Selasa, 05 Maret 2019

Bisikan setan


Hendaknya seseorang tidak menghentikan aktivitas dan kegiatannya hanya didasari persangkaan bahwa dia sedang dimata-matai oleh sihir. Hal ini merupakan tipu daya setan yang akan membuat pekerjaannya berantakan dan kehidupannya menjadi kacau. Apalagi Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kepada kita penangkal kejelekan dari gangguan setan dengan membaca Alquran, terutama ayat kursi. Kalau seandainya pekerjaan tersebut merupakan sesuatu yang wajib ditunaikan, maka haram untuk meninggalkannya.

Adapun permasalahan setan mengetahui isi hati seseorang berupa keinginan baik atau buruk yang ingin ia lakukan. Statement Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tidaklah secara tegas bermaksud demikian. Dalam Majmu’ Fatawa beliau mengatakan, “Setan mengetahui bisikan hati seorang hamba yang berdzikir kepada Allah, maka apabila hatinya lalai dari berdzikir mengingat Allah hamba tersebut akan merasakan was-was. Setan mengetahui keadaan seorang hamba; apakah ia sedang mengingat Allah atau lalai dari mengingat-Nya, ia juga mengetahui keinginan syahwatnya sehingga ia dapat memperindah keinginan jelek tersebut. Ada sebuah hadis shahih dari Shafiyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘Setan berjalan di tubuh anak Adam di tempat peredaran darahnya.” Malaikat dan setan adalah dua makhluk yang senantiasa dekat dengan hati anak keturunan Adam, baik hamba tersebut orang yang beriman atau kafir.”

Permasalahan ini masih diperbincangkan oleh para ulama. Syaikh Ibnu Baz pernah ditanya dengan pertanyaan yang panjang terkait dengan permasalahan ini. Ringkasnya, pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut, “Apabila aku meniatkan suatu amalan baik di dalam hatiku, apakah setan mengetahui hal itu lalu kemudian berusaha memalingkan aku dari perbuatan baik yang aku niatkan?” Jawaban Syaikh Ibnu Baz dapat diringkas sebagai berikut, “Setiap orang selalu disertai oleh setan dan malaikat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidaklah salah seorang di anatara kalian pasti disertai oleh qarin dari kalangan jin dan malaikat’. Para sahabat menanggapi, ‘Tidak juga engkau ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Ya, tidak pula aku, hanya saja Allah telah menundukkannya (jin qarin) untukku dan ia telah berislam‘. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengabarkan, setan mempengaruhi jiwa manusia. Setan (jin qarin) yang jahat, maka ia akan menyeru kepada kemunkaran. Adapun qarin dari kalangan malaikat mengajak seseorang untuk mengamalkan kebajikan. Demikianlah Allah jadikan dua qarin ini dalam jiwa manusia; qarin dari bangsa jin dan qarin dari golongan malaikat.”

Dr. Muhammad Abdurrozaq mengatakan, “Orang-orang menanyakan bagaimana halnya setan mengetahui apa yang terbetik dalam jiwa, apakah dia akan menghalangi jiwa tersebut dari kebaikan? Setan yang telah lama menyertai manusia dan senantiasa mencari tahu kondisi manusia sampai tidak ada satu pun dari kondisi manusia yang tersembunyi darinya. Ia mengetahui keinginan dan kehendaknya, mengetahui niat baiknya sehingga ia berusaha menghalanginya. Walaupun setan tidak mengetahui apa yang akan terjadi, bisa jadi seorang hamba tidak terpengaruh dengan bisikannya dan tetap mengamalkan kebajikan. Demikian juga setan tidak mengetahui kalau godaannya akan berhasil dan seorang hamba akan merealisasikan bisikan setan dengan mengamalkan keburukan. Setan tidak mengetahui kebaikan dan kejelekan dari sisi ini.

Abu Hasan Al Asy’ari dalam Maqolat Al Islamiyyin mengatakan, “Masih diperselisihkan, apakah setan mengetahui ataukah tidak, apa yang terbetik di dalam hati. Hal ini berdasarkan tiga pendapat. Pendapat pertama adalah pendapat Ibrahim, Mu’ammar, dan Hisyam beserta orang-orang yang mengikutinya mengatakan, ‘Sesungguhnya setan mengetahui apa yang terbetik di dalam hati. Ini bukanlah sesuatu yang mustahil dan mengherankan, karena Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi peluang kepada setan untuk merasuk ke hati-hati manusia.

