Jumat, 08 Februari 2019

Bersahabat dalam islam

Islam tidak hanya mengatur tentang hubungan manusia dengan Allah, tapi juga antara manusia dengan manusia. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dan Islam sendiri telah meletakkan hubungan antar manusia sebagai sesuatu yang besar dan penting.

Rasul sendiri telah mengatakan bahwa jika ingin melakukan perjalanan, maka hendaklah membawa teman.

Sebagaimana sabda Rasul: Seandainya orang-orang tahu bahaya sendirian sebagaimana aku mengetahuinya, niscaya mereka enggan pergi sendirian malam-malam. (al-Bukhari).

Persahabatan dalam Islam sangat dijunjung tinggi karena memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW juga memiliki beberapa sahabat yang sangat disayangi dan dihargainya. Hal ini terlihat jelas dalam sabdanya :

“Janganlah kalian mencaci sahabat-sahabatku. Demi Allah, seandainya kamu berinfaq dengan emas sebesar gunung Uhud, sedekah itu tidak akan sebanding dengan satu mud (2 genggam tangan) maupun setengahnya pemberian salah seorang dari mereka. (al-Bukhari dan Muslim)

Namun dalam bersahabat, kita dianjurkan untuk lebih memilih dalam berteman. Ada beberapa tips memilih teman dalam Islam atau bersahabat dalam Islam, diantaranya adalah:

1. Bersahabat dengan Muslim

Islam tidak mengajarkan kita untuk berteman dengan sesama Muslim saja. Justru jika ada teman atau tetangga non Muslim yang meminta bantuan di tengah malam, maka kota wajib membantunya.

Namun Allah juga telah menjelaskan dalam Al Quran bahwa sebaiknya yang dijadikan sahabat atau orang yang dipercaya sebaiknya adalah seorang Muslim. Sebagaimana firman Allah SWT:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: “Jangan jadikan orang Yahudi dan Nasrani (tidak berislam) sebagai Auliya (sahabat, pemimpin, wali, orang kepercayaan).” (Q.S. Al Maidah:51)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا۟ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ ٱلْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَٰهِهِمْ وَمَا تُخْفِى صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”(Q.S. Ali Imran: 118)

2. Bersahabat dengan orang shaleh

Dalam bersahabat, dekatilah orang yang kuat agamanya agar kita juga ikut memiliki keimanan yang kuat. Sebagaimana sabda Rasul:

“Seseorang itu berada di atas agama sahabatnya, maka hendaknya salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang menjadi sahabatnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani). Selain itu, Al Quran juga menganjurkan untuk bersahabat dengan orang yang bertakwa. Sebagaimana firmannAllah SWT:

ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۭ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: “(Pada hari kiamat kelak) orang yang bersahabat saling bermusuhan di antara satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. al-Zukhruf:67)

وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلًا

Artinya:”Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”.(Q.S. Al-Furqan: 27)

يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

Artinya: “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). (Q.S. Al-Furqan: 28)

لَّقَدْ أَضَلَّنِى عَنِ ٱلذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَآءَنِى ۗ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِلْإِنسَٰنِ خَذُولًا

Artinya: “Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.(Q.S. Al-Furqan: 29)

3. Bersahabat dengan orang yang berakhlak mulia

Menjalin persahabatan hendaknya dengan orang yang memiliki akhlak mulia agar kita juga ikut menjadi orang yang berakhlak mulia, sebagaimana sabda Rasul :

“Bersahabat dengan orang yang soleh dan dengan orang yang jahat persis seperti berkawan dengan pengedar minyak wangi dan tukang besi (yang menghembus bara api). Pengedar minyak wangi sama ada ia memberi anda sebahagian atau anda membeli bau-bauan daripadanya atau sekurang-kurangnya anda mendapat juga baunya. Manakala tukang besi pula samada ia menyebabkan baju anda terbakar atau anda mendapat bau yang hapak.” (Riwayat Abu Daud)

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

Artinya: ” Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”

4. Selalu saling mendoakan

Sahabat yang baik adalah sahabat yang selalu mendoakan kebaikan untuk sahabatnya. Terdapat sebuah riwayat Umar Ibnu al-Khattab meriwayatkan:

Pada suatu ketika saya memohon izin daripada Rasulullah s.a.w. untuk pergi menunaikan umrah. Baginda mengizinkan saya. Beliau berpesan “Jangan lupa mendoakan kami wahai saudaraku.”. Saya amat berbesar hati dengan ungkapan Baginda tersebut. (Riwayat Abu Daud).

5. Bersahabat karena Allah

Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang terjadi karena Allah. Untuk itulah kita diminta untuk mencari sahabat yang seiman atau Muslim. Sahabat yang Muslim akan lebih mudah saling memaafkan dan mengikhlaskan. Rasulullah SAW juga telah memberitahukan hal ini. Rasulullah SAW. bersabda: Allah SWT berfirman:

“Orang yang berkasih sayang kerana Allah, orang yang saling berziarah kerana Aku (Allah), orang yang saling berbelanja membelanja kerana Aku(Allah), orang yang saling berhubungan kerana Aku (Allah), mereka semua berhak mendapat kasih sayangKu (Allah)” (Riwayat Ahmad). Dari hadist di atas, semakin tegas bahwa jika ingin mencari sahabat, carilah yang Muslim agar mendapat ridho Allah SWT.

6. Menutup aib

Sahabat yang baik adalah sahabat yang mampu menutup aib sahabatnya sendiri. Jika kita ingin aib kita ditutup, maka tutupilah aib sahabat kita. Allah juga melarang ghibah dalam Islam. Ghibah juga termasuk ke dalam dosa besar dalam Islam. Sebagaimana firman Allah SWT:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. (Q.S. Al Hujurat :12)

7.  Pilih Sahabat Yang Jujur

وَمَآ أَضَلَّنَآ إِلَّا ٱلْمُجْرِمُونَ

Artinya: “Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa.”(Q.S. asy-Syu’ara: 99)

فَمَا لَنَا مِن شَٰفِعِينَ

Artinya: ” Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorangpun,”(Q.S. asy-Syu’ara: 100)

وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ

Artinya: “dan tidak pula mempunyai teman yang akrab,”(Q.S. asy-Syu’ara: 101)

Sahabat yang jujur adalah sahabat yang akan selalu mendampingi kita baik di saat susah maupun senang. Ia akan selalu mengingatkan kita untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang Muslim. Ia tidak akan membiarkan kita terjerumus ke dalam dosa. Sahabat seperti inilah sahabat yang selalu ada, baik di dunia maupun akhirat.

Dikutip dari :DalamIslam.com


EmoticonEmoticon