Meski ada perbedaan tanggal hijrah Rasul saw, disepakati 1 Muharram menandai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Islam ini. Hijrah adalah perpindahan dari suatu tempat/kondisi ke tempat/kondisi lain demi mendapatkan kebaikan yang tak diperoleh di tempat /kondisi lama. Hijrah wajib bagi orang yang mengalami kesempitan, penindasan, atau berada di lingkungan yang memberi pengaruh buruk yang tak terhindarkan.
“Sungguh orang-orang yang diambil nyawanya oleh malaikat semasa mereka sedang menganiaya diri sendiri : ‘Apakah yang telah kaulakukan dengan agamamu?’ Mereka menjawab: "Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas di bumi". Malaikat bertanya: ‘Tidakkah bumi Allah luas sehingga kamu dapat hijrah?’"(QS 4: 97).
Salah satu manfaat penting hijrah adalah mendapatkan tempat baru yang kondusif untuk menegakkan/menjalankan agama dengan se-baik2nya. “Dan sesiapa yang berhijrah di jalan Allah, ia akan dapati di muka bumi ini tempat berhijrah yang banyak dan rizki yang makmur ...” (QS 4:100).
Nyatanya, peradaban-peradaban besar dalam sejarah umat manusia dibangun oleh orang-orang yang berhijrah ke tempat lain yang lebih memberi harapan. Tentu setelah hijrah, orang tak boleh berhenti berjuang. “Kemudian, sungguh Tuhanmu (menolong) orang-orang yang telah berhijrah sesudah mereka diuji, kemudian mereka berjihad serta bersabar. Sungguh Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Mengasihi" (QS 16:110).
Lebih dalam lagi, hijrah bermakna kembali kepada Tuhan dan menjadikan ridhaNya – persatuan-kembali dengan Nya -- sebagai satu-satunya tujuan hidup. Nabi Ibrahim berkata: "Aku hendak berhijrah kepada Tuhanku, sungguh Dia jua Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana" (QS 29:26). Hal itu dilakukan dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang diperintahkanNya dan menghindari larangan-laranganNya. “Orang yang berhijrah (muhajir) adalah siapa saja yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah” (HR Bukhari).
Dalam hadis, hijrah dipadankan dengan jihad di jalanNya. “... dan sesiapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian ia mati, maka sungguh telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihi" (QS 4:100).
Pelajaran-pelajaran lain yang bisa didapat dari hijrahnya Rasulullah saw. :
Pertama, pengorbanan, seperti yang dilakukan Ali b. Abi Thalib. Ia tidur di pembaringan Nabi, sambil mengenakan pakaian Nabi, demi mengecoh kaum kafir Quraisy, dengan risiko besar terbunuh karenanya. “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya (QS 2:207).
Kedua, keimanan kepada Allah dan pertolongannya. Ketika Sayidina Abu Bakr mengkhawatirkan keselamatannya dalam gua Tsur, turun wahyu : 21. “Jangan takut, sungguh Allah bersama kita” (QS 9:40) 22.
Ketiga, betapa pun jago dan digdayanya musuh, Allah adalah penyusun “strategi” yang tak terkalahkan, dan Dia akan menolong orang-orang beriman. “ ... Mereka membuat tipu daya, tapi Allah pun membuat tipu daya. Sungguh Allah adalah sebaik-baik pembuat tipu daya” (QS 3:54).
Kesimpulannya, hijrah adalah filsafat perjuangan hidup di jalanNya dan keimanan tak tergoyahkan akan pertolonganNya kepada orang-orang beriman.
Wallohua'lam
“Sungguh orang-orang yang diambil nyawanya oleh malaikat semasa mereka sedang menganiaya diri sendiri : ‘Apakah yang telah kaulakukan dengan agamamu?’ Mereka menjawab: "Kami dulu adalah orang-orang yang tertindas di bumi". Malaikat bertanya: ‘Tidakkah bumi Allah luas sehingga kamu dapat hijrah?’"(QS 4: 97).
Salah satu manfaat penting hijrah adalah mendapatkan tempat baru yang kondusif untuk menegakkan/menjalankan agama dengan se-baik2nya. “Dan sesiapa yang berhijrah di jalan Allah, ia akan dapati di muka bumi ini tempat berhijrah yang banyak dan rizki yang makmur ...” (QS 4:100).
Nyatanya, peradaban-peradaban besar dalam sejarah umat manusia dibangun oleh orang-orang yang berhijrah ke tempat lain yang lebih memberi harapan. Tentu setelah hijrah, orang tak boleh berhenti berjuang. “Kemudian, sungguh Tuhanmu (menolong) orang-orang yang telah berhijrah sesudah mereka diuji, kemudian mereka berjihad serta bersabar. Sungguh Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Mengasihi" (QS 16:110).
Lebih dalam lagi, hijrah bermakna kembali kepada Tuhan dan menjadikan ridhaNya – persatuan-kembali dengan Nya -- sebagai satu-satunya tujuan hidup. Nabi Ibrahim berkata: "Aku hendak berhijrah kepada Tuhanku, sungguh Dia jua Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana" (QS 29:26). Hal itu dilakukan dengan melakukan kebaikan-kebaikan yang diperintahkanNya dan menghindari larangan-laranganNya. “Orang yang berhijrah (muhajir) adalah siapa saja yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah” (HR Bukhari).
Dalam hadis, hijrah dipadankan dengan jihad di jalanNya. “... dan sesiapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian ia mati, maka sungguh telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihi" (QS 4:100).
Pelajaran-pelajaran lain yang bisa didapat dari hijrahnya Rasulullah saw. :
Pertama, pengorbanan, seperti yang dilakukan Ali b. Abi Thalib. Ia tidur di pembaringan Nabi, sambil mengenakan pakaian Nabi, demi mengecoh kaum kafir Quraisy, dengan risiko besar terbunuh karenanya. “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya (QS 2:207).
Kedua, keimanan kepada Allah dan pertolongannya. Ketika Sayidina Abu Bakr mengkhawatirkan keselamatannya dalam gua Tsur, turun wahyu : 21. “Jangan takut, sungguh Allah bersama kita” (QS 9:40) 22.
Ketiga, betapa pun jago dan digdayanya musuh, Allah adalah penyusun “strategi” yang tak terkalahkan, dan Dia akan menolong orang-orang beriman. “ ... Mereka membuat tipu daya, tapi Allah pun membuat tipu daya. Sungguh Allah adalah sebaik-baik pembuat tipu daya” (QS 3:54).
Kesimpulannya, hijrah adalah filsafat perjuangan hidup di jalanNya dan keimanan tak tergoyahkan akan pertolonganNya kepada orang-orang beriman.
Wallohua'lam
EmoticonEmoticon