kaki lainnya, maksudnya adalah jika dalam keadaan terlihat auratnya atau sebagaimananya. Tetapi jika tidak terbuka auratnya, maka tidak termasuk larangan ini.

7. Do’a Jika Terbangun di Tengah Malam

menatahidup.com

Jika kita terbangun saat tidur di malam hari, hendaklah membaca doa yang dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah*‘  kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan do’a, hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu mendirikan shalat, shalatnya tersebut akan diterima (di sisi Allah).” (Hadits shahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 1:149)

Arti dari do’a yang dibaca tersebut adalah,

*“Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; segala puji hanya bagi Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Mahabesar Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”

8. Jika Mimpi Buruk Saat Tidur

Ketika mengalami mimpi buruk, ada beberapa hal yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Meludah ke kiri 3 kali.Memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari setan sebanyak 3 kali, dengan membacaA’udzu billahi minas-syaithanir-rajiim” atau bacaan ta’awudz lainnyaMemohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi yang kita alami.Atau sebaiknya kita bangun lalu melaksanakan Shalat.Mengubah posisi tidur dari posisi semula kita tidur, jika ingin melanjutkan tidurnya, walaupun kita harus memutar kesebelah kiri, hal ini sesuai zahir hadis.Tidak boleh menafsir mimpi tersebut baik menafsir sendiri atau dengan meminta bantuan orang lain.

“Jika kalian mengalami mimpi yang dibenci (mimpi buruk) hendaklah meludah kesebelah kiri tiga kali, dan memohon perlindungan dari Allah dari godaan setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

“Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Muslim)

9. Do’a dan Cuci Tangan Saat Bangun

Saat bangun tidur, sebagai mana ketika akan tidur, maka diajarkan kepada kita untuk berdoa.

“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” [artinya: Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan]. (HR. Bukhari no. 6325)

Selain berdoa, kita juga disunnahkan untuk mencuci tangan, karena selam tidur, kita tidak tahu ke mana tangan kita. Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il At Taimiy (dalam penjelasan beliau terhadap shohih Muslim) mengatakan,

“Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kandungan surat Al Isra

Surat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa’ yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa’ Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa’ pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.
Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa’ dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

Pokok-pokok isinya:

Keimanan:
Allah tidak mempunyai anak baik berupa manusia ataupun malaikat; Allah pasti memberi rezki kepada manusia; Allah mempunyai nama-nama yang paling baik; Al Quran adalah wahyu dan Allah yang memberikan petunjuk, penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; adanya padang Mahsyar dan hari berbangkit.

Hukum-hukum:
Larangan-larangan Allah tentang: menghilangkan jiwa manusia; berzina, mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dibenarkan agama; ikut-ikutan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan dan durhaka kepada ibu bapa. Perintah Allah tentang: memenuhi janji dan menyempurnakan timbangan dan takaran, melakukan shalat lima waktu dalam waktunya.

Kisah-kisah:
Kisah Israa’ Nabi Muhammad s.a.w., beberapa kisah tentang Bani Israil.

Dan lain-lain:
Pertanggungan jawab manusia masing-masing terhadap amal perbuatannya; beberapa faktor yang menyebabkan kebangunan dan kehancuran suatu umat; petunjuk-petunjuk tentang pergaulan dengan orang tua, tetangga dan masyarakat; manusia makhluk Allah s.w.t. yang mulia, dalam pada itu manusia mempunyai pula sifat-sifat yang tidak baik seperti suka ingkar, putus asa dan terburu-buru; dan persoalan roh.

Banyak ayat-ayat dalam surat ini mengemukakan bahwa Al Quran yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. benar-benar wahyu Allah, dan bahwa manusia itu pasti mengalami hari berbangkit. Dalam surat ini dikemukakan pula dalil-dalil kekuasaan dan ke-esaan Allah s.w.t. serta hukum-hukum yang diturunkan-Nya yang wajib diperhatikan dan dikerjakan oleh manusia.

HUBUNGAN SURAT AL ISRAA’ DENGAN SURAT AL KAHFI

Surat Al Israa’ dimulai dengan tasbih (membaca subhanallah) pada Allah sedang surat Al Kahfi dibuka dengan tahmid (membaca alhamdulillah) kepada-Nya. Tasbih dan tahmid adalah dua kata yang acapkali bergandengan dalam firman-firman Allah.

Persamaan antara penutup surat Al Israa’ dengan pembukaan surat Al Kahfi yaitu sama-sama dengan tahmid kepada Allah.