Pendapat kedua, “Orang-orang Mu’tazilah dan yang lainnya mengatakan, ‘Setan tidak mengetahui apa yang terbetik di dalam hati seseorang. Apabila seseorang meniatkan dalam hatinya untuk bersedekah atau mengamalkan amalan ketaatan lainnya, maka setan akan melarangnya dan mencegahnya berdasarkan prasangkaan dan dugaannya.

Pendapat ketiga, “Setan merasuk ke dalam hati seseorang, maka ia mengetahui keinginan yang dihasratkan oleh hatinya.”

Kesimpulannya, permasalahan ini masih diperselisihkan di kalangan ulama. Ada yang mengatakan setan sama sekalitidak mengetahui apa yang terbetik dalam hati manusia. Ia hanya menggoda manusia berdasarkan sangkaannya dan memang demikian tugasnya menggoda manusia untuk berbuat kejelekan. Ada pula yang mengatakan setan mengetahui isi hati manusia, namun mereka tidak kuasa untuk memastikan apa yang akan direalisasikan manusia dari niatnya tersebut. Bisa jadi manusia tetap menjalankan kebaikan dan bisa pula mengikuti godaan setan.

Allahu a’lam



Dikutip dari https://konsultasisyariah.com

Manusia, setan, jin menurut Al Qur'an

Selain manusia, al-Quran kerap kali menyebut-nyebut makhluk lain, seperti jin, setan dan iblis. Ketiganya seolah serupa, tapi hakikatnya mereka tak sama. Sebab itu, pembahasan ini jadi penting. Karena, pemahaman terhadap 3 hal ini berpengaruh pada daya tangkap kita terhadap teks dan konteks agama Islam.

A. Apa Itu Jin?

Jin adalah salah satu jenis makhluk Allah ﷻ yang memiliki sifat fisik berbeda dengan manusia karena diciptakan dari api. Allah berfirman:

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan menciptakan jin dari nyala api. (Ar-Rahman: 14–15)

Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip as-Syibli dalam bukunya Ahkam al-Marjan fi Ahkam al- Jann, mengatakan bahwa jin disebut demikian karena secara bahasa jin berarti yang tersembunyi, terhalang dan tertutup.

Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat). Karenanya, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann), tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Pemahaman yang sama juga terhadap pada istilah “orang gila” dalam bahasa Arab yakni majnun (dari kata jann juga) secara etimologi berarti akal sehat yang sudah tertutup dan terhalang.

Kasarnya jin dan manusia sama dalam segala hal, dibawah KEMAHA-ADILAN Allah, hanya saja mereka tercipta dari api dan tidak dapat dilihat. Berikut persamaan jin dengan manusia:

1. Jin dan manusia sama-sama memiliki tugas, yakni beribadah menyembah Allah.

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Telah ku ciptakan jin dan manusia, hanya untuk menyembahku. (ad-Dzariat: 56)

2. Jin memiliki akal dan nafsu sebagaimana manusia. Oleh karena itu, ada jin yang muslim dan ada jin yang kafir. Ada jin yang baik dan ada jin yang jahat. Ada jin yang pintar masalah agama dan ada jin yang bodoh. Menikah pun ada.

وأنا منا الصالحون ومنا دون ذلك كنا طرائق قددا

Sungguh di antara kami ada yang shaleh dan ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (al-Jin: 11)

3. Jin dan manusia memiliki hati, mata dan telinga dan mereka sama-sama akan dimasukan neraka karena dosa.

ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون

Sungguh Kami jadikan kebanyakan jin dan manusia sebagai penghuni jahanam, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah makhluk yang lalai. (al-A’raf: 179)

Bahkan jin juga mirip manusia dalam urusan nyawa, mereka tidak kekal.

B. Apakah Setan Itu?

Dalam Majma’ al-Bahrain, setan secara etimologi bahasa Arab diambil dari kata sya–tha–na yang bermakna menjauh. Maksudnya adalah mereka yang disebut setan, jauh dari Allah dan menjauhkan orang beriman dari Rabbmereka.

Ada satu keyword untuk memahami apa itu setan yakni “sifat”. Setan adalah sifat yang melekat pada makhluk. Setan adalah sebutan untuk sisi buruk yang berupa pembangkangan, tidak taat, membelot, bermaksiat, menentang perintah, mendebat aturan, durhaka dsb. Setan dapat berupa manusia maupun jin, Allah berfirman:

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

(setan) dari golongan jin dan mausia.(an-Nas: 6)

Dalam tafsir surat an-Nas, Qatadah mengatakan bahwa dari kalangan jin terdapat setan-setan dan dari kalangan manusia juga terdapat setan-setan. Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan,

الشيطان في اللغة مأخوذ من شطن إذا بعد فهو بعيد بطبعه عن طباع البشر وبعيد بفسقه عن كل خير

“Syaitan memiliki karakter yang jauh dari watak manusia dan jauh dari perilaku kebaikan.” Imam Rafi’i dalam kitab Al-Misbahul Munir menulis,

والشيطان هو كل عات متمرد من الجن والإنس والدواب

“Setan adalah setiap sesuatu yang buruk yang berasal dari jin, manusia dan binatang.” Pendapat itu juga diperkuat oleh Ja’far Syariat Madari dalam Syarh wa Tafsir Lughat Quran. Tidak hanya sekali Allah berfirman bahwa setan adalah golongan jin dan manusia, dalam al-An’am 112 ditegaskan.

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ

Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin.

C. Siapakah Iblis Itu?

Iblis dalam etimologi bahasa Arab diambil dari kata balasa yang artinya tidak mempunyai kebaikan sedikit pun (man la khaira ‘indah). Sebagian pakar bahasa Arab ada pula yang mengatakan diambil dari kata ablasayang berarti putus asa.

Iblis putus asa dari rahmat Allah karena ia sombong dan enggan sujud kepada Nabi Adam alaihissalam sehingga diusir dari surga. Allah berfirman,

قال ما منعك ألا تسجد إذ أمرتك قال أنا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين

Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) ketika Aku (Allah) menyuruhmu?” Iblis menjawab, “aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (al-A’raf: 12)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ

Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, “Sujudlah kallian kepada Adam!” maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan membangkang dari perintah Allah. (Al-Kahfi: 50)

Ayat pertama menerangkan bahwa Iblis diciptakan dari api : jin dari api. Ayat kedua menegaskan bahwa Iblis bagian dari bangsa jin.

قال فأنظرني إلى يوم يبعثون

Tangguhkan (umur) aku hingga hari mereka kebangkitan. (al-A’raf: 14)

Kemudian setelah diusir dari dalam surga, iblis meminta diberikan umur panjang sampai hari kiamat. Berdasarkan ayat di atas, hanya iblis yang memiliki umur panjang sedangkan jin lainnya mati seperti manusia, itupun hanya sampai hari kiamat.

Setelah dipanjangkan umur, iblis pun berjanji akan menggoda adam besera keturunannya. Silakan baca surat al-A’raf ayat 12-20. Wallahu a’lam bi showab.

Kandungan Surat Al Qashash

Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua’ib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir’aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir’aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syua’ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga dengan surat Musa.

Pokok pokok isinya:

1. Keimanan:
Allah yang menentukan segala sesuatu dan manusia harus ridha dengan ketentuan itu; alam adalah fana hanyalah Allah saja Yang Kekal dan semuanya akan kembali kepada Allah, Allah mengetahui isi hati manusia baik yang dilahirkan ataupun yang disembunyikannya.

2. Kisah-kisah:
Kekejaman Fir’aun dan pertolongan serta karunia Allah kepada Bani Israil; Musa a.s. dilemparkan ke sungai Nil, seorang Qibthi terbunuh oleh Musa a.s.; Musa a.s. di Mad-yan; Musa a.s. menerima perintah Allah menyeru Fir’aun dibukit Thur; kisah Karun.

3. Dan lain-lain:
Al Quran menerangkan kisah nabi-nabi dan umat-umat dahulu sebagai bukti kerasulan Muhammad s.a.w.; akhli kitab yang beriman dengan Nabi Muhammad s.a.w. diberi pahala dua kali lipat; hikmat Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur; hanya Allah-lah Yang memberi taufik kepada hamba-Nya untuk beriman; Allah menghancurkan penduduk sesuatu negeri adalah karena kezaliman penduduknya sendiri; Allah tidak akan mengazab sesuatu umat sebelum diutus rasul kepadanya; keadaan orang-orang kafir dan sekutu-sekutu mereka di hari kiamat; penggantian siang dan malam adalah sebagai rahmat Allah bagi manusia; Allah membalas kebaikan dengan berlipat ganda, sedang balasan kejahatan seimbang dengan yang telah dilakukan; janji Allah akan kemenangan Nabi Muhammad s.a.w.