Menurut riwayat, ada tiga buah pertanyaan yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi dengan perantaraan orang-orang musyrikin kepada Nabi Muhammad s.a.w. yakni masalah roh, cerita Ashabul Kahfi dan kisah Zulqarnain. Masalah roh itu dijawab dalam surat Al Israa’, dan dua masalah lainnya pada surat Al Kahfi.

Dalam surat Al Israa’ ayat 85 Allah berfirman: Dan tidaklah kamu diberi ilmu hanyalah sedikit Firman ini ditujukan kepada sebagian orang-orang Yahudi yang merasa sombong dengan ilmu pengetahuan yang ada pada mereka, sebab bagaimanapun juga mereka adalah manusia yang hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit. Dalam surat Al-Kahfi Allah menceritakan tentang Nabi Musa a.s. dengan Nabi Khidhr a.s. yang belum pernah diketahui oleh orang-orang Yahudi.

Kandungan surat AN Nahl

Surat ini terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surat ini dinamakan An Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah s.w.t. ayat 68 yang artinya : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah." Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al Quranul Karim. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia (lihat ayat 69). Sedang Al Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Lihat surat (10) Yunus ayat 57 dan surat (17) Al Isra' ayat 82). Surat ini dinamakan pula "An Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan pelbagai macam nikmat untuk hamba-hamba-Nya.

Pokok-pokok isinya :

1. Keimanan:

Kepastian adanya hari kiamat; keesaan Allah; kekuasaan-Nya dan kesempurnaan ilmu-Nya serta dalil-dalilnya; pertanggungan jawab manusia kepada Allah terhadap segala apa yang telah dikerjakannya.

2. Hukum-hukum:
Beberapa hukum tentang makanan dan minuman yang diharamkan dan yang dihalalkan; kebolehan memakai perhiasan-perhiasan yang berasal dari dalam laut seperti merjan dan mutiara; dibolehkan memakan makanan yang diharamkan dalam keadaan terpaksa; kulit dan bulu binatang dari hewan yang halal dimakan; kewajiban memenuhi perjanjian dan larangan mempermainkan sumpah; larangan membuat-buat hukum yang tak ada dasarnya; perintah membaca isti'aadzah (a'uudzubillahi minasyaithaanirrajiim = aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk); larangan membalas siksa melebihi siksaan yang diterima.

3. Kisah-kisah:
Nabi Ibrahim a.s.

4. Lain-lain:
Asal kejadian manusia; madu adalah untuk kesehatan manusia; nasib pemimpin-pemimpin palsu di hari kiamat; pandangan orang Arab zaman Jahiliyah terhadap anak perempuan; ajaran moral di dalam Islam; pedoman da'wah dalam Islam.




Surat An Nahl mengandung keterangan tentang sifat-sifat orang musyrikin, dan tingkah laku mereka, serta tantangan mereka terhadap kebenaran hari kiamat dan kerasulan Muhammad s.a.w., kemudian Allah s.w.t. menyebutkan peringatan-peringatan-Nya kepada mereka dan azab yang mereka alami sebagai akibat dari sifat perbuatan mereka itu. Dalam surat ini, Allah menunjukkan bukti-bukti ke Esaan-Nya seraya memaparkan nikmat-nikmat yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dan surat ini memuat juga hukum-hukum dan ajaran-ajaran tentang akhlak.

HUBUNGAN SURAT AN NAHL DENGAN SURAT AL ISRAA'

1. Dalam surat An Nahl ini, Allah menyebutkan perselisihan orang-orang Yahudi tentang hari Sabtu, kemudian di surat Al Israa' dijelaskan syariat orang Yahudi yang ditetapkan bagi mereka di dalam Taurat.

2. Sesudah Allah s.w.t. menganjurkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. agar bersabar dan melarang beliau agar jangan berduka cita atau berkecil hati disebabkan tipu daya orang-orang musyrikin, maka di surat Al Israa' Allah menerangkan kemuliaan Nabi Muhammad s.a.w. serta martabatnya yang tinggi di hadapan Allah s.w.t.

3. Dalam surat An Nahl ini Allah menerangkan bermacam-macam nikmat-Nya, disamping itu Allah menerangkan, bahwa kebanyakan manusia tidak mensyukuri nikmat itu, kemudian dalam surat Al Israa' disebut lagi nikmat-nikmat yang lebih besar yang diberikan kepada Bani Israil yang mereka tidak mensyukurinya, malah mereka berbuat kerusakan di muka bumi.

4. Dalam surat An Nahl Allah mengatakan, bahwa air madu yang ke luar dari lebah merupakan minuman yang mengandung obat bagi manusia, maka dalam surat Al Israa' diterangkan bahwa Al Quran pun mengandung juga obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.