Surat Al Qashash diturunkan di waktu kaum muslimin dalam keadaan lemah, sedang orang musyrik Mekah sebagai penguasa di waktu itu mempunyai kekuat- an dan kekuasaan yang besar. Dalam surat ini Allah mengemukakan sebagaimana Fir’aun sebagai seorang raja yang mempunyai kekuasaan yang tak terbatas, be- gitu pula Karun sebagai seorang yang berilmu dan mempunyai harta benda yang tak terhingga banyaknya. Akhirnya Fir’aun dan Karun hancur lebur beserta apa yang dipunyainya karena mengingkari agama Allah, sedangkan Musa a.s. yang se- mulanya tidak mempunyai apapun, mendapat kemenangan karena mengikuti agama Allah, ayat 59 menegaskan lagi bahwa Allah menghancurkan negeri-nege- ri yang penduduknya zalim. Kemudian surat ini ditutup dengan menerangkan bahwa kaum muslimin sekalipun dalam keadaan lemah, nanti setelah hijrah ke Madinah akan kembali lagi ke Mekah sebagai pemenang, karena itu tetaplah me- nyembah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dialah Yang Maha Kuasa dan me- nentukan segala sesuatu.

HUBUNGAN SURAT QASHASH DENGAN SURAT AL’ANKABUUT

1. Surat Al’Ankabuut dibuka dengan hiburan dari Allah kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya yang selalu disakiti dan diejek dan diusir oleh orang-orang musyrik Mekah dengan menerangkan bahwa orang-orang yang beriman itu akan menerima cobaan atas keimanan mereka kepada nabi mereka, sedang Al Qashash menerangkan aneka rupa cobaan yang dialami oleh Nabi Musa a.s. dan Bani Israil dalam menghadapi kekejaman Fir’aun. Oleh sebab itu Allah menyuruh agar Nabi Muhammad s.a.w. dan para sahabatnya selalu sabar dalam menghadapi cobaan-cobaan itu.

2. Surat Al Qashash mengisahkan selamatnya Musa a.s. dari pengejaran Fir’aun setelah dengan tidak sengaja membunuh orang Qibti, dan mengisahkan selamatnya Musa a.s. dan pengikutnya dari pengejaran Fir’aun dan tentaranya dan tenggelamnya Fir’aun dan tentaranya di laut Merah, sedangkan surat Al Ankabuut mengisahkan selamatnya Nuh a.s. dan pengikutnya di atas bahtera dan tenggelamnya orang-orang yang mengingkari seruan Nuh a.s. Semua ini menunjukkan pertolongan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.

3. Surat Al Qashash mengemukakan kelemahan kepercayaan orang-orang yang menyembah berhala dengan menerangkan keadaan penyembah-penyembah berhala dengan berhala itu sendiri di hari kiamat, sedang surat Al’Ankabuut menyatakan kesalahan kepercayaan mereka pula dengan membandingkannya dengan laba-laba yang percaya akan kekuatan sarangnya yang sangat lemah itu.

4. Kedua surat ini sama-sama menerangkan Kisah Fir’aun dan Karun, serta akibat perbuatan keduanya. Kedua surat ini sama-sama menyinggung soal-soal hijrah Nabi Muhammad s.a.w.

Senin, 04 Maret 2019

Kandungan surat An Naml

Surat An Naml terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat- surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat Asy Syu’araa’. Dinamai dengan An Naml, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan An Naml (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan ta’jub atas keteraturan kerajaan semut itu dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maba Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s. yang telah diberi Allah nikmat yang besar itu tidak merasa takabur dan sombong dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Allah s.w.t. menyebut binatang semut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut itu. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya. Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya, rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik pula. Dengan mengisahkan kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam surat ini Allah mengisyaratkan hari depan dan kebesaran Nabi Muhammad s.a.w. Nabi Sulaiman a.s. sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang dianugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang nabi, rasul dan seoramg kepala negara yang ummi’ dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah.

Pokok-pokok isinya:

1. Keimanan:
Al Quran adalah rahmat dan petunjuk bagi orang-orang mukmin; ke Esaan dan kekuasaan Allah s.w.t. dan keadaan-Nya tidak memerlukan sekutu-sekutu dalam mengatur alam ini; hanya Allah- lah Yang tahu tentang yang ghaib; adanya hari berrbangkit bukanlah suatu dongengan.

2. Kisah-kisah:
Kisah Nabi Sulaiman a.s dengan semut, dengan burung hud-hud dan dengan ratu Balqis; kisah Nabi Shaleh a.s dengan kaumnya; kisah Nabi Luth a.s. dengan kaumnya.

3. Dan lain-lain:
Ciri-ciri orang mukmin; Al Quran menjelaskan apa yang diperselisihkan Bani Israil; hanya orang-orang mukminlah yang menerima petunjuk kejadian-kejadian sebelum datangnya kiamat dan keadaan orang-orang yang beriman dan tidak beriman waktu itu, Allah menyuruh Nabi Muhammad s.a.w. dan umatnya memuji dan menyembah Allah saja dan membaca Al Quran, Allah akan memperlihatkan kepada kaum musyrikin akan kebenaran ayat-ayat-Nya.



Surat An Naml dimulai dengan menerangkan sifat-sifat Al Quran, menerangkan kisah beberapa orang rasul dengan umat-umatnya yang mau mengikuti ajaran-ajaran yang dibawanya dan yang tidak mau mengikutinya. Kemudian surat ini diakhiri dengan perintah menyembah Allah dan membaca Al Quran dan bahwa Allah memperlihatkan kepada kaum musyrikin kebenaran ayat-ayat-Nya.

HUBUNGAN SURAT AN NAML DENGAN AL QASHASH

1. Kedua surat ini sama-sama dimulai dengan huruf abjad, menerangkan sifat-sifat Al Quran dan dengan kisah Musa a.s. Hanya saja kisah Musa a.s. dalam surat Al Qashash diterangkan lebih lengkap dibandingkan kisah Musa a.s. yang terdapat dalam surat An Naml.

2. Surat An Naml menerangkan secara garis besarnya bahwa keingkaran orang-orang kafir terhadap adanya hari berbangkit itu tidak beralasan kemudian dikemukakan kepada mereka persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan kebangkitan itu. Hal ini diterangkan lebih jelas dalam surat Al Qashash.

3. Surat An Naml menerangkan kehancuran kaum Shaleh dan kaum Luth akibat durhaka kepada Allah dan Nabi-Nya, sedang surat Al Qashash menyinggungnya pula.

4. Surat An Naml menyebut balasan pada hari kiamat terhadap orang-orang yang membuat keburukan di dunia, dan surat Al Qashash menyebutkannya pula.

5. Bahagian akhir kedua surat ini sama-sama menyebutkan perintah menyembah Allah dan membaca ayat-ayat Al Quran.

Manjaga pandangan

Mata adalah sahabat sekaligus penuntun bagi hati. Mata mentransfer berita-berita yang dilihatnya ke hati sehingga membuat pikiran berkelana karenanya. Karena melihat secara bebas bisa menjadi faktor timbulnya keinginan dalam hati, maka syariat yang mulia ini telah memerintahkan kepada kita untuk menundukkan pandangan kita terhadap sesuatu yang dikhawatirkan menimbulkan akibat yang buruk.

Perintah untuk Menundukkan Pandangan

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] : 30).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

هذا أمر من الله تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبصارهم عما حرم عليهم، فلا ينظروا إلا إلى ما أباح لهم النظر إليه ، وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم

“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/41)

Menundukkan pandangan mata merupakan dasar dan sarana untuk menjaga kemaluan. Oleh karena itu, dalam ayat ini Allah Ta’ala terlebih dulu menyebutkan perintah untuk menahan pandangan mata daripada perintah untuk menjaga kemaluan.

Jika seseorang mengumbar pandangan matanya, maka dia telah mengumbar syahwat hatinya. Sehingga mata pun bisa berbuat durhaka karena memandang, dan itulah zina mata. Rasulullah bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْعَيْنُ تَزْنِي، وَالْقَلْبُ يَزْنِي، فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا الْقَلْبِ التَّمَنِّي، وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ مَا هُنَالِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad no. 8356. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.)

Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan zina mata pertama kali, karena inilah dasar dari zina tangan, kaki, hati, dan kemaluan. Kemaluan akan tampil sebagai pembukti dari semua zina itu jika akhirnya benar-benar berzina, atau mendustakannya jika tidak berzina. Oleh karena itu, marilah kita menundukkan pandangan kita. Karena jika mengumbarnya, berarti kita telah membuka berbagai pintu kerusakan yang besar.

Fitnah telah Mengepung Kita

Di zaman sekarang ini, sungguh berat memang fitnah yang ada di sekeliling kita. Ketika kita keluar rumah, maka kita segera dikepung dengan fitnah yang dapat menggoda pandangan kita ke arah yang haram. Terlihatlah oleh pandangan kita, wanita-wanita yang keluar rumah tanpa menutup aurat, tanpa sedikit pun rasa malu di hadapan Allah Ta’ala yang telah menciptakan dan memberikan berbagai nikmat kepadanya. Sebagian mengenakan pakaian yang ketat, sebagian mengenakan rok mini, dan sebagian lagi mengenakan pakaian yang transparan. Mereka berpakaian, akan tetapi pada hakikatnya telanjang. Bisa jadi ketika iman dan rasa takut kita kepada Allah Ta’ala sedang luntur, maka dengan mudah kita mengumbar pandangan dan syahwat kita itu dan melalaikan perintah Allah Ta’ala kepada kita. Dan ketika pandangan mata bisa membangkitkan nafsu birahi, maka dari pandangan mata itu pula bisa menjerumuskan kita kepada kerusakan yang besar, seperti onani, masturbasi, sampai ke zina yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, benarlah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

”Aku tidaklah meninggalkan cobaan yang lebih membahayakan bagi laki-laki selain dari (cobaan berupa) wanita” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 9798).

Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun perlu memperingatkan kita secara khusus dengan sabdanya,

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

”Sesungguhnya dunia itu manis. Dan sesungguhnya Allah telah menguasakan dunia itu kepada kamu sekalian, dan memperhatikan apa yang kalian kerjakan. Maka takutlah kepada dunia dan takutlah kepada wanita. Karena sumber bencana bani Israil pertama kali berasal dari wanita.” (HR. Muslim no. 2742).

Pahala bagi Orang yang Menundukkan Pandangannya dari Perkara yang Haram

Begitu beratnya menundukkan pandangan mata, apalagi pada zaman sekarang ini, sehingga Allah pun akan membalas hamba-hambaNya yang istiqomah melaksanakan perintah-Nya dengan pahala yang besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,

النَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومَةٌ فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللَّهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَعَزَّ إِيمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ

”Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya yang terasa manis baginya” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 7875).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

اضْمَنُوا لِي سِتًّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمُ الْجَنَّةَ: اصْدُقُوا إِذَا حَدَّثْتُمْ، وَأَوْفُوا إِذَا وَعَدْتُمْ، وَأَدُّوا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ، وَاحْفَظُوا فُرُوجَكُمْ، وَغُضُّوا أَبْصَارَكُمْ، وَكُفُّوا أَيْدِيَكُمْ

”Jaminlah aku dengan enam perkara, dan aku akan menjamin kalian dengan surga: jujurlah (jangan berdusta) jika kalian berbicara; tepatilah jika kalian berjanji; tunaikanlah jika kalian dipercaya (jangan berkhianat); peliharalah kemaluan kalian; tahanlah pandangan kalian; dan tahanlah kedua tangan kalian.” (HR. Ahmad no. 22757. Dinilai hasan lighairihi oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth).

Menikah, Sarana Menjaga Pandangan Mata

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ

”Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena menikah itu lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).

Dengan keimanan dan rasa takut dalam hatinya, seseorang bisa saja menahan pandangan matanya dari yang haram. Akan tetapi, dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa dengan menikah, seseorang akan lebih dapat menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Karena dia bisa menyalurkan syahwatnya kepada sesuatu yang halal, yaitu istrinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ، فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

”Sesungguhnya wanita itu maju dalam rupa setan dan membelakang dalam rupa setan. Jika salah seorang dari kalian melihat wanita yang mengagumkannya, maka datangilah istrinya. Karena hal itu menghilangkan apa yang terdapat dalam dirinya.” (HR. Muslim no. 1403).

Hal ini karena pandangan mata bisa membangkitkan kekuatan birahi, sehingga beliau memerintahkan untuk mengurangi kekuatan itu dengan cara mendatangi istri.

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ، فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Jika salah seorang dari kalian melihat wanita yang mengagumkannya, maka hendaklah ia mendatangi (menggauli) isterinya. Karena apa yang dimiliki wanita tersebut sama dengan yang dimiliki oleh isterinya.” (HR. Tirmidzi no. 1158 dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 5572. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Semoga Allah Ta’ala memberikan keteguhan ke dalam hati kita untuk dapat menjaga pandangan mata kita dari yang haram dan menjauhkan kita dari berbagai fitnah yang dapat merusak keimanan kita.



Dikutip dari https://muslim.or.